Eyes on Me

1.7K 282 68
                                    


"Siapa tadi lo bilang?"

"Temennya manggil dia Rean."

Sandra bangun dari tidurnya, "Yang jalan nggak pake sandal tadi ya? Pake kaos tanpa lengan warna putih, celana pendek seksi dan wajah kayak malaikat?" tanyanya.

"Kayak pernah ketemu malaikat aja lo!" cibir Irina menahan tawa.

"Ye, manusia itu nyebut orang yang cantik atau gantengnya kebangetan dengan panggilan wajah malaikat. Atau mereka bilang setampan dewa."

"Dia ganteng. Tapi aneh San,"

"Iya. Terlalu aneh untuk jadi manusia yang ganteng."

Irina tak langsung menyahut. Bayangannya kembali pada kejadian kemarin malam di supermarket 24 jam itu. Lelaki bernama Rean yang ditemuinya semalam bisa langsung menebak mengenai identitasnya. Ia pasti bukan sembarang orang. Dari matanya, Irina bisa melihat kilatan ungu yang memancarkan kekuatan dan kebengisan. Wajahnya memang tampan, sangat tampan, tapi semua kekejaman dalam dirinya tergambar secara bersamaan dari caranya memandang. Punggung Rean juga bersinar, mata pada kepala naga di tatonya gemerlap keunguan.

"Apa mungkin dia juga jelmaan San?" gumam Irina menebak-nebak.

"Jelmaan monster kayak gue, maksud lo?"

"Hu.um."

"Seandainya gue menjabat tangannya, gue bisa tau dia jelmaan atau bukan," balas Sandra setelah berpikir keras.

"Lo nggak ngeliat punggungnya?"

Sandra menggeleng, "Kenapa sama punggungnya?"

"Ada tanda bersinar semacam naga berkepala sembilan yang lebih —" Irina menggantung kalimatnya. Ia berpandangan lama dengan Sandra seolah paham yang ada di pikiran satu sama lain.

"HYDRA!!" ucap keduanya bersamaan.

"Hydra punya delapan kepala yang akan terus tumbuh dan satu kepala abadi," bisik Sandra seolah berbicara pada diri sendiri.

"Dan dia bisa membunuh dengan nafasnya," sahut Irina menimpali, "tapi apa mungkin Hydra menjelma menjadi lelaki setampan Rean?"

"Lo udah fasih menyebut namanya Rin," goda Sandra iseng.

"Gue cuma nggak sengaja denger temennya manggil begitu," elak Irina menutupi malu.

"Tapi dia cocok sama lo. Sama-sama aneh."

"Kalo dia beneran jelmaan Hydra, gue nggak bakalan sudi ngeliat wajahnya. Kita berbeda dan dia keturunan menjijikkan dari iblis!"

"Dia manusia Irina!! Gue juga keturunan iblis kalo lo lupa!" Sandra bangun dari posisi duduknya dan pergi begitu saja keluar dari dalam kamar. Sedikit banyak, kalimat Irina cukup menyinggungnya.

"Eh, atau dia itu Davy Jones? Kraken?" teriak Irina berlari menyusul Sandra ke ruang tamu.

"Dia manusia bernama Rean, Rin. Apa itu nggak cukup buat lo?" tanya Sandra sabar.

"Gue cuma penasaran San. Setidaknya, kita punya temen senasib di dunia manusia yang kejam ini."

"Sama kayak gue, Rin. Cowok itu masih memiliki kekuatan monsternya kalo dia bener jelmaan."

Irina mengangguk pelan. Ia berdiri meraih tasnya sambil membenahi kemejanya yang sedikit kusut.

"Ke mana lo?" tegur Sandra.

"Nyari kerupuk manis," balas Irina melambai dan menutup pintu.

"Udah gue bilang namanya es krim, dan jangan pake uang gue buat beli makanan aneh itu!!" teriak Sandra dari dalam rumah yang tak dipedulikan oleh Irina.

The Sound Of SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang