Bab 12

49 1 0
                                    

Jhounif

Akhirnya, aku berhasil mendapatkan gadisku lagi. Ternyata perasaan yang kupendam selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Kristal juga mencintaiku.Tak dapat kulukiskan dengan kata-kata semua kebahagiaanku, ketika tangan mungilnya memeluk erat pinggangku. Ada rasa hangat yang berdesir di dadaku.

Setelah hari pengungkapan cintaku, hubungan kami menjadi semakin erat. Banyak hal yang mulai kami lakukan bersama, mulai dari hal sepele seperti makan siang berdua atau sekedar nonkrongi di "everiday Saturday" tempat favorit muda-mudi di kota ini tiap akhir pekan.

Kunikmati kebersamaan kami, walau sekuat tenaga kutahan hasratku saat ada didekatnya. Aku tidak munafik, aku seorang laki-laki dewasa yang punya kebutuhan biologis. Namun aku tak pernah memaksanya melakukan hal-hal intim tanpa persetujuannya. Yang kami lakukan hanya sekedar berpegangan tangan,berpelukan atau sekedar cium kening saat berpisah.

Namun sekali dua kali aku mencium bibirnya, ketika dorongan hasrat tak mampu kubendung. Tapi hanya sebatas itu saja, tidak lebih. Aku menghargainya dengan segala apa yang di yakininya, tentang hal tabu untuk berhubungan seks sebelum ada pernikahan. Hmmmm Kristal gadisku yang manis dan polos.

Dering ponsel membuyarkan lamunanku tentang Kristal. Jam 11 malam, siapa yang menelpon. Tanpa melihat layar, langsung kuterima. Dan hatiku berdesir ketika kudengar suara lembut di seberang dengan penuh kepanikan.

" Kakak, bisa ke rumah sakit sekarang? Maksudku, bisa temani aku di rumah sakit?"

"Ada apa Kris? Kenapa malam-malam begini di rumah sakit? Siapa yang sakit?"

Nada cemas Kristal di seberang menular kepadaku. Baru 2 jam yang lalu aku mengantarnya pulang dengan keadaan baik-baik saja.

" Ibu pingsan dan masih di UGD, dokter belum selesai memeriksanya Kak.."

" Ok, 15 menit lagi aku sampai."

"Terima kasih"

Begitu sambungan terputus, segera kuraih jacket dan kunci motor. Kulajukan motor secepat yang aku bisa. Benakku terus meraba-raba apa yang terjadi. Beberapa waktu lalu Kristal sudah mulai terbuka tentang masalah keluarganya padaku. Tentang sakit ibunya dan juga kelakuan bejat ayah tirinya.

Jika terjadi sesuatu dengan ibunya, kemungkinan besar adalah karena perbuatan ayah tirinya yang tidak bertanggung jawab. Jika memang itu benar, ingin rasanya kutonjok muka ayah tirinya yang brengsek itu.

Ketika sampai, kulihat Kristal duduk sendiri di ruang tunggu dengan mata terpejam. Kuhampiri dan segera kurengkuh dalam pelukanku. Kudengar isakkannya di dadaku.

"Apa yang terjadi? " Kuusap lembut rambutnya,berusaha menenangkan. Beberapa menit dia masih sibuk dengan tangisnya. Kuangkat dagunya, kuhapus air mata di pipinya.

" Kita tunggu dokter selesai. Tetap berdoa yang terbaik untuk ibu"

Kristal mengangguk dan kembali merebahkan kepala di bahuku.

" Mbok Yem tadi telepon, ibu sesak napas. Ketika aku sampai dirumah ibu sudah pingsan."

" Intan tidak dirumah? " Kristal menggeleng.

" Kakak kekota, mengurus perpanjangan SIUP. Harus menginap karena tadi berangkat terlalu sore."

" Sudah kau kabari tentang keadan ibu? " Kubawa jemari Kristal dalam genggamanku. Dia mengangguk.

" Sudah. Dan besok pagi-pagi dia akan pulang. Sebenarnya... " Kristal memandangku. Ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

" Sudahlah, jika kau tak ingin bercerita. Jangan di jadikan beban.... Hey ! Lihat ! jelek sekali pacarku saat menangis seperti ini.. hehehehe " Kupencet hidungnya dengan gemas, seketika bibirnya mengerucut sebal.

" Kakak menyebalkan sekali... "

Ada kelegaan ketika dokter keluar ruangan dan mengabarkan keadaan Ibu Kristal dapat di tangani. Kulihat tubuh lemah terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan tidur tenang. Kuikuti langkah Kristal menuju keruang dokter.

" Ibu nya pasien dr. Yanu ya? " Kristal mengangguk.

" Kebetulan dr. Yanu dinas pagi, tapi tadi sudah saya kontak dan riwayat medis ibu sudah saya baca. Sesak napas ibu tadi karena kadar gula nya yang naik tiba-tiba. Karena naik terlalu tinggi hingga menyebabkan ibu pingsan. Saya kira ini tadi bukan karena makanan, tapi lebih kepada stres atau gangguan pikiran. Saya harap anda dapat menjaga emosi ibu anda agar stabil dan di kondisikan agar ibu nya tidak terlalu banyak pikiran."

"Iya dok, akan kami usahakan. Lalu bagaimana keadaan ibu sekarang? "

" Kita observasi dulu disini beberapa hari dan menstabilkan gula darahnya. Menurut pemeriksaan awal tadi, kemungkinan diabetes nya sudah merusak organ jantung."

Entah apa yang ada di pikirannya, ketika keluar dari ruang dokter kulihat pandangan matanya penuh amarah. Tetap kugenggam tangannya untuk memberi kekuatan. Aku akan selalu ada disisinya apapun yang terjadi. Ketika tiba-tiba dia menangis dan memelukku, seakan menumpahkan beban didadanya

" Sialan, aku sangat membenci orang itu Kak. Aku tidak akan mengampuninya jika sesuatu terjadi pada ibu...."

**********

All about LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang