XXII

2K 250 49
                                    

'Aku yakin akan perasaanku kali ini. Apapun konsekuensinya, aku yakin. Bahwa aku menyuka-, ah tidak, aku mencintainya, sungguh.'

---

Semuanya seakan berubah. Baik sikap, perilaku, hingga perasaan. Tidak ada yang sangka, bukan?

Itulah yang dirasakan oleh sosok dua idol muda zaman sekarang, Mark Lee dan Arin Choi.

Sandiwara yang berujung pada cinta. Bukan, ini belum berakhir. Dan entah kapan akan berakhirnya.

Memainkan sandiwara selama 6 bulan lamanya, membawa mereka ke titik di mana keduanya mulai menjadikan hubungan ini sebuah realita yang harus mereka jalani.

Perasaan?

Bukan kah itu tidak perlu dipertanyakan lagi?
Keduanya sudah saling menyayangi dan melengkapi satu sama lain.

Dan oh ayolah, di antara keduanya belum ada yang meng-confess perasaan masing-masing.

Baik perasaan Mark kepada Arin, atau sebaliknya.

---

Decitan antara papan tulis dan kapur terdengar di seluruh penjuru kelas.

Angka-angka indah tersusun rapi di sana.
Sebagian besar murid di kelas 3-5 cukup membenci pelajaran ini. Tidak jarang dari mereka yang menguap bosan atau tertidur nyenyak di meja masing-masing.

Terkecuali Arin. Gadis itu sibuk memperhatikan dan tentunya sesekali ia menulis di buku tulis berwarna merah miliknya.

"Serius banget."

Bukannya marah, Arin hanya tersenyum tipis dan menatap pria yang kini duduk di sebelahnya.

Iya, terjadi rolling tempat duduk di kelasnya dan membuat Mark menjadi teman sebangkunya.
Tanpa disadari, Kangmin dan Mina pun juga menjadi teman satu bangku.

Yaa, begitu lah nikmatnya memiliki teman sekelas yang satu pekerjaan, seperti Mark, Mina, dan Kangmin.

"Kau tidak belajar, hm?"

"Aku lelah. Baru pulang jam 3 pagi." Rengek Mark yang seakan mengadu pada ibundanya akan keluhannya.

Tangan kecilnya pun tergerak untuk mengacak surai pirang Mark yang membuat pria itu tersenyum.

"Kau itu, fokus lah. Kau bisa tidur nanti di rumah."

Mark pun menghela nafas rendah dan mengangkat kepalanya. Mencoba melihat apa yang sedang Guru Kim tulis di depan.

Matematika

Salah satu pelajaran yang cukup menyebalkan baginya.
Bosan menatap papan tulis dan Guru Kim. Ia pun mengalihkan pandangannya ke sosok gadis manis yang kini sedang serius mencatat.

"Jangan terlalu serius. Kau semakin terlihat cantik."

Blush

Sialan
Arin merutuki dirinya saat ini. Bisa-bisanya pipi tembamnya memerah di saat yang tidak tepat.

"Diam lah, dan perhatikan apa yang Kim saem tulis."

"Melihatmu lebih menarik dari pada Kim saem dan papan tulis itu."

Mark, kau sudah membuat Arin menggila saat ini.
Gombalan murah seperti ini sebenarnya tidak Mark ucapkan hanya asal berucap.

Jujur saja, ia berucap sesuai hati dan perasaannya.
Anggap saja ini kode. Dan bodohnya, Arin tidak menyadarinya.

Sebuah pukulan kini mendarat halus di kepala Mark.
Tidak salah lagi, Arin lah pelakunya.

"Berisik! Dan perhatikan!"

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang