Talking Body

1.3K 218 27
                                    


Eza masih asik mengecek semua barang-barang yang harus masuk ke dalam mobil. Hari sabtu sore, akhir pekan yang akan ia habiskan untuk mengobati Rean. Demam Rean masih sangat tinggi, bahkan tanpa disentuh oleh Irina. Solusi terbaik yang Eza rencanakan untuk kesembuhan Rean adalah membawanya kembali ke laut, di mana Rean pertama kali muncul. Bersama Sandra dan Irina yang meminta ikut, mereka berangkat sore ini.

Irina tak berani mendekat, bahkan ia tak menyapa Rean sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irina tak berani mendekat, bahkan ia tak menyapa Rean sama sekali. Walau sebenarnya perasaan dan hatinya sangat ingin menanyai Rean tentang keadaannya, tapi Irina mati-matian menahannya. Ia menyadari, semua yang dialami Rean adalah karena dirinya.

"Ayo berangkat," ajak Eza setengah berteriak. Dipapahnya Rean dengan bahunya, hati-hati.

Irina berkaca-kaca, pandangannya beradu dengan Rean tanpa saling berkata. Rasa khawatir melingkupi Irina, ia takut Rean semakin parah dan tidak bisa kembali sehat hanya karenanya.

"Nggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Eza setelah semua naik ke dalam mobil.

"Gue sih enggak," sahut Sandra.

"Lo Rin?" Eza beralih pada Irina yang pandangannya menembus kursi tempat Rean duduk di depannya. "Rin!" panggil Eza membuat Irina tersentak.

"Enggak Za," balas Irina lirih.

"Ada," sela Rean lemah.

"Apaan?" Eza menoleh.

"Senyum Irina, aku belum melihatnya,"

"Ish!!" Sandra dan Eza menggerutu berbarengan. "Norak lo!" cerca Eza geli, tangannya sibuk memutar kemudi, mulai melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.

Irina hanya menyungging senyum tipisnya. Ia sama sekali tak berkomentar. Fokus pikirannya tidak sedang pada candaan Rean, ia ketakutan.

Setengah perjalanan hanya diisi celotehan Sandra dan Eza yang berbagi informasi pekerjaan. Mereka juga banyak membahas mengenai wisata kuliner yang sudah mereka coba selama menjelma menjadi manusia. Eza menjelaskan, ia pantang memakan ikan laut jika ia tidak ingin tak sadarkan diri selama dua minggu lamanya. Sandra menimpali bahwa ia tak sanggup menahan sakit di sekujur tubuhnya jika terlalu lama terkena sinar matahari.

"Irina nggak boleh makan daging. Dia vegetarian," celetuk Sandra.

"Kalo lo makan, gimana Rin?" tanya Eza membuat Irina merubah posisi sandaran kepalanya.

"Gue nggak bisa bernafas," balas Irina sekenanya.

"Lo berdua kenapa sih?" Sandra menatap heran, "sepi amat kayak kuburan," ujarnya.

"Rean butuh istirahat. Gue biarin kalian ngoceh berdua aja, nanti kalo ditambah gue, makin pusing ni orang!" tunjuk Irina pada kursi di depannya.

 Gue biarin kalian ngoceh berdua aja, nanti kalo ditambah gue, makin pusing ni orang!" tunjuk Irina pada kursi di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Sound Of SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang