BAB 13

18 1 0
                                    

Kristal

      Kusesap kopi yang mulai dingin. Aromanya masih tercium dan menenangkan. Aku tak terbiasa mengkonsumsi kopi. Tapi malam ini adalah pengecualian. Aku butuh pengalih perhatian.

      Ibu sudah di pindah ke kamar rawat sejak 2 jam yang lalu. Selama itu ada Jhon yang menemaniku. Hingga kami berakhir disini. Duduk berdua di kursi depan kamar ibu.

     Jhon bersandar disebelahku dengan sebelah tangan memeluk pundakku. Aku nyaman, sungguh. Tapi aku enggan berbagi cerita tentang keadaan ibu yang sebenarnya.

     Aku hanya sedikit menggambarkan saja.
Dia juga tidak menuntut jawaban lebih.Jujur saja, dengan kehadirannya aku merasa sebagian bebanku terangkat. Aku menjadi tenang. Padahal yang dilakukannya hanya menemaniku.

" Kakak tidak lelah?"
Dia bergeming masih menatap langit-langit ruangan.
" Besok bukan hari libur, aku tau kakak sibuk."
" Hmmm..."

     Kuletakkan cup kopi di meja sampingku. Dia hanya bergumam menjawabku, dan malah mengeratkan rengkuhannya.
"Kakak dengar aku kan?"
"Iya, dengar."

     Dijumputnya rambutku dan diciumnya di depan hidung.
"Aku akan disini sampai besok pagi. Sampai keadaan ibumu benar- benar stabil."
"Tapi besok pagi kakak harus kerja kan?"
"Lalu?"
"Maksudku, kakak butuh istirahat. Tidak mungkin kan kakak semalaman disini. Kakak harus tidur. Besok pagi kekantor."

Jhon hanya tersenyum dan menoel pipiku.
"Dan membiarkan kamu disini berjaga sendiri?
Heii... aku laki-laki. Aku kuat, dan aku akan menemanimu disini."
"Kalau kamu lelah, sini berbaring di pahaku. Atau kamu bisa tidur didalam. Ada sofa kan di kamar ibu"

Di tepuk pahanya mempersilahkan aku tidur disitu.

     Entah kenapa hatiku menghangat mendengar tawarannya. Kulihat senyum tulus di wajah lelahnya.

" Iya deh, nanti kalau aku sudah ngantuk."

     Ketika aku mencoba sekali lagi menghubungi nomor Pak Anjar yang kudapat dari Buk Yem. Sejak aku bawa ibu ke rumah sakit tadi, dia tidak bisa kuhubungi.

     Kemudian aku mengirim pesan WA ke Mr. B mengabarkan bahwa ibu masuk rumah sakit. Sehingga aku akan datang terlambat ke dealer besok.

" Kamu telepon sapa?"
"Pak Anjar. Suami ibu. Tapi dari tadi tidak bisa. Tidak aktif nomor nya."

     Jhon mengernyit tidak mengerti.

"Siapa dia?"

     Ah, ak ragu untuk menjelaskan ke dia. Aku malu jika dia sampai tau apa yang terjadi di keluargaku.

"Dia suami ibuku. Sudah, itu sementara cukup itu saja yang bisa kuberitahukan."

      Jhon tidak bertanya lebih lanjut. Ketika dua orang perawat melewati kami, mereka mencuri-curi pandang ke arah Jhon. Yang hanya di tanggapi senyuman saja olehnya.

      Hmmm, memang penampilan Jhon menarik perhatian walau hanya mengenakan pakaian standart kaus dan jeans. Dengan wajah manis diatas rata-rata, membuat orang akan menoleh dua kali.

      Ada panggilan masuk dari Mr. B. Jhon mengangguk ketika ak meminta ijin untuk menerima panggilan.

" Mr. B mengijinkan aku tidak kerja besok, sampai ibu membaik."
"Dia sudah kembali?"
"Belum. Dia cuma pesan agar hp ku selalu on, karena semua pekerjaanku sementara akan di handle Ivo."
" Baguslah kalau begitu. Berarti urusan dengan perusahaanku tetap jalan kan?"
" Ya begitulah. Ivo bisa handle semua."

      Tanpa kusadari aku menguap lebar di depan Jhon. Diraihnya kepalaku, dan di rebahkan diatas pahanya.

      Entah berapa lama aku tidur. Aku terjaga saat perawat membuka pintu meninggalkan kamar ibu. Sejak kapan aku tidur di sofa. Bukannya kemarin aku tidur dipangkuan Jhon di kursi depan kamar.

      Beberapa saat Jhon keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

"Oh.. sudah bangun."

     Jhon mengambil tempat disebelahku. Dan membuka bungkusan plastik di meja.

"Aku belikan makan, tadi buk yem minta diantar pulang dulu. Jadi sekalian. Nanti dia akan balik sambil membawakanmu baju ganti."

     Aku bangun dan mengecek kondisi ibu. Tampak beliau tidur dengan tenang.

"Tadi aku hubungi perawat karena infus habis."
Aku kembali duduk disebelah Jhon.

"Aku harus ke kantor. Kamu jangan telat makan. Nanti aku kembali. Kalo ada apa-apa, telp aku."
      Jhon mengambil jacket dan sekilas mencium puncak kepalaku.
"Aku antar ke tempat parkir?"
"Tidak perlu. Kamu disini saja jaga ibu."

      Aku antar dia sampai ke deoan pintu. Setelah bayangan Jhon menghilang, aku kembali masuk.

      Sekali lagi aku mencoba menghubungi ayah tiriku. Lagi-lagi suara operator yang ku dengar. Akhirnya kuputuskan meninggalkan pesan singkat, mengabarkan bahwa ibu masuk rumah sakit.

      Sebenarnya aku malas berhubungan dengan orang itu. Tapi dia juga harus bertanggung jawab atas keadaan ibu.
Kemarin aku minta persetujuan Kak Intan untuk menghubunginya. Awalnya Kak Intan tidak setuju, namun akhirnya dia menurut saja atas keputusanku.

      Beberapa saat kemudian ada pesan masuk di hp ku. Kulihat no ayah tiriku. Namun isi pesannya membuatku berang

"Tolong berhenti mengganggu suami saya."

Shittt...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All about LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang