XIX

2.1K 268 33
                                    

"Apa?!"

---

Mark, Mina, dan Kangmin menatap kerabat satu agensi itu tidak percaya.

"Lalu di mana Arin sekarang?!"

"Kurasa dia sudah dalam perjalanan menuju Busan."

Raut wajah Mark langsung berubah 180 derajat, dari yang awalnya tenang kini berubah menjadi raut wajah khawatir.

"Haruskah aku menyusulnya?"

"Iya, kami yang akan mengurusi surat izinmu pada pihak sekolah atau agensi."

Ucapan Mina pun didukung penuh oleh kedua rekannya, Kangmin dan Minseok.

"Perbaiki hubungan kalian, jangan sampai berakhir atau kau akan menyesal nantinya."

Perkataan Kangmin akan terlihat sangat bodoh, jika maknae Romeo itu tahu fakta yang sebenarnya.

Tapi, kali ini Mark tidak berpikir panjang.
Tidak ada nama kontrak, Koeun, atau sebagainya di dalam pikirannya saat ini.

Hanya ada sebuah nama, yaitu..

Arin

---

Asap kereta yang tadi mengebul, kini mulai menipis. Pergerakannya pun yang perlahan cepat, kini mulai perlahan dan berhenti.

Satu per satu dari penumpang pun keluar, tidak terkecuali Arin. Dengan jaket tebalnya serta masker putihnya yang kini masih melekat di wajah cantiknya.

Di dalam masker itu tertutup seulas senyum lega. Seakan ia telah hidup kembali dari penjara yang menekannya.

'Ayah, ibu, Hyuksin aku pulang.'

---

Kini, di depan sebuah rumah yang tidak terlihat mewah, hanya saja terlalu mewah disebut sederhana.

Seorang gadis dengan tas ranselnya berdiri ragu untuk memencet bel yang ada di hadapannya kini

Ting tong

Suara bel terdengar dari dalam rumah. Menandakan ia sudah menekan bel itu.

Tidak sampai hitungan menit, perlahan pintu utama rumah itu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan apron hitamnya yang melekat indah di tubuh cantiknya.

"Iya, ada ap-- Yewon?!"

"Ibu!"

Langsung saja, Arin menghambur ke dalam pelukan sang ibu. Pelukan yang sudah lama ia tidak rasakan, dan sangat ia rindukan.

"Nak, kau pulang, nak?"

Arin pun mengangguk di dalam pelukan sang ibu.
Wanita paruh baya itu semakin mengeratkan pelukannya pada putri sulungnya, seakan ia tidak ingin berpisah lagi dengan gadis cantik itu.

"Bagaimana keadaanmu, nak? Kau baik-baik saja, kan?"

"Iya, bu. Keadaan ku baik-baik saja."

"Ta-tapi, ada apa dengan pipimu? Kenapa bisa membiru seperti in--"

"A-ah, tidak apa, bu. Hanya terpentok meja kelas."

Tentu saja, Arin tidak akan memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak ingin membuat sang ibu khawatir tentangnya.

"Ayah dan Hyuksin ada di mana, bu?"

"Ayah masih di kantor, Hyuksin ada di dalam."

"Benarkah?! Ayo, kita masuk, bu. Aku sudang sangat rindu dengan bocah kecil itu."

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang