BAB 8

1.4K 128 0
                                    

"Ada seorang pria yang menanti Anda, Tuan Puteri," seorang pelayan memberitahu Fulvia. "Ia mengatakan Anda mempunyai janji dengannya."

"Janji?" Fulvia heran, "Hari ini aku tidak mempunyai janji dengan siapa pun."

Hari ini adalah hari Minggu. Ia telah berjanji pada Trevor juga Richie untuk menemani mereka hari ini. Apakah ini adalah salah satu dari permainan mereka?

"Ia menanti Anda di serambi," kata pelayan itu lagi.

Fulvia bergegas ke serambi. Ia memutuskan untuk melihat siapakah pria itu. Seperti yang dikatakan pelayan padanya, seorang pria muda berdiri di serambi.

"M'lord?!" Fulvia terkejut, "Mengapa Anda di sini? Bukankah saya telah mengatakan pada Anda bahwa hari ini Anda tidak perlu datang menjemput saya?"

Fulvia ingat jelas ia telah mengatakan pada Irving bahwa ia tidak perlu kesanapada hari Minggu. Brent mengatakan ia tidak perlu datang di hari Minggu. Hari itu Brent dan keluarganya akan pergi ke gereja demikian pula Fulvia.

"Aku tidak suka setiap hari membohongi keluargamu dan kupikir tidak ada salahnya bila aku benar-benar menjemputmu untuk suatu alasan yang benar."

Fulvia tersenyum. Ia mengerti keinginan Irving.

"Tunggulah sebentar. Saya akan segera siap," Fulvia berlari ke dalam kamarnya.

Davies melihat adiknya berlari menuju kamarnya dengan riang.

"Kau mau ke mana?" cegat Davies.

"Irving menjemputku," jawab Fulvia tanpa berhenti, "Ia ingin mengajakku berjalan-jalan."

Mata Davies langsung mengawasi Irving yang menanti di depan Unsdrell melalui jendela lorong. Tanpa berpikir panjang, Davies langsung menapaki tangga menuju serambi tempat pria itu sekarang berada.

"Apa yang sedang kau rencanakan?" Davies langsung bertanya sinis.

"Tidak ada," jawab Irving. Ia benar-benar tidak menikmati cara pria ini memperlakukannya.

Davies selalu mencurigainya seakan-akan ia adalah seorang penipu besar!

"Mau apa kau dengan Fulvia?"

"Aku hanya ingin mengajaknya ke sebuah tempat."

Sudut mata Davies langsung meruncing. "Kuperingatkan kau, jangan bermain-main dengan Fulvia. Fulvia bukanlah wanita-wanita simpananmu itu."

"Aku tidak pernah berniat menjadikannya satu dari sekian koleksiku," Irving menjawab tak kalah sinisnya, "Aku tidak tertarik pada gadis ingusan seperti dia."

"Mengapa kau terus berada di sekitarnya?"

"Itu adalah urusanku," jawab Irving dingin.

Davies tahu. Seharusnya sudah dari awal mula ia menghentikan kedua sepupu itu. Seharusnya sudah dari awal ia mencegah Fulvia bertemu Irving.

"Maaf," Fulvia muncul dengan tergesa-gesa, "Apakah Anda lama menanti saya?" Fulvia heran melihat kakaknya berada disana.

"Tidak, M'lady," Irving mengulurkan tangan mencium punggung tangan Fulvia. Matanya melirik Davies dengan sinar matanya yang setajam pisau, "Saya sungguh merasa terhormat Anda bersedia berdandan dengan cantik untuk saya."

Fulvia tersipu.

Davies tidak suka cara pria itu memuji Fulvia tapi demi kebaikan Fulvia, ia tahu ia harus dapat menahan diri.

"Selamat bersenang-senang," Davies memeluk Fulvia dan mencium pipinya lalu ia melirik tajam Irving, "Berhati-hatilah."

Fulvia tersenyum. "Tentu, Davies."

Orang Ketiga (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang