Semilir angin dari arah laut membelai tubuh Irina yang membeku. Matanya yang semula terbelalak sedikit demi sedikit terpejam. Nalurinya sebagai seorang perempuan tak bisa bertahan atas serangan tiba-tiba Rean. Bibir dingin dan lembut yang menempel di bibir tipis Irina itu seketika menjadi candunya. Nafas Rean yang hangat dan teratur memabukkannya.
"Bawel," bisik Rean seraya menarik bibirnya menjauh dari Irina.
"Lo sembuh?" Irina terpaku. Bukannya marah karena tindakan mengagetkan Rean, ia justru peduli pada kesehatan lelaki di depannya.
"Laut menyembuhkanku," balas Rean.
"Dengan cara?""Dari Calypso untuk Davy Jones,"
"Laut selalu meminta apa yang dia punya kembali Re. Jaminan lo?"
Rean tersenyum, diusapnya kepala mungil Irina, "Hidupku."
Irina tertegun. Matanya yang indah berkaca-kaca karena bingung harus mengatakan apa. Rean harus menyerahkan hal yang lebih besar hanya untuk membuatnya merasa tidak bersalah.
"Lo nyium gue Re!" protes Irina kembali pada kesadarannya.
"Itu nyoba," jawab Rean enteng.
"Nyoba apa?" suara kecil Irina melengking, ia melirik kesal.
"Aku masih demam enggak kalo nyentuh kamu."
"Dan harus nyium?"
"Kamu bawel sih."
"Dibungkam pake tangan kan bisa!!"
"Bibirmu manis Rin."
"Rean!!"
"Sentuh aku dan aku nggak akan demam lagi," Rean merentangkan kedua tangannya.
"Tapi janji lo ke laut?"
"Rin," tubuh Rean yang tinggi menjulang itu menunduk di depan Irina. "Aku baik-baik aja dan mulai sekarang nggak akan kenapa-napa. Jangan menjauhiku, jangan takut menyentuhku. Kamu tau maksudku apa."
"Apa?"
"Aku yang akan menjagamu, itulah kenapa aku membuat janji itu. Kalo aku nggak ada, siapa yang bakalan jagain kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of Silence
Fantasy"Dan ketika denting lonceng memecah kesunyian, saat itulah raga kami dibangkitkan. Jiwaku yang membara, takdirku yang berbeda jauh dengannya disatukan dalam nasib dunia nyata. Dia tetaplah berbeda, lalu dalam beda itu kami berjumpa." "Dia yang rela...