Fulvia duduk termenung di dalam kamarnya. Setelah berhari-hari menghabiskan waktu dikota, kini tiba-tiba saja Fulvia merasa jenuh berada di dalam rumah. Fulvia ingin sekali keluar tetapi ia tidak mempunyai tujuan.
Fulvia ingin sekali mencari seseorang untuk berbicara tetapi tidak ada seorang pun yang mempunyai waktu untuknya.
Count pergi entah ke mana semenjak makan pagi. Davies pergi menemui Lady Margot.
Dan Countess menyibukkan diri entah dengan urusan apa. Hari ini Trevor maupun Richie juga tidak muncul. Tidak pernah sekali pun terlintas dalam benak Fulvia bahwa ia akan bosan berada di dalam rumah.
Berpikir ulang tentang kedua kakak sepupunya itu, Fulvia merasa kedatangan mereka ke Unsdrell tidaklah sia-sia. Mereka selalu saja mempunyai cara untuk membuatnya tidak jenuh.
Hari ini tentu saja mereka tidak datang. Mereka tentunya masih mengira hari ini pun ia pergi kekota.
Fulvia menimang-nimang kantung uang pemberian Brent dan mendesah. Ia tidak dapat membeli kotak musik itu sekarang.
Irving telah membeli kotak musik itu untuknya namun Fulvia tidak dapat menerima pemberian itu. Kemarin malam Fulvia telah mengirimkannya kembali dan sekarang Fulvia hanya dapat berharap Irving segera mengembalikan kotak musik itu.
Fulvia ingin segera membawa pulang kotak musik itu. "Aku mendengar kau sedang bermurung diri."
Fulvia terkejut. Tangannya segera menyembunyikan kantung uang itu ke dalam saku gaunnya dan ia melihat Margot melangkah masuk kamarnya dengan senyumannya yang manis. "Kau tidak keberatan aku langsung masuk tanpa seijinmu bukan?"
"Tidak," kata Fulvia lalu ia bertanya, "Apa yang membuatmu kemari?"
"Davies. Ia mengatakan kau mungkin akan jenuh maka ia memboyongku pulang." Margot duduk di sisi Fulvia.
"Pria itu...," keluh Margot, "Ia selalu saja memikirkanmu." Margot menatap Fulvia lekat- lekat, "Aku iri padamu."Fulvia terperanjat. "Jangan berpikir terlalu banyak," ujar Fulvia, "Kami adalah kakak adik. Aku tidak mungkin merebut Davies darimu. Selain itu, sudah menjadi sifatnya selalu mengkhawatirkanku."
"Aku tahu," Margot tersenyum, "Karena itu pulalah aku mencintainya."
Fulvia lega.
"Katakan, Fulvia, apa yang membuatmu melamun."
"Aku tidak sedang melamun."
"Benarkah itu?" Margot tidak percaya, "Sesaat yang lalu aku begitu yakin kau tidak akan sadar walau di sampingmu ada bom meledak."
"Sungguh," Fulvia meyakinkan, "Aku hanya merasa bosan. Biasanya Trevor dan Richie datang menggangguku tetapi hari ini mereka tidak muncul dan itu membuatku merasa sangat jenuh."
"Kau benar," Margot menyadarinya, "Biasanya kedua kakak sepupumu itu selalu berada di sekitarmu. Ke mana mereka? Mengapa mereka tidak muncul?"
"Mungkin mereka tidak tahu hari ini aku ada di rumah."
"Aku dapat memahaminya," kata Margot lagi, "Davies mengatakan padaku hari ini kau tidak pergi keluar rumah. Irving tidak menjemputmu?"
Fulvia terperanjat. "Bagaimana kau tahu?"
"Tentu saja Davies," Margot tersenyum penuh kemenangan.
Fulvia merasa bodoh. Tentu saja Davies telah mengatakan semuanya pada Margot. Di awal Fulvia meminta bantuan Irving, ia tidak pernah memikirkan apa yang mungkin dikatakan orang lain tetapi semenjak Countess Kylie menyalahartikan sikap Irving padanya di hari Minggu yang lalu Fulvia mulai mencemaskan keputusannya yang lalu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Ketiga (TAMAT)
FantasySalah satu lagi karya Sherls Astrella Sinopsis: Sedari kecil Fulvia selalu menyayangi kedua sepupunya Trevon & Richie. Namun sayangnya rasa sayang Fulvia selalu dianggap lebih oleh mereka. Hingga mereka selalu saja bersaing siapa yg lebih di cintai...