VI

3.2K 312 34
                                    

"Cerita dan percayakan hal itu pada orang lain. Itu meringankan bebanmu. Kau tidak bisa memanggulnya sendiri, tuan."

---

Mark pun mengangguk pahan dengan apa yang telah Arin katakan.
Benar, gadis itu jauh lebih dewasa darinya.

Walaupun hanya terpaut beberapa bulan lebih tua darinya, tapi dibalik wajah imutnya, gadis itu benar-benar memiliki sifat mandiri.

"Emang kau punya masalah apa?"

"Bukan waktu yang tepat untuk aku ceritakan."

"Apakah membermu tahu tentang masalahmu?"

Pria itu menggelengkan kepalanya, yang membuat gadis yang di hadapannya itu kini memutar bola matanya.

"Mark, aku bukan lah orang pintar. Tapi, kau bukan malaikat yang bisa memanggul semua beban sendiri. Kenapa manusia tidak diciptakan hidup sendiri? Karena kita bukan lah makhluk sempurna yang bisa melakukan semuanya sendiri. Kau paham?"

Sungguh, perkataan Arin bukan main. Ia benar-benar sudah menjadi dewasa dalam waktu singkat.

"Kau masih seorang bayi, kan?"

"Ya!"

Pletak!

Sebuah pukulan mendarat mulus ke kepala Mark, yang mengakibatkan pria bersurai pirang itu meringis kesakitan.

"Ya! Kau ini manusia atau bukan, sih?!"

"Setan!"

---

Pagi menjelang. Embun pagi nan sejuk menetes indah dari helaian daun.

Tenang dan damai kota Seoul, ternyata menyimpan berjuta-juta kegusaran di dalamnya.
Terutama, pada dua murid SOPA yang terlihat menikmati pagi ini dengan suasan hati yang cukup gusar.

"Kau siap?"

"Hhmm, sepertinya."

Sang pria pun menjulurkan tangannya untuk menggenggam tangan sang gadis yang secara 'resmi' telah menjadi sepasang 'kekasih'.

Saat tiba di dalam lingkungan sekolah. Sontak semua mata tertuju pada mereka.

Tatapan iri, bahagia campur menjadi satu. Bahkan tak jarang para murid saling berbisik melihat dua sosok itu.

"Yewoon!"

Sontak Arin, yang memiliki nama asli Choi Yewon itupun menoleh ke arah sumber suara.

Sesosok gadis cantik dengan surai cokelat terang berlari menghampiri Arin dan Mark dengan senyum yang mengembang lebar.

"Hei, kalian ya pacaran tidak bilang-bilang, tidak solid banget sih!" Ucapnya sembari membuang muka kesal.

Arin pun tertawa singkat dan memeluk tubuh langsing sahabatnya itu.

"Aigoo, Eun. Tidak seperti itu, kami baru saja ingin memberitahumu dengan yang lain, tapi wartawan menangkap kami lebih dulu."

Naeun pun memandang wajah Arin dan membalas pelukan dari sahabatnya itu.

Sementara, Mark ia hanya terdiam. Jujur saja, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.

"Hei, Mark! Jaga Arin baik-baik lho, sampai Arin terluka satu titik saja, mati kau!"

"Tenang, tidak akan terjadi apa-apa dengan Arin." Ucap Mark sembari mengerlingkan matanya kearah Arin, yang membuat gadis itu memutar bola matanya malas.

"Ayo kita masuk, sebentar lagi bel."

---

Setelah berpisah dengan Naeun di depan kelas 3-2.
Mark dan Arin pun kembali berdua. Tidak ada murid yang berada di luar kelas saat itu.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang