His Mine

1K 203 20
                                    

Irina hanya menundukkan kepalanya dan sibuk bekerja tanpa memedulikan omelan orang-orang. Sesekali ia menyelipkan helai rambutnya yang menutupi mata ke samping telinga. Senyumnya tetap terpatri saat pintu utama terdengar dibuka.

"Nggak punya muka ya lo!" sindir Amanda pada Irina, ia seolah tengah menegur Galang, "harusnya lo udah mengundurkan diri semenjak sensasi murahan lo itu muncul di berita gosip!" cercanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak punya muka ya lo!" sindir Amanda pada Irina, ia seolah tengah menegur Galang, "harusnya lo udah mengundurkan diri semenjak sensasi murahan lo itu muncul di berita gosip!" cercanya.

Irina bungkam. Ia lebih memilih sibuk pada meja yang tengah dilapnya daripada mendengar ocehan teman kerjanya itu. Ia harus kuat, harus setegar karang. Meski di mata orang-orang ia hanya pembawa sial dan biang masalah, Irina tak ingin peduli.

"Mending lo di dapur aja deh Rin, jangan ngelayanin pelanggan!" nasihat Erla menyakitkan.

Pasca kepulangan Irina dari Dubai empat hari yang lalu, beredar fotonya yang tengah mencium Rean di bandara dan menjadi viral di dunia maya. Banyak kalangan penggemar Rean yang menghujatnya, termasuk mengatainya dengan kata-kata kasar. Belum lagi dengan teguran dari manajer tempat Irina bekerja - sebuah cafe yang mengandalkan kopi sebagai menu utamanya. Irina dianggap satu-satunya orang yang menyebabkan cafe sepi akhir-akhir ini apalagi setelah banyak kalangan ABG yang mencerca Irina begitu mengetahui identitas gadis pencium Rean di foto adalah dirinya.

"Banyak pelanggan yang mencaci-maki lo setelah tau siapa lo Rin. Lo nggak liat pandangan mata mereka ke lo kayak gimana? Udah tiga hari ini, pasti ada aja pelanggan yang dateng cuma buat ngata-ngatain lo abis itu pergi. Belom lagi wartawan yang menuh-menuhin seisi cafe. Lo nggak sadar diri ya?" gemas Amanda.
"Ada pelanggan dateng," Irina mengalihkan pokok bahasan karena terlihat rombongan anak kuliahan melewati pintu depan, "gue layanin mereka dulu ya," katanya.

"Eit! Udah gue bilang ke belakang aja lo!" Amanda menarik lengan Irina dan membawanya ke dapur. Tak punya pilihan, Irina hanya menurut saja.

Bertahan hidup dengan bersikap masa bodoh adalah pilihan Irina. Lagipula, ia tidak bisa menyalahkan Rean. Semua yang ia lakukan pada Rean di bandara tempo hari adalah dalam kondisi sadar. Bagaimana ia bisa menyalahkan aktor tampan yang sudah sangat menjaganya itu?

Letak dapur yang tetap masih terlihat dari ruang utama membuat Irina leluasa mendengar pembicaraan orang-orang yang membencinya. Mereka tak henti membicarakan Irina bahkan sengaja mencarinya di cafe hanya untuk bisa melihat wajahnya secara langsung.

"Jangan dengerin mereka Rin," bisik Fala yang menyusul Irina ke dapur. Ia satu-satunya teman kerja Irina yang sangat memahami posisi Irina.

"Gue selalu masang mode tuli kalo udah berurusan sama Amanda," jawab Irina dengan sisa persediaan senyum yang ia punya.

"Dia cuma iri aja karena lo menghabiskan liburan dengan ketemu sama aktor kecintaan kita semua. Makanya tingkahnya jadi kayak penyihir gitu."

Irina tertawa kecil saat melihat Fala mempraktekkan gaya bicara Amanda yang dilebih-lebihkan. Angannya kembali pada Rean, lelaki yang tak bisa ia hilangkan dari ingatan. Kini, posisi Rean di hatinya bukan hanya sekadar sebagai idola, tetapi satu-satunya lelaki penggenggam hatinya. Irina mengaku jatuh cinta.

The Sound Of SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang