And when you're weak I'll be strong
I'm gonna keep holding on
Now don't you worry, it won't be long
Darling, and when you feel like hope is gone just run into my arms....Irina melepas pelukannya, diusapnya leher Rean dengan punggung tangan. Demam Rean masih tinggi, wajahnya memang tidak pucat tapi Irina tahu Rean pasti lemah sekali.
"Udah makan?" tanya Irina penuh perhatian.
Rean mengangguk, "Aku tadi sarapan nasi goreng ayam laut buatan Eza. Rasanya mematikan!" ujar Rean seolah tengah mengadu.
"Ayam laut? Mana ada ayam laut Re," sahut Irina geli.
"Ada Rin. Eza sendiri yang bilang," kata Rean berjalan dan kembali berbaring di ranjangnya. "Ayam laut, hidupnya di laut ya?"
"Nggak ada ayam laut Re! Eza itu boongin lo. Ayam adanya di darat, mana bisa hidup di laut."
"Iya kah?"
"Nggak percaya?"
"Terus tadi yang kumakan untuk sarapan?"
"Eza ngerjain lo. Sekarang istirahat, gue cariin makan siang. Lo harus minum obat Re. Demam lo tinggi banget dan demi Dewa! Lo laki tapi takut hujan?"
"Aku nggak takut," sela Rean membela diri.
"Terus? Demam dan nggak diobati begini?"
"Aku nggak masalah kena air Rin. Entah itu dari laut, dari sungai, dari pipa air. Asalkan air itu bukan berasal dari langit, tubuhku nggak akan sakit kayak gini."
"Aneh Re, kenapa harus yang dari langit?"
"Karena wujud asliku adalah monster penjaga dunia bawah. Aku nggak bisa menerima semua yang jatuh dan berasal dari langit."
"Kalo sampe itu terjadi?"
"Ya kamu bakalan liat aku kayak gini. Atau bahkan mungkin lebih parah lagi."
"Itu berlaku untuk semua yang berasal dari langit?"
Rean mengangguk pelan, menegakkan sandaran tubuhnya, "Termasuk menerimamu, Irina," desisnya bernada tak rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of Silence
Fantasía"Dan ketika denting lonceng memecah kesunyian, saat itulah raga kami dibangkitkan. Jiwaku yang membara, takdirku yang berbeda jauh dengannya disatukan dalam nasib dunia nyata. Dia tetaplah berbeda, lalu dalam beda itu kami berjumpa." "Dia yang rela...