Oblivion

999 212 31
                                    

Senyap, gelap.

Mas Rean ....

Cahaya itu kembali. Semakin dekat, semakin terang, semakin menyilaukan. Ledakan pancarannya menarik sebuah jiwa untuk keluar kembali memenuhi takdir.

"Irina!!!" teriakan menggelegar memenuhi pagi nan cerah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Irina!!!" teriakan menggelegar memenuhi pagi nan cerah itu.

Seorang lelaki berwajah sangat tampan dan sangat mempesona membuka matanya di atas pembaringan. Dadanya naik-turun karena keterkejutan, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya yang dibalut piyama.

"Mas Rean," panggilan itu lagi. Lelaki ini menoleh dan seorang gadis berdiri di pintu kamar. Ia memegang sebuah pulpen dan menenteng buku catatan. Ada earphone wireless terselip di telinga kirinya. "Mas Rean," panggilnya lagi.

"Gue?" tanya lelaki yang masih kebingungan ini.

"Iya Mas. Penerbangan ke Dubai tinggal dua setengah jam lagi lho. Kalo Mas Rean nggak bangun, kita bakalan ketinggalan penerbangan!" kata gadis di depan pintu.

"Irina ke mana?" tanya lelaki yang tak lain adalah Rean itu panik.

"Siapa Irina? Bidadari yang muncul dalam mimpi lo, Mas?"

"Mimpi?"

"Oke. Oke! Pokoknya bangun dulu, kita ngobrol nanti lagi. Semua perlengkapan lo udah siap, tinggal berangkat. Mandi gih!"

"Tunggu Cell!" spontan Rean menutup mulutnya. Ia bisa dengan otomatis tahu nama gadis yang memanggilnya 'Mas' itu. Marcella, tiba-tiba nama itu terbersit di kepalanya.

"Apalagi Mas Re?"

"Ngapain ke Dubai?"

"Kita ada proyek pemotretan untuk majalah Cosmopolitan Mas! Setelahnya Mas Rean ada mini konser. Ya Tuhan, perasaan semalem juga udah gue ingetin deh Mas jadwal itu!" gemas Marcella.

"Pemotretan? Gue nggak ngerti!"

"Jangan bilang Mas Re hilang ingatan!" canda Marcella.

"Anggap aja kayak gitu!"

"Nggak lucu ah Mas."

"Gue serius Cell," ujar Rean bersikukuh. Dalam ingatannya ia tenggelam di dasar laut, tertarik oleh pusaran air yang dasyat dan ditelan gelap. Bagaimana mungkin ia bisa terbangun di pagi hari dan di atas ranjang wangi nan nyaman seperti ini?

"Pokoknya mandi dulu, kita ngobrol lagi nanti sambil jalan. Jangan sampe Mas Eza ngomel-ngomel lagi gara-gara lo telat!"

"Eza?"

"Lo lupa juga sama Mas Eza, Mas?"

"Justru dia satu-satunya yang gue inget."

"Nah, lo bisa ngobrol sama orang gila itu kalo dia jemput nanti. Sekarang mandi buruan Mas Rean! Kita udah telat lho!!" Marcella menarik lengan Rean agar segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

The Sound Of SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang