Story about Tiffany accident in 2016.
Genre : Sad , Romance
Main Cast : Kim Taeyeon , Tiffany Hwang Miyoung
Other Cast : Find by Yourself
Desclaimer: Pure fiction story + Historical.
This is just for fun ! ( Imagination )
Kau tak usah memandangiku seperti itu, aku hanya bercanda. Harapanku nanti, sekarang, dan selamanya pun akan tetap sama dan hanya satu. Aku hanya ingin selalu bersamamu, Babo!
-Kim Taeyeon-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Last Chapter-
Lalu kuambil handphone-ku dari dalam tas slempang kecilku, seperti biasa, sembari menunggu Taetae-ku selesai memakai makeup-nya, kubuka aplikasi Snapchat-ku, lalu merekam video selfie-ku bersama Taetae disampingku yang masih sibuk berdandan, dan dengan sengaja kusisipkan emot jari telunjuk tepat pada kalungku, berniat untuk memperlihatkan pada seluruh dunia, dunia LockSmith dan dunia snapchat bahwa kalung pemberian Taetae sudah menggantung indah pada leherku. Lalu aku kembali merekam video yang kedua, aku mengatakan kepada semua orang benar adanya, bahwa memang aku yang menginginkan kalung ini, dan yang membuat aku terkejut........
Now Chapter
Tiffany POV
Dan yang membuat aku terkejut.. Saat aku bertanya padanya apa yang dia inginkan.... "Tae, kau sudah membuat harapanku menjadi kenyataan karena kalung ini, sekarang giliranku yang akan membuat harapanmu menjadi kenyataan saat kau ulangtahun nanti, palliwa! Tell me what your wish!?" Kulihat dia berhenti sejenak dari aktivitas-nya yang sedang memoles sedikit makeup pada wajahnya, lalu dia terlihat seperti berpikir sejenak, dan tak lama kemudian dia memandangku melalui pantulan cermin yang ada dihadapannya... "Aku ingin mobil! Ya! Aku ingat bahwa Mercedes mengeluarkan produk terbaru pada awal tahun 2016 kemarin! Aku ingin Mercedes-Benz C-Class Coupe yang warna biru! Ya, aku sudah lama memimpikan itu, sejak kemarin aku menjadi guest-star diacara Mercedes Fan's Night aku langsung menginginkannya Fany-ah. Bagaimana?" Taeyeon mengucapkan itu sembari mengangkat-ngangkat kedua alisnya seperti menantangku.
Omo! Aku tersentak dalam hati. Ya, sifat menyebalkan sepertinya memang sudah mendarah daging dalam dirinya, menyesal, itulah yang kurasakan saat ini, menyesal karena lagi dan lagi telah dengan gampangnya membuat perjanjian yang selalu berakhir konyol dengannya, errrgh, lagipula mana pernah terpikir olehku kalau permintaannya akan sampai kesana. Dan juga, darimana aku mengumpulkan uang untuk mendapatkan barang yang satu itu, memikirkan untuk biaya cicilannya saja aku seperti ingin gila rasanya, kalau bagi dia sih mungkin-mungkin saja, bahkan untuk membeli 10 barang itupun sepertinya mudah-mudah saja baginya, karena setahuku, bahkan sepertinya harta dia tak akan pernah habis walau dibelikan pada 3 pulau pun.
Aku masih terpaku ditempatku, kulihat dia kembali meneruskan aktivitas-nya yang sempat tertunda barusan, aku masih memandang wajahnya lewat pantulan cermin, tapi dia tidak, dia sedang fokus kembali memasang eyeliner pada kelopak matanya, aku memandanginya sambil memutar-mutar otak-ku harus menanggapi permintaannya seperti apa, tak lama kemudian dia mengalihkan pandangannya kepadaku sebentar, masih via cermin itu, kulihat lewat pantulan cermin besar itu matanya sedikit melirik tepat menatap kedalam mataku, tapi tak lama kemudian dia kembali fokus pada goresan eyeliner yang dia buat pada kelopak matanya, lalu dia terlebih dahulu membuka mulutnya saat aku juga akan hendak angkat bicara,...