XXIV

1.9K 244 58
                                    

'Di saat cinta itu datang, sebuah kondisi yang membuatku terhimpit untuk terpaksa merelakannya dan melupakannya. Dan aku tersadar, di situlah titik aku benar-benar mencintainya.'

---

Arin meninggalkan Mark seorang diri. Dan siapa sangka, dirinya pun rapuh saat ini.

Tetesan kepedihan itu terlihat jelas pada wajah cantiknya. Ia tidak ingin Mark melihat ini, keadaan yang sangat amat rapuh.

Ia menyeret kakinya menuju dorm.
Iya, gadis itu menyuruh semua kakaknya untuk pulang terlebih dahulu. Arin bukan tipe orang yang suka orang menunggu karena dirinya.

"Aku pulang."

Jiho menyambut kedatangan Arin dengan tatapan heran dan bingung.

Pasalnya, wajah Arin benar-benar sudah terlihat pucat dan lesu. Dan bisa terlihat jelas, mata sembab menghantui wajah cantiknya.

"Arin? Kamu kenapa?"

Arin pun menoleh kearah Jiho. Tidak menjawab apapun, hanya tersenyum kecil dan tipis.

"Eonnie, jika ada berita apapun esok hari. Eonnie dan yang lain harus percaya, aku tidak apa-apa. Dan kumohon, jangan tanya apapun tentang berita itu."

Anggukan lembut menjawab semua pernyataan Arin. Dan kini, sebuah pelukan hangat menghampiri tubuh Arin.

Jujur saja, ia ingin menumpahkan segala tangisnya kepada sang kakak sekarang. Tapi, ia tidak ingin membuat siapapun mengkhawatirkannya.

Iya, dia berbicara pada Mark dan Jeno untuk mengeluarkan semua beban mereka. Tapi, dirinya sendiri? Ia tidak bisa melakukan hal itu.

"Baik lah, eonnie. Aku masuk dulu ya."

"Hhm, kau butuh waktu untuk menenangkan dirimu. Istirahat lah."

"Iya, eonnie."

---

Tidak jauh berbeda dengan kondisi Arin saat ini.
Mark, sama terpukulnya dengan gadis itu. Tapi, sayang, ia tidak tahu kalau sekarang gadis itu juga merasakan kepedihan yang sama.

Ia masih terduduk di bangku taman, tanpa bergerak satu senti pun dari sana.

"Bodoh kah aku? Tck!"

Air matanya ia hapus secara kasar.
Jujur saja, ia tidak menginginkan cairan bening itu keluar, tapi ia juga tidak bisa menahannya. Seakan keluar dengan sendirinya.

Drrt drrt

Ponselnya berdering.
Hanya dua kemungkinan, siapa yang kali ini menghubunginya.

Para member

Atau

CEO SM

Mark merogoh saku celananya. Dan menatap layar ponsel hitam miliknya.

Dan benar saja, seseorang yang tidak ia harapkan dan berada di salah satu pilihannya tadi.

Kim Young Min

"Halo? Sajangnim?"

"Halo, Mark. Ada apa dengan suaramu? Sakit kah?"

"Tidak, hanya agak sedikit flu. Ada apa, sajangnim?"

"Bisakah kau ke kantor sekarang? Ada yang ingin kubicarakan."

"Baik, sajangnim. 15 menit lagi, aku akan sampai."

"Baiklah, aku tunggu, Mark."

"Iya, sajangnim."

---

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang