tiga

44 4 1
                                    

Dugaan rani benar, vinka masih berada disini.
Saat mengganti pakaian , vinka masih sempatnya menyanyikan lagu korea itu lagi. Suara cempreng vinka menghiasi seluruh ruangan ini. Huh, rasanya rani ingin sekali menyumpal mulut vinka dengan tisu.

"Vinka,itu lagu apaan sih?lo tuh nyanyi apa ngeden" rani berada di depan cermin besar yang ada di kamar mandi. merapikan sedikit rambutnya yang berantakan setelah olahraga tadi, cantik.

"Itu lagu ost goblin, beautiful"
"Goblin apaan?"
"Ish lo masa gatau sih, itu drama korea yang baru-baru ini keluar"
"Serem?"
"Sedih ada seneng-senengnya gitu"
"Terus lagunya sedih apa seneng?"
"Sedih"
"Yeh bego, lo yg nyanyi kesannya bukan sedih malah serem" tanpa memperdulikan caci makian yang keluar dari mulut vinka karena suaranya di bilang "seram" ,rani melangkahkan kakinya keluar dari sini.

Tangan nya melipat baju olahraga , matanya fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan saat ini.
Banyak pasang mata yang mengarah kepadanya dan membicarakan dirinya Karena kegiatannya itu.

"Kenapa pada ngeliatin gue kayak gitu sih" rani berdecak kesal. Jaraknya hanya beberapa cm lagi dari pintu kelasnya. Namun kakinya sulit untuk melangkah. Matanya melihat sesuatu yang tidak asing . Lelaki itu ada di depan kelasnya, sedang apa?
Rani melangkahkan kakinya untuk mundur beberapa langkah .Ia masih ingin memperhatikan nya. Tidak lama , ada ardi teman sekelas rani keluar dari dalam kelas.
Rani mengetahui namanya karena saat perkenalan di kelas tadi,Dan sekarang mereka berdua sedang berbicara dengan akrab di depan kelas rani. Mereka berteman?

*
"Apa gue tanya ardi aja ya , nama dia siapa?" Pertanyaan ini ditujukkan untuk dirinya sendiri. Sejak tadi, rani hanya dengan pikirannya sendiri. Entah kenapa, rani merasa ada yang beda. Saat pertama kali melihat lelaki itu. Menurutnya dia berbeda dengan kebanyakan laki-laki. Dia sedikit berantakan mungkin. Namun, malah terlihat keren dimata rani.

Cling

Arka : woi
Arka : woi
Arka : p
Arka : lo kemana aja sih, chat gue gapernah dibales
Arka : lo sakit?
Arka : padahal gue kan mau ngasih kabar bahagia ke lo

Rani menatap layar handphonenya yang menampilkan beberapa pesan dari arka. Memang,sudah dua hari sejak kejadian malam itu, rani tidak pernah mau membaca pesan dari arka. Terlebih lagi mengingat namanya.

Rani : ada apa?
Rani : gue engga sakit
Arka :kemana aja lo engga ada kabar
Arka :besok temenin gue yak
Rani :kemana?
Arka : udah ikut aja, besok gue jemput ya
Rani :ok

Jarinya seakan sulit untuk mengetik huruf-huruf yang di layar handphonenya. Terasa berat. Sebenarnya rani belum siap untuk menanggapi arka lagi. Rani takut jika rasa sakit di hatinya muncul lagi.
Andaikan rani tidak memiliki perasaan ini, mungkin tidak akan serumit ini.

*
Rani memainkan pulpen yang ada di tangannya. Hari ini kurang baik untuk nya. Tadi pagi,saat ia menginjakkan kakinya di koridor sekolah. Ia melihat sosok itu,sosok perempuan yang telah menghancurkan hatinya.

Bella juga merasakan kehadirannya, mata mereka sempat bertemu pandang. Namun, rani segera mengakhiri dan memalingkan wajahnya kesegala arah. Rani mempercepat langkah kakinya agar ia cepat melewati gadis itu.

"Rani" bella memanggilnya, suaranya sendu. Bahkan Suara itu seperti bisikan di telingannya. Rani menoleh ke arah perempuan itu. Perempuan yang memakai bandana berwarna baby pink di rambutnya dengan cardigan abu-abu yang menutupi sedikit seragam sekolahnya.

"Eh, bella" rani memaksakan bibirnya membentuk sebuah senyuman. Rani yakin seyuman ini malah terlihat aneh di mata bella.

"Maaf.."
"Maaf karena kejadian itu"
"Gue engga bermaksud ran"
"Gue engga bermaksud ngerebut orang yang selama ini lo suka. Gue..minta maaf"

Bella menunduk. ia takut menatap rani, ia tau dirinya salah. Sangat salah.
Bella sebenarnya mengalami dilema seminggu sebelumnya. Tidak bisa disembunyikan bahwa ia juga menyukai arka. Bella juga tidak tau kapan ia mempunyai perasaan itu. Saat rani sering menceritakan tentang arka pada dirinya.

Bella hanya bersikap biasa saja,dan tidak ada ketertarikan sedikit pun, untuk mengetahui sosok arka.
Namun beberapa hari setelah itu, arka mendekatinya. dan hingga seperti ini.

"Engga usah minta maaf, lo engga buat salah" rani sempat tertegun , tetapi ia hanya menatap datar bella.
"Gue mau kita kayak dulu lagi"
"Maaf,gue belum bisa"

Sebenarnya rani ingin sekali mengeluarkan semua yang mengisi pikirannya. Namun,ia hanya melanjutkan langkah kakinya Dan meninggalkan bella. Iya berlari kecil saat menaiki anak tangga. Cairan bening itu sudah memaksa untuk keluar dari matanya. Rani menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba menetralkan pikiran dan perasaannya.

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang