sembilan

24 1 0
                                    

"Lo kenapa masuk sekolah?"
"Kayaknya sakit lo udah parah." rani hanya melirik ke arah laki-laki itu sesaat.
Mata dito terpejam, tangannya ia gunakan sebagai batal di kepalanya.

"Ada ulangan tadi,"
"Rajin banget masuk,gua sih males" rani hanya tersenyum mendengar perkataan dito. rani rasa dito sudah tidak sedingin saat mereka bertemu.

"Lo kayaknya bolos pelajaran mulu ya?" Pertanyaan itu berhasil lolos dari mulutnya, penasaran kenapa dito sering banget berada di luar kelas saat jam pelajaran.

"Iya, kenapa?"

"Engga apa-apa"

*
Rani melangkahkan kakinya dengan pelan, tubuhnya masih lemas. Di depan gerbang sekolah ini , rani hanya menatap jalan disekitar. Masih sepi, mungkin karena belum jam pulang sekolah.

Bagaimana ia akan pulang? Jika dia naik angkutan umum, ia yakin sebelum sampai rumah ia sudah pingsan. Atau naik ojek? Sepertinya itu pilihan yang cukup bagus.
Tapi, sedari tadi tidak ada tukang ojek satu pun di tempat 'mangkal' tukang ojek yang hanya beberapa meter dari gerbang ini.

"Huh" rani memijit pelipisnya, pusing rasanya jika ia berdiri disini dalam waktu yang cukup lama.
"Lo mau pulang?" Untuk sekian kalinya rani terkejut saat mendengar suara ini, rani mengadahkan kepalanya , melihat dito yang sudah berada di sampingnya.

"Iya, kenapa?" Ditangan lelaki itu ada tas yang ia pegang. Dito sepertinya juga memutuskan untuk pulang lebih awal seperti dirinya.

"Bareng gue aja ya,"

"Nggak usah, gue mau naik ojek aja ."

"Tunggu disini," mata rani menatap dito dengan pandangan tidak percaya. Dito tetap memintanya untuk pulang bersamanya kan? Rani tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum. Dia akan pulang dengan dito lagi saat ini.

Selama di perjalanan hanya ada keheningan. Tidak ada yang berani untuk membuka percakapan.
Rani hanya menatap lurus kedepan, melihat banyak kendaraan yang ber-lalu- lalang.

"Lo sakit pasti karena kehujanan kemarin ya?" Dito sedikit mengencangkan suaranya agar gadis di belakangnya ini mendengar suara nya.

"Hmm, kayaknya iya," jawab rani.

"Lo, udah ke dokter?"

"Belum" rani hanya menatap punggung lelaki ini dengan sendu. Kadang Merasakan sesuatu yang sangat sakit di hatinya, jika ia sedang berada didekat dito. Jujur, rani takut kehilangan sosok ini.

*
"Rani !" Rani mengedarkan pandangannya ke segala arah. Lelaki itu memanggilnya. Ia tidak sedang bermimpi kan?.

"Ada apa?" Dito berjalan mendekati rani yang berada di depan pintu kelasnya. Ia bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas, sudah sembuh sepertinya. Tidak seperti kemarin, wajah nya terlihat pucat.

"Kelas lo, lintas minatnya sejarah kan?"

"Iya,kenapa?"

"Lo dikasih tugas gambar candi ga?" Hanya sebuah anggukan dari kepala rani. Sepertinya dito bisa meminta bantuan pada gadis ini.
"Pulang sekolah kerjain tugas nya bareng gue ya. Tunggu di parkiran."
dito hanya terseyum tipis pada gadis ini. Lalu pergi ke kelasnya.

Rani masih mematung didepan kelas. Kakinya sulit untuk ia gerakan. Jantungnya tidak henti-hentinya berdetak cepat. Apa dito bilang? Menyuruh rani untuk mengerjakan tugas sejarah bersamanya? Oh tidak, sepertinya ini tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

Pelajaran hari ini malah terasa sangat cepat bagi rani. Jam yang ada di kelas ini telah menunjukkan pukul 14.30 menandakan bahwa dirinya harus pulang atau lebih tepatnya mengerjakan tugas dengan dito. 
Rani merapikan dirinya terlebih dahulu. Ia tidak mau terlihat aneh di hadapan dito. Ia melangkahkan kakinya ke arah parkiran . Sesekali tangannya mencengkram roknya . Gugup, rani merasa gugup sekarang.

"Eh," rani melihat dito yang sudah di hadapannya. Tangan dito mengisyaratkan rani untuk naik ke motornya.
Selama diperjalanan , seperti biasa. Hanya ada keheningan.

Tangan rani menepuk pelan bahu dito. "Kita mau ngerjain tugas nya dimana?"
"Di taman deket sekolah aja," jawab dito datar. rani hanya diam. Ia merasa dito berubah lagi menjadi dingin. Kenapa sifat lelaki itu suka berubah-ubah sih.

Merdu untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang