V

3.1K 341 27
                                    

Seorang gadis dengan gaun biru selutut serta rambut yang ia biarkan terurai rapi sedang memandang pantulan tubuh langsingnya di cermin.

"Bodoh kah aku?"

Ia menatap sendu pantulan dirinya itu. Titik kelamahan itu terlihat jelas, ia takut,

Takut kehilangan

Takut tersakiti,

Dan...

Takut jatuh cinta.

"Wonie, sudah siap?"

"Ah iya, eonnie 5 menit lagi."

Gadis itupun segera mengambil tas selempangnya dan keluar dari kamar menemui sang kakak yang sedari tadi sudah menunggunya.

"Seunghee eonnie, ayo."

"Ayo, kau bisa kuat, kan?"

Arin pun mengangguk yakin dan menarik Seunghee keluar dari dormnya menuju gedung SM tempat conferensi pers dilaksanakan.

---

Mark memandang jam tangannya gelisah, pasalnya hingga jam segini Arin masih belum terlihat batang hidungnya juga.

Doyoung dan Taeil yang bertugas menemani Mark pun menyadari akan kegelisahan membernya tersebut.

"Tenang. Arin pasti datang, Seunghee sudah menghubungiku tadi."

Dan kini Mark bisa bernafas lega. Ia tidak bisa membayangkan, jika Arin berhalangan hadir dan ia harus berbicara seorang diri di hadapan para wartawan yang telah datang.

"Maafkan kami atas keterlambatan kami."

Suara lembut itu sontak mendapat perhatian lebih dari Doyoung, Taeil, serta Mark.
Terlihat dua gadis cantik yang tengah berjalan menuju ke arah mereka.

Terkejut bukan main saat Mark melihat apa yang Arin kenakan saat ini.

Gaun biru selutut serta surai ikal yang ia biarkan menari indah di bahunya menambah kecantikan alami dari gadis cantik itu.

Tidak
Bukan itu yang membuat seorang Mark terkejut, melainkan baju yang mereka kenakan terasa selaras.

Mark kini mengenakan kemeja biru gelap disertai jas yang menampilkan sisi kejantanannya.

"Aigoo, mau konfirmasi saja pakai bajunya janjian."

"Ih, tidak hyung. Kita tidak janjian, ya kan, Rin?"

Pertanyaan Mark pun dijawab dengan anggukan singkat dari Arin.

Jujur saja, sedaritadi mata Mark tidak bisa berpaling dari sosok Arin yang ternyata benar-benar menyita semua perhatiannya.

Hingga gadis itu berjalan mendekat ke arah Mark.
Tepatnya menuju mendekat kearah telinga pria tersebut seakan ingin membisikan sesuatu.

"Jangan terlalu lama melihatku. Kau yang akan memberiku setengah dari gajimu nanti. Dan tutup mulut, air liurmu sudah hampir keluar, kau tahu itu?" Ucap Arin tepat di depan telinga Mark yang membuat pria itu mendelik tidak terima.

"Kau.." geram Mark sembari menatap tajam pada gadis itu. Sementara gadis itu, hanya tersenyum simpul.

"Mark, Arin ayo!" Ucap salah satu staff yang merupakan karyawan SM tersebut.

Keringat dingin mulai bercucuran, menandakan mereka benar-benar gugup.

Keduanya pun saling melirik cemas, dan saling menghela nafas berat.

Hingga sebuah tangan besar menggenggam tangan kecil milik Arin.

Tidak perlu ditanya siapa pemilik tangan tersebut.

"Jangan baper ini han-"

"Aku sudah tahu!"

"Bagus lah."

Mark pun menarik tangan Arin perlahan untuk menuju tempat conferensi pers.

Silau dari jepretan kamera sudah memenuhi aula milik SM saat kedua remaja itu masuk.

Gadis bersurai cokelat gelap itu semakin mengeratkan genggamannya yang membuat Mark yakin, bahwa gadis itu sangat lah takut.

Pria berdarah asli Kanada itupun mengambil microfone yang berada di hadapannya itu.

"Halo, saya Mark dari NCT. Ingin mengumumkan sesuatu yang mungkin akan mengejutkan semua pihak. Setelah kabar yang beredar kemarin tentang saya dan Arin, hari ini saya ingin meluruskannya. Sebelumnya saya minta maaf untuk para fans yang mungkin sakit hati. Saya dan Arin merupakan teman sekelas, sebelumnya kami hanya berteman dekat. Hingga beberapa waktu lalu kami memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan yang akhirnya terkuak. Tolong dukung kami dan saya atas nama pribadi meminta maaf atas konfirmasi ini."

---

"Bukan kah kita berhasil?"

Arin hanya menatap Mark sekilas dan kembali menenggelamkan wajahnya di balik kedua tangannya yang ia lipat di atas meja.

"Hidup ini gila."

Drrt drrt

Getaran ponsel dari Mark pun terdengar, dan tidak lama berselang ponsel Arin juga ikut bergetar.

Keduanya pun saling bertukar pandangan dan lagi-lagi menghela nafas lemah.

"Benar dugaanmu. Mereka langsung menghubungi kita."

"Jangan diangkat, aku benar-benar tidak ingin dihubungi oleh siapapun hari ini."

"Lah ini kan ponselku, apa hubungannya denganmu?"

Gadis itupun mengangkat kepalanya dan menatap pria yang ada di hadapannya datar.

"Ya! Kau mau ditanya-tanya, eoh?! mereka juga pasti tahu kalau kau sedang bersamaku sekarang!"

"Ah kau benar juga."

"Tck, bodoh!"

Arin pun kembali menyuapkan puding cokelat kesukaannya ke dalam mulutnya.
Mencoba merelaksasikan tubuhnya dengan menikmati puding itu di rongga mulutnya.

"Apakah dengan kau makan banyak stress mu berkurang?"

"Lumayan."

"Lalu bagaimana untuk menghilangkannya?"

Arin pun menghentikan aktifitas makannya dan kembali menatap Mark yang kini menatapnya penasaran.

"Cerita dan percayakan hal itu pada orang lain. Itu meringankan bebanmu. Kau tidak bisa memanggulnya sendiri, tuan."

T
B
C

Gimana?? Makin gaje yaa T^T

Alurnya bakal muter jd nikmatin aja yaa eheheheh :v

Jangan lupa vomentnya yaa :)

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang