Langit mendung dan gemuruh angin di luar membuat Rean menoleh jendela. Ia masih setia duduk di sofa wangi rumah Irina dan Sandra. Secangkir teh hijau yang ia buat sendiri dengan arahan Irina menemaninya."Rin!! Buruan! Mendung di luar lho!" teriak Rean tak lagi bisa sabar.
Kewajiban yang dibebankan Sandra padanya untuk mengantar Irina, tak bisa Rean tinggalkan. Meski sebenarnya ia hanya perlu mengantar Irina ke minimarket depan, hatinya tak tega membiarkan Irina berangkat sendirian.
"Hujankah?" tanya Irina saat keluar dari pintu kamarnya.
"Belom. Baru angin aja. Makanya sebelum hujan kita jalan. Kamu udah kuat?" Rean berdiri, ia menghampiri Irina dan memapahnya duduk di sofa.
"Nggak papa. Lemes dikit sih, tapi nggak mungkin kan gue biarin lo berangkat sendiri beli pembalut? Bisa emosi gue. Daripada habis tenaga gue buat ngomelin lo."
"Kenapa?"
"Muka jangan sok imut gitu deh!"
"Cuma beli pembalut doang bisa aja! Emang aku anak kecil apa?" protes Rean tak terima diremehkan.
"Bukan anak kecil, cuma lo itu perbendaharaan katanya masih terbatas!"
"Sederhana aja. Tinggal aku liat pembalut yang kamu pake, terus beli yang mirip begitu."
"Sialan! Otak mesum lo aktif banget ye?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of Silence
Fantasy"Dan ketika denting lonceng memecah kesunyian, saat itulah raga kami dibangkitkan. Jiwaku yang membara, takdirku yang berbeda jauh dengannya disatukan dalam nasib dunia nyata. Dia tetaplah berbeda, lalu dalam beda itu kami berjumpa." "Dia yang rela...