Jungkook memejamkan matanya, bersiap untuk menerima pukulan lagi dari ayah mertuanya. Namun, namjoon ternyata mendaratkan tangannya dikedua bahu jungkook.
"Jungkook, aku membencimu. Tapi cintaku pada jimin begitu besar."
Namjoon berlutut, mensejajarkan dirinya dengan menantunya yang sudah babak belur itu.
"Pergilah, temui dia. Jangan sakiti anakku lagi, jungkook. Kumohon-"
"Tidak, appa. Jangan memohon padaku. Justru aku yang seharusnya mengemis padamu untuk mendapatkan jimin kembali kesisiku."
Namjoon tidak sanggup lagi berkata-kata. Begipula dengan seokjin yang tadi sedikit terpental karena menahan namjoon yang memukuli jungkook dengan kalap, dia sama sekali tidak tahu harus berlaku seperti apa pada jungkook.
Seokjin meraih tangan menantunya.
"Ayo, nak. Biar kutunjukan kamarnya... Hiks.. Dia sudah menunggumu... Hiks... Hiks... Jimin lebih membutuhkanmu daripada kami..."
'Seokjin...'
Namjoon tahu. Seokjin pasti sakit hati. Sebagai orangtua, anaknya kini lebih memilih bersama orang lain daripada ibu kandungnya sendiri. Bagaimanapun ini sudah hukum alam, dan mereka harus menerimanya dengan lapang dada.
.
.
.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jeon jimin..."
Bisikan yang jungkook lantunkan ditelinga namja manis itu sudah serupa mantra yang mampu membuka kedua mata sipitnya. Membawanya kembali kealam sadar. Sesadar-sadarnya.
"Hyung!!! Kookie hyung!!! Bogoshipo!!"
Jungkook pikir, tidak akan semudah ini mengambil hati jimin kembali. Tapi mendapati jimin yang manghambur kedalam pelukannya seperti ini, dia sangat bahagia.
'Bagaimanapun kau masih anak kecil, chim. Seperti apapun keburukan yang kubuat padamu. Kau akan melupakannya dengan mudah. Dan aku sangat merasa bersalah akan hal ini. Aku benar-benar menyesal, chim. Maafkan ak-'
"Chim-chim ingin adik bayi, hyung."
'Apa??!'
"Ayo kita buat, hyung~"
'Bagaimana bisa dia-'
"Tae-tae bilang adik bayi tidak bisa ada begitu saja. Chim harus minta sama hyung atau sama tae-tae sendi-"
"Andweee!!! kau tidak bisa minta adik bayi begitu saja pada orang lain, chim. Hanya pada hyung saja, kau mengerti?!"
"Tapi kenapa?"
"Pokoknya tidak boleh. Hyung akan mati kalau kau memintanya pada orang lain, chim. Apa kau ingin hyung dipanggil Tuhan dengan cepat hum?"
"Aniyo, hyung. Jangan pergi tinggalkan chim-chim seperti adik bayi..."
'Chim...'
"Sudahlah, chim. Pokoknya tidak boleh ya?"
"Nde, hyung. Tapi..."
"Tapi apa, chim?"
"Tapi bagaimana hyung akan berikan adik bayi sama chim-chim?"
'Tentu saja dengan i..iitu-'
"Itu urusan hyung, chim."
"Tapi hyung kenapa wajah hyung luka-luka begini? Tunggu sebentar, chim-chim akan mengambil kotak obat di-"
"Tidak, chim. Obat apapun tidak akan menyembuhkan penyakit, hyung."
"Tapi kan chim-chim akan mengobati luka bukan memyembuhkan penyakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Pernikahan Dini
FanfictionBukan cintanya yang terlarang. Hanya waktu saja belum tepat merasakan semua~ 끝 . ini(?) akan sangat berbeda dengan 'itu' (yang asli). Karena ini M-preg, maka jangan biarkan jimin kita bunting diluar nikah. Kasihan dia T_T