XIII

2K 262 39
                                    

"Aish! Aku bisa gila karenanya!"

---

Alunan musik yang membuat tubuh itu semakin bergerak dengan lincahnya.

Indah, menarik

Dua buah kata yang sinkron untuk mendeskripsikan penampilan latihan gadis bersurai hitam kemerahan bergelombang itu.

Drrt drrt

Liukan tubuhnya sontak berhenti dan mengalihkan tatapan kearah ponsel yang baru saja tadi berdering.

"Pasti bocah itu."

Kaki jenjangnya pun mendekat kearah tempat ponselnya berada. Dan mulai mendekatkannya kearah telinganya.

"Halo? Kenapa, Mark?"

"Ya! Choi Yewon, bukan ka--"

"Iya-iya, 5 menit lagi aku sampai, bawel!"

"Aku tung--"

Belum sempat Mark melanjutkan ucapannya. Arin atau gadis yang baru saja mengakhiri latihannya itupun mematikannya secara sepihak.

Sejujurnya, ia malas untuk menemui Mark dan Koeun hari ini.
Tapi, mau bagaimana lagi. Bukan kah ini ada di dalam kontrak?

"Jika, kau membuatku kembali menunggu. Mati kau, Mark Lee!"

---

Kedua sosok yang tak asing di kancah hiburan Korea pun sedang menikmati waktu akhir pekan mereka.

Segelas cola dan kentang goreng menambah kesan liburan yang menyenangkan di hari terakhir pada bulan Maret ini.

"Kemana dia? Belum datang?"

"Katanya 5 menit lagi. Dan ini sudah hampir 5 menit le--"

"Aku datang, dan jangan berbicara yang aneh-aneh tentang ku."
Sontak saja, ucapan Mark terpotong.

Bukan

Bukan, Koeun pelakunya. Melainkan, sosok gadis berkaos abu-abu dengan rok hitam selutut, ditambah dengan sepatu putih serta rambut yang diikat satu yang membuatnya semakin terlihat cantik dan manis.

"Datang juga kau. Nah, Koeun. Ini Arin, dan Arin, ini Koeun."

Kedua gadis itupun berjabat tangan. Seulas senyum manis keluar dari bibir keduanya.
Tapi, jika diperhatikan dengan baik, salah satu dari kedua senyuman itu, tidak bermakna tulus.

Entah lah, apakah itu senyuman Arin atau Koeun yang bisa dibilang 'senyuman palsu', yang pasti kini keduanya sedang berada di dalam kehidupan cinta seorang Mark Lee.

"Senang berkenalan denganmu, Arin sshi."

"Aku juga, kau terlihat lebih cantik dari yang aku lihat di foto atau media lainnya."

"Jangan terlalu memuji, kau bahkan lebih cantik dariku."

Jujur saja, entah kenapa Mark merasa senang melihat keakraban dari Arin dan Koeun saat ini.
Padahal, jika Arin tahu bahwa Koeun sudah mengetahui tentang perjanjian mereka, Mark tidak akan menjamin sikap gadis itu akan semanis sekarang.

"Sudah lama menunggu?"

"Belum, mau pesan apa, Rin?"

"Tidak perlu. Aku akan memesannya sendiri nanti. Nikmati saja lah waktu kalian."

Mark dan Koeun pun saling menatap. Tidak disangka, idol kelahiran Busan itu bisa secuek bebek seperti ini, bahkan bisa-bisanya ia berkata blak-blakan di hadapan Mark dan Koeun.

"Ka-kau tak apa?"

"Bukan kah itu yang kau minta?" Ucap Arin sembari menghela nafas lemah.

Mark pun bangkit dari kursinya dan menarik tangan Koeun yang otomatis membuat gadis itu juga ikut berdiri.

"Aku dan Koeun akan pergi sebentar."

"Mustahil jika kau berkata sebentar. Pergi lah, kemungkinan aku juga akan pergi. Tidak mungkin aku seperti kambing congek di sini sendiri. Membuang waktu, kau tahu itu."

"Lalu? Kau mau kemana?"

"Terserah aku lah. Yang penting kalian pergi saja nikmati waktu berdua."

Gila, jika Koeun tidak tahu tentang perjanjian itu, mungkin ia akan terkaget-kaget melihat reaksi cuek dan bodo amat dari Arin.

Melihat fakta, bahwa Mark dan Arin sudah 'resmi' di mata publik.

"Tapi, kau harus kembali lagi kesini."

"Aku tahu itu. Dan kau, jangan sampai membuatku menunggu seperti kemarin. Kau akan mati sungguhan!"

"Iya, bawel. Mau jam berapa?"

"Jam 9 paling telat."

"Baiklah. Aku pergi dulu, terima kasih, Rin. Ayo, Eun!"

'Sampai kau membuatku menunggu lagi, bersiaplah untuk menemui ajalmu!'

---

Setengah jam sudah Arin duduk seorang diri di restaurant cepat saji di dekat wahan Lotte World.

Ramai, membuatnya tidak tertarik untuk masuk kesana dan bermain wahana.

Iya, Arin bukan lah tipe orang yang bisa menghabiskan waktunya sendiri. Tapi, sekarang mau bagaimana lagi

Mau tidak mau, gadis bermata sipit itu harus menikmati waktunya seorang diri.

Sebuah ice lemon tea yang menemaninya di cuaca yang cukup panas ini.

"Membosankan." Gerutunya.

Ia pun bangkit dari duduknya dan berlekas meninggalkan tempat itu.

Entah kemana, intinya ia ingin pergi dari sana.

---

Di sebuah taman yang tidak terlalu ramai.
Hanya terdapat, penjual es krim, balon, dan beberapa anak kecil yang sedang seru bermain.

Langkah pelan seorang gadis ikut serta meramaikan taman itu.

Tidak, ia bahkan tidak tahu ada taman di dekat sini.
Tepatnya, ia baru datang dan baru berkeliling wilayah di dekat wahana permainan itu.

Tiba-tiba, seorang anak perempuan terlihat berlari kearahnya.
Tentu saja, anak itu tidak mengetahui keberadaannya.

Bruk!

"Aa-ah!"

"Astaga! Kau tidak apa?"

Dengan sigap, Arin pun langsung membantu gadis kecil itu untuk berdiri.

"Ada yang sakit?"

"Lututku, eonnie."

Arin pun melirik kearah lutut gadis kecil itu. Dan benar saja, luka memar sudah terpampang jelas di sana.

Gadis berkaos abu-abu itupun langsung menuntun anak kecil tadi ke bangku yang berada di dekat mereka.

"Tunggu sebentar ya, eonnie carikan obat mer--"

"Tidak perlu, ini ambilah."

Sontak Arin pun mengadahkan kepalanya keatas, tepat di mana sumber suara itu berasal.

Senyuman manis itu yang membuat matanya seakan menghilang.
Tidak asing emang.

Jelas, Arin tahu siapa pria itu.

"Jeno?"

T
B
C

Btw, yg d mulmed Arin nya cantik wkwkwk :v

Jangan lupa vomentnya yaa :)

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang