tujuh belas

24 1 0
                                    

"Dit"

"Hmm?"

"Besok kamu nggak usah nganterin aku pulang ya?"

"Kenapa?"

Kiara menggigit bibir bawahnya "bagas minta aku temenin dia buat cari tempat untuk foto buku tahunan siswa. hmm..nggak apa-apa kan?"

Ada sorot keterkejutan di mata dito namun hanya beberapa detik dan kembali seperti semula "nggak apa-apa"

"Maaf"

Dito sedikit menunduk agar dapat melihat gadis yang ada hadapannya "Untuk apa?"

Kiara semakin menenggelamkan wajahnya pada leher lelaki ini, menghirup aroma maskulin yang tidak pernah hilang dari tubuhnya
"Untuk semuanya,"

Dito berdesis "Udah nggak usah di bahas lagi oke?" Ucapnya Disertai anggukan dari kapala kiara.

"Setelah ini kamu mau apa?makan atau mau langsung pulang?" Tanya dito.

"Langsung pulang aja deh,aku pengen cepet-cepet meluk guling hehe." ucapnya dengan memeragakan tangannya yang memeluk sebuah guling membuat dito mencubit pipinya gemas. Wajah kiara terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk padahal dia sudah kelas 12, dan itu berarti sedikit lagi dia akan memasuki jenjang perkuliahan.

"Yaudah kalau gitu, tapi jangan lupa makan ya. Jangan sampe kayak kemarin" ujar dito mengingatkan , membuat kiara terkekeh geli karena cara berbicara dito seperti ayah yang sedang mengingatkan dirinya.

"Siap boss!"

******

Pukul 11.00 matanya masih terjaga, sudah berbagai macam posisi yang ia lakukan dari telentang, miring kanan, miring kiri. Tetapi tetap saja ia tidak bisa tidur.

Apakah ia mengalami insomia seperti kebanyakan orang. Sungguh,ini rasanya menyiksa.

Tangannya bergerak untuk mengambil ponselnya yang berada di dekat lampu tidurnya. Membuka semua aplikasi sosial media yang ia punya, tetapi tetap saja, matanya belum terasa mengantuk.

Rani menghembuskan nafasnya kasar, jari tangannya membuka galeri seketika bibirnya menyunggingkan sedikit senyuman.
Ada beberapa foto dito disana, rani mendapatkan foto itu dari beberapa instagram milik dito. Ada juga yang ia foto sendiri saat dito sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin atau saat dito sedang mengikuti eskul basket.

Rani sadar dito tidak mungkin membalas perasaannya ini, apalagi perempuan yang dekat dengan dito adalah kiara. Kaka kelas cantik, yang rani ketahui ia adalah perempuan yang di idolakan banyak teman-teman rani, dan tidak sedikit kelas 11 atau 12 yang juga menyukainya.

Dengan perlahan rani membaringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan kedua matanya. Ingatannya terus memutar , menampilkan semua hal yang mempertemukannya dengan dito. Saat ia menabrak dito dikantin, di depan toilet,bertemu dito di taman,dito yang mengantarkannya pulang dan hingga hal yang berhubungan dengan dito saat ini.

"Kalau cinta itu tidak dapat aku milikki
Boleh kah aku pergi?" Batin rani

Ponsel yang ada di genggaman rani bergetar, rani membuka matanya dan melihat sebuah pesan muncul di layar ponselnya.

Mata rani membulat, ia harus mengerjapkan matanya beberapa kali untuk melihat pesan itu. Dito mengirimnya sebuah pesan, dan ini pertama kalinya dito mengirimnya pesan tanpa rani yang harus memberinya pesan duluan.

Terakhir kali, rani pernah menanyakan sebuah tugas sejarah pada dito itu juga atas paksaan vinka. Katanya buat permulaan pendekatan . Dan perlu waktu berjam-jam untuk mengumpulkan keberanian mengirimkan dito pesan.

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang