4

92.3K 6K 179
                                    

"Dari Sahl bin Sa'ad ra, bahwa ada seorang wanita menawarkan dirinya kepada Nabi saw, kemudian seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw: Wahai Rasulullah nikahkan ia dengan ku, Beliau bersabda: Apa yg kau punya (untuk mahar)? dia berkata: Aku tidak punya apa-apa, Beliau bersabda: Pergi dan carilah sesuatu meski hanya berupa cincin dari besi, maka laki-lakiitu pergi kemudian kembali lagi lalu berkata:Demi Allah aku tidak menemukan apa-apa tidak pula cincin dari besi, aku hanya punya sarung ini kuberikan separuh untuknya (sebagai mahar), Sahal berkata: Ia tidak punya pakaian lagi, Nabi bersabda: Apa yang kamu perbuat dengan sarungmu itu sedangkan kalau kamu memakainya dia tidak kebagian apa-apa darinya dan kalau dia memakainya kamu tidak kebagian apa-apa darinya, kemudian laki-laki itupun duduk, hingga karena begitu lamanya ia berdiri (untuk pergi), lalu Nabi melihatnya dan memanggilnya atau dipanggilkan untuknya, lalu Beliau bersabda: Apa yang ada padamu dari (hafalan) Al-Qur'an?, ia berkata: Aku hafal surat ini dan surat ini, diamenyebutkan surat-surat yang dihafalnya, maka Nabi saw bersabda: Aku serahkan wanita itu dengan (mahar) apa yang kamu hafal dari Al-Qur'an. (HR. Bukhari)"

- Andira-

Tangis ku tak kunjung reda umi kini memelukku dengan begitu erat, kami (aku dan zikri) sedang di interogasi oleh bapak-bapak yang selalu melontarkan pertanyaan yang berbelit-belit, mereka tidak percaya dengan apa yang kami jelaskan.

"Benar pak, demi Allah saya tidak melakukannya" ucap zikri menjelaskan.

"Alah..kami tidak percaya, jangan membawa-bawa nama Allah, kalian tahu itu dosa, dengan menyalahgunakan namanya, atas kesalahan kalian sendiri!!"ucap salah satu bapak tadi dengan nada tinggi.

"Tolong jangan emosi begini bapak-bapak, kita bisa membicarakan baik-baik"ucap seorang lelaki paruh baya, yang diketahui adalah abi Ali, ayah dari Zikri.

"Tidak bisa pak, mereka sudah melanggar hukum kampung kita, mereka harus dinikahkan"mendengar itu aku semakin terisak, mengapa nasibku jadi seperti ini, umi terus mengusap punggungku. Anna akan kesini, dan aku ingin pergi dari sini.

"Mereka harus menikah sekarang juga!!"ucapnya lagi.

"Tapi pak, bagaimana bisa mereka menikah sedangkan walinya saja tidak ada"ucap umi lembut.

"Apa dia tidak memiliki orang tua?"ucap bapak tadi.

"Punya pak, tapi ayah saya sedang tidak ada di Indonesia"ucapku jujur sesekali sesegukan.

"Kalau begitu, telpon saja, saya yang akan meminta izin, saya yang akan menggantikan beliau, daripada kampung ini ternodai oleh kalian"ucap bapak itu sinis.

"Mana nomornya"ucapnya lagi, aku hanya menangis dan memberikan nomor ponsel ayah ,sungguh sekarang aku sudah tidak berdaya lagi, mereka langsung menelpon ayah hingga beberapa kali, lalu terdengar suara ayah, dan jawabannya? Iya.. rasanya aku ingin pingsan, benarkan ayah melepaskanku semudah itu? Apa dia tidak menyayangi ku? Mana bisa dia mengatakan iya begitu mudah, apa aku ini bukan anak kandungnya?. Aku semakin mengeratkan pelukanku terhadap umi.

"wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batil, nikahnya batil, nikahnya batil. Jika si lelaki masuk kepada si wanita, maka si wanita berhak meneriman mahar atas apa yang telah dihalalkan padanya, yaitu farji-nya" (HR. At Tirmidzi 1102, ia berkata: "hasan")Q

"Baiklah,sekarang apa yang kau punya ustadz? Untuk di jadikan mahar"ucap salah satu bapak yang menjadi wali ku. Ku lihat Zikri sudah tidak protes lagi, dan mengambil sesuatu di dalam dompetnya.

ANA UHIBBUKA FILLAH USTADZ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang