Delapan belas

24 0 0
                                    

Keadaan kantin yang ramai membuat rani dan vinka harus berdesak-desakan , vinka mencoba berjalan mendahului rani dan menariknya untuk mencari meja yang kosong di pojok kantin.

"Vin pelan dong, gue engga mau kejadian di awal masuk sekolah keulang lagi." Ucap rani     

"Iya udah, tenang aja. Lo cepetan dikit kenapa sih jalannya panas banget disini."                                                        

Setelah mendapatkan meja yang kosong, mereka langsung duduk dan memesan makanan. Keadaan kantin yang mulai sepi karena jam istirahat yang akan habis,membuat rani dapat melihat dengan jelas laki-laki yang berada di hadapanya . Walaupun dia membelakangi dirinya, tapi rani yakin bahwa dia adalah dito.

"Eh cabe giling, bantuin gua ini, berat!" Rani menatap vinka dengan kesal, ingin rasanya rani mengubur vinka hidup-hidup detik ini juga, karena vinka semua laki-laki yang ada dihadapannya ini melihat kearah mereka berdua. Termasuk dito.

"Apasih lo,berisik tau ga." Dengan cepat tangan rani mengambil se mangkuk mie dari tangan vinka.

"Hehe sorry, btw, btw. Anjir banget ya, tadi pada ngeliatin kek kita semua. Berasa artis gue"

Rani menatap sinis vinka "Lo udah gak waras sumpah."

"Yang penting tetep cantik."
"Oh iya ran, lo kapan mau kasih  buku ke dito? Tadi pagi belum lo kasih kan,"

Rani mengalihkan pandangannya ke depan, dito masi ada disini. Itu berarti dia tidak bisa memberikan buku itu sekarang. "Gak."

Vinka yang melihat arah mata rani langsung mengerti kenapa ia belum memberi buku itu, dito kan ada disini juga , gimana sih vin hehe.
"Lo kenapa sih ran? Muka lo kusut banget sumpah," ucap vinka sambil memakan baksonya.

"Karena liat muka lo."

"Tai lu "

Rani hanya menghabiskan setengah mie nya, ia ingin segera ke kelas. Entah kenapa perasaannya tidak enak sejak masuk kedalam kantin.

"Vin, gue duluan ke kelas ya, "
"Yakin lo sendirian ke kelas?ntar kalo di godain kaka kelas gimana"

Tanpa membalas perkataan vinka, rani mempercepat langkah kakinya  keluar dari tempat ini.

"Rani" mendengar suara yang memanggilnya ,rani memberhentikan langkah kakinya.

"Mana buku ekonominya? Gue mau minjem." Dengan cepat rani memutar tubuhnya, dito?

"Eh? Itu..Ada di kelas"

"Yaudah ayo ke kelas lo"

"Hah"

Dito berjalan mendahului rani, dengan santai ia berjalana dengan kedua tangan yang berada di saku celananya. Percayalah, rani masih tidak dapat berpikir, sekarang, laki-laki yang selalu ia harapkan berada tepat di hadapannya.

Keadaan tangga yang sepi membuat suasana semakin canggung, rani hanya dapat terus menunduk dan mengekori dito.

"Lo tadi pagi ke kelas gue?"

"Eh,"
"Kok lo bisa tau?"  Hampir saja rani ingin menjatuhkan kedua bola matanya karena perkataan dito tadi.

Dengan nada suara yang dingin dan datar "Kalo mau cari gue, di warung deket parkiran. " ucap dito.

Melihat kelasnya,rani berjalan dua kali lebih cepat, Tanpa melihat ke arah dito , rani langsung masuk ke kelas dan mengambil bukunya.

"Nih"

"Makasih"

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang