Ch 4 - cek-cok Hogi(?)

7.9K 948 107
                                    

"Yoongi, ayolah ~ "

"Tidak."

"Aku dan namjoon sudah berjanji untuk menjodohkan anak kami masing-masing satu saat nanti sayang ~ dan inilah saat nya~~"

"Tidak. Akan."

"Kalau begitu biarkan aku menikah dengan orang lain. Biar aku punya anak yang bisa dijodohkan dengan anaknya namjoon."

"Coba saja, kau akan mati sebelum pernikahan."

Hoseok merasakan aura kegelapan yang sangat agung tengah mengguar-mengguar dari balik punggung isterinya yang tengah merajuk.

Dia heran, kenapa yoongi jadi seperti ini. Padahal sebelum pertemuan saja sangat antusias untuk menjodohkan jungkook. Sekarang dia menolak mentah-mentah.

"Kalau aku tahu kau akan menikahkan anakku dengan anaknya si genit seokjin itu, aku tidak sudi datang kesana."

Ah. Hoseok mengerti sekarang. Isterinya yang seputih putri salju namun segarang sparta ini sedang cemburu ternyata.

"Seokjin hanya temanku. Kalaupun dia dan aku terlihat dekat, tapi kami tidak akan pernah lebih dari sebatas sahabat sayang~"

"-kemarilah. Biar kuberitahu sesuatu hal penting padamu."

Hoseok meraih tangan yoongi, mengajak istrinya untuk duduk dipangkuannya.
.
.

Yoongi akan menampar hoseok kalo saja suaminya itu tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia sudah menunggu selama 15 menit dalam posisi seperti ini. Dan dia terlalu malas untuk bertanya 'jadi apa yang akan kau beritahukan, sayang?' . Itu sangat tidak yoongi sekali.

"Kau tahu, mencintaimu itu mudah tetapi mendapatkanmu begitu susah dan menyusahkan."

"-sampai aku mengutus Namjoon untuk mencaritahu semua tentangmu. Kau telah berhasil membuat ketua klub dance sepertiku menjadi seorang pengecut."

"-bagaimana tidak? Aku boleh saja bagus ketika tampil dihadapan banyak orang. Tetapi menyapamu saja aku tidak sanggup. Waktu itu aku sangat ingin melihat kedua bola matamu yang indah, mengajakmu berbicara, menanyakan nama lengkapmu, nomor ponselmu, atau langsung saja kutanya dimana alamat rumahmu supaya bisa langsung kuminta kau dari kedua orang tuamu seperti seorang pria jantan."

"-lalu apa kau pikir namjoon mau membantuku dengan cuma-cuma?"

"-si brengsek itu meminta seokjin sebagai imbalannya."

Yoongi bangkit dari tubuh hoseok, menghentikan perkataan suaminya.

"Tapi aku menjadi salah paham."

Kata yoongi dengan singkat. Matanya meredup seperti tengah mengingat bayangan-bayangan masa lalu.

"Aku tahu. Tapi ketahuilah hatiku lebih sakit ketika kau menyatakan cinta pada namjoon didepan semua orang-"

"Kau pikir ditolak itu tidak sakit."

-sela yoongi.

"Hey lagipula seokjin juga melakukan hal yang sama denganmu. Dan kau sudah seri dengannya dalam hal sama-sama ditolak . Sepertinya dia juga salah paham akan perlakuanku yang menjadi berbeda padanya. Padahal jelas itu demi namjoon, sahabatku."

"Apanya yang demi namjoon? Kau pasti suka kan pada seokjin yang hobinya merebut milik orang lain itu."

"Yoongi, kenapa kau menyimpulkan semuanya seperti itu. Kau sekarang sudah tahu kebenarannya."

"Tetap saja. Semua terjadi karena kebodohanmu dan suaminya si genit seokjin itu."

"He-"

"Ya. Aku tahu. Lagipula sekarang aku tidak peduli lagi."

"Jadi kau setuju sekarang?"

"Hm."

"Aku tidak mendengarnya, sayang~"

Hoseok berhenti menggoda yoongi begitu ia mendapatkan tatapan tajam dari istrinya.

"Hahaha baiklah-baiklah. Jangan melihatku seperti itu, yoongi~.Ngomong-ngomong kau ini sangat to the point sekali ya nembak orang tidak tahu tempat."

"Daripada kau! Punya-mu saja yang besar tapi nyali mu kecil sekali!! Memalukan."

Jlebbb. Hoseok terluka akan perkataan yoongi yang padahal memang benar kenyataannya seperti itu.
.
.

Ah. Tunggu. Membicarakan kepunyaannya yang besar, ia jadi ingin...

"Yoongi, sekarang nyaliku sudah sebesar punyaku juga. Bagaimana kalau kita buk-"

"Melangkah sedikit saja, aku akan menghabisimu."

'Ya Tuhan, Dia galak sekali. Tapi aku sudah tidak tahan. Tidak apalah benjol sedikit juga nanti sembuh, yang penting hasratku terpenuhi. Muehehehehe.'

-batinnya.

"Lepaskan aku!!! Jeon jungkook dimana kau. Tolong ibu!!!"

-histeris yoongi sambil memukul-mukul punggung hoseok yang memanggulnya seperti karung beras.
.
.

Ya... Bagaimana ya? Sebenarnya jungkook mendengar teriakan ibunya. Tetapi sebagai anak yang berbudi pekerti luhur(?) dan anak yang ingin selalu berbakti kepada ayahnya, maka ia menulikan pendengarannya. Toh ibunya juga akan menikmati perlakuan ayahnya nanti.

Lebih baik ia menyiapkan keperluannya untuk besok dikantor, daripada mengurusi 'kesenangan' kedua orang tuanya.

Hanya saja...

"Kapan aku bisa mengeluarkan burungku dari sangkarnya sebebas ayahku, Tuhan? Akan sangat lama jika aku menunggu bocah itu legal. T_T"

"-mohon ampuni hamba-Mu ini, jika nanti kelepasan."

Eh(?)

Ah sudahlah , pikir jungkook.

[End] Pernikahan DiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang