BAB 2

2.1K 150 1
                                    

Fulvia tidak tenang. Hatinya gelisah. Pikirannya kacau.

Sepanjang pagi ini ia telah berkeliling Unsdrell dan terus mengelilinginya tetapi ia masih belum mendapatkan suatu ide. Fulvia telah membalik-balik semua buku yang dirasanya dapat memberinya ide di Ruang Buku.

Fulvia telah mengamati setiap lukisan yang dilaluinya untuk mendapatkan ide darinya. Fulvia telah berkeliling taman untuk melihat andai ada tanaman yang dapat memberinya ide bagus. Fulvia telah meneliti setiap ornament-ornamen yang menghiasi Unsdrell.

Setiap sudut Unsdrell telah ditelitinya tetapi Fulvia masih tidak tahu harus memberi hadiah apa untuk kedua orang tuanya pada ulang tahun pernikahan mereka mendatang. Ia ingin memberi suatu hadiah istimewa untuk keduanya tetapi ia tidak tahu apa.

Tidak akan ada yang dapat membantunya memecahkan masalah ini. Davies, kakaknya yang tidak peka itu tidak akan mengerti keinginannya ini.

Fulvia yakin bila Davies akan berkata, "Untuk apa kau pusingkan hal semacam itu? Kulihat Papa dan Mama tidak kekurangan apa pun."

Bahkan Fulvia tidak akan kaget bila kakaknya lupa ulang tahun pernikahan orang tua mereka telah ada di depan mata. Hanya sebulan mendatang. Fulvia juga tahu mereka tidak kekurangan apa pun. Tetapi ia tetap ingin memberikan sesuatu yang berharga pada mereka. Sesuatu yang istimewa untuk keduanya. Tetapi apakah itu?

"Kulihat pagi-pagi kau sudah menjadi hantu yang menggentayangi Unsdrell." Fulvia terkejut.

Davies bersandar di dinding Hall seakan-akan telah menanti kemunculannya sejak lama.

"Kau mencari sesuatu?" Davies mendekat.

"Tidak," Fulvia berbohong, "Aku tidak mencari sesuatu."

"Tidak biasanya kau menggentayangi Unsdrell seperti ini."

"Sungguh, Davies," Fulvia meyakinkan, "Aku tidak sedang mencari sesuatu."

"Apa kau sedang memikirkan kedua pria itu?"

"Dua pria?" Fulvia heran, "Siapa?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu," Davies mengejek.

"Kau maksud Trevor dan Richie?" tanya Fulvia. "Tidak. Aku tidak sedang memikirkan mereka."

"Kukira kau sedang berpikir mengapa mereka berdua tidak muncul hari ini." Fulvia tertawa geli.

"Aku hampir saja melupakan mereka kalau kau tidak mengingatkanku," Fulvia menahan tawa gelinya, "Kau benar. Tidak biasanya mereka tidak melaporkan diri hingga siang."

Davies menatap adiknya penuh curiga.

"Aneh. Tidak biasanya mereka absent seperti ini," Fulvia menatap kakaknya, "Kau tahu apa yang terjadi pada mereka?"

"Rasanya aku lebih tahu sesuatu telah terjadi padamu," Davies menjawab tenang, "Sesuatu pasti telah mengganggumu sehingga kau melupakan kedua pria itu."

"Kau terlalu curiga, Davies," Fulvia mengelak, "Katakan, Davies, apakah kau tahu bulan depan ada hari special apa?"

"Hari special?" Davies berpikir keras, "Kurasa tidak ada."

"Sudah kuduga," kata Fulvia.

"Apa?"

"Tidak ada," Fulvia melalui kakaknya sambil melambaikan tangan, "Aku tidak mengatakan apa-apa."

"Kau kira aku percaya?" Davies menangkap pinggang gadis itu dan menggelitiknya. Fulvia berteriak kaget.

"Hentikan, Davies!" katanya menahan rasa geli.

Orang Ketiga (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang