XXX

2.1K 257 61
                                    

'Arin?!'

---

Tautan jari yang saling beradu, langkah kaki yang terdengar cukup panik menemani bagaimana suasana saat ini.

Sepi, panik

Menjadi rasa yang saling beradu. Sesekali salah satu di antaranya melirik arloji di tangan cantiknya.

Sudah hampir tiga puluh menit ini berlangsung.

Ini terlalu lama, jika emang gadis itu baik-baik saja.

"Nunna, bagaimana?"

Kini, seorang pria datang dengan wajah yang terlihat panik dan diselipi kelelahan di sana.

Ia tidak datang sendiri, seorang gadis bersurai cokelat ikal juga ikut hadir. Wajahnya juga tidak jauh berbeda dari sang pria.

"Dokter belum keluar dari tadi."

"Ini sudah terlalu lama." Oceh Mimi yang emang sedari tadi melirik arloji putihnya.

Klek

Pintu ruang IGD terbuka dan memperlihatkan seorang pria yang bisa dibilang masih cukup muda untuk dibilang tua.

"Bagaimana keadaannya, dok? Apa adik kami baik-baik saja?" Ucap Seunghee yang langsung memborong pertanyaan pada dokter tersebut.

"Tenang, keadaannya baik-baik saja. Hanya saja, maag nya sedang kambuh dan membuat kondisinya juga menurun. Ditambah lagi pikirannya yang sedang kacau, itu yang membuatnya semakin drop."

Semua orang yang berada di situ, baik keenam kakaknya dan kedua temannya saling menghela nafas lemas satu sama lain.

Terutama pria itu, pria yang merupakan faktor utama bagaimana Arin bisa seperti saat ini.

Bahkan jika ditanya siapa yang patut disalahkan, pria itu siap untuk menjadi orang yang paling disalahkan.

"Terima kasih dokter. Apakah sudah boleh dijenguk?"

"Iya, silahkan. Tapi, tidak terlalu banyak, hanya beberapa orang saja. Pasien butuh istirahat. Kalau terlalu banyak, akan sulit untuknya beristirahat."

"Baik, dokter. Terima kasih."

"Baiklah, saya permisi dulu. Jaga kesehatan pasien ya."

Dokter pun berlalu dari hadapan ketujuh remaja itu.
Tatapan mereka mulai beradu dan di detik kemudian, helaan nafas lega juga terdengar.

"Syukurlah. Ya sudah, sekarang aku, Mimi, Seunghee, dan Yooa akan masuk dulu." Ucap Hyojung selaku leader dan 'ibu' bagi adik-adiknya.

Jiho, Binnie, Mina, dan juga Mark mengangguk setuju dengan keputusan Hyojung.

Setelah Hyojung dan yang lainnya masuk ke ruang IGD, kini tertinggal Jiho, Binnie, Mina, dan Mark.

Keempatnya tenggelam pada pikiran masing-masing. Tanpa ada yang memulai percakapan satu patah kata pun.

Sifat Jiho tidak jauh dari Arin, yang membenci adanya kedinginan dan kecanggungan dalam suatu perkumpulan. Apapun jenis perkumpulannya itu.

"Mina, Mark? Sudah makan kah?"

Kedua remaja SMA tingkat akhir itu pun menggeleng kompak.

Sontak, Binnie menatap keduanya khawatir.
Ini sudah terlalu larut untuk keduanya makan malam.

"Jam segini belum makan? Ayo, kita ke kantin. Aku tidak mau kalian juga sakit." Ucap Binnie dam langsung mendapat anggukan antusias dari Jiho.

Mina dan Mark saling melirik ragu. Sebelum, kemudian mereka mengikuti kedua senior itu menuju ke kantin.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang