Delapan

11 5 0
                                        

Istirahat tiba. Arta yang biasanya sudah nongkrong di Kantin bersama Nola kini tidak lagi. Kejadian tadi pagi di depan rumah Nola, belum bisa Arta lupakan. Entah apa yang Nola pikirkan. Arta tak hentinya menangis berlinangan air mata di taman belakang sekolah. seorang pria datang menghampiri Arta, membawa sebotol Aqua di tangannya.

" Minum dulu, tenangin diri lo " Ucap Reynand sambil duduk di samping Arta

Reynand sebenarnya tidak tahu keadaan Arta sekarang. Sedari tadi ketika Reynand tanya kenapa, Arta selalu menjawab tak apa-apa. Padalah sebenarnya banyak sekali yang perlu Arta ceritakan . Arta mengambil Aqua yang dengan tutup botolnya telah di buka terlebih dahulu oleh Reynand.

" Ayo minum ! " Perintah Reynand dengan lembut

Arta pun meminum Aqua itu, tenggorokan yang semula kering kini basah kembali oleh linangan air mineral. Rey melingkarkan tangannya di bahu Arta.

" Cerita deh sama gue, beban lo pasti bakalan agak ringan" Bujuk Rey

Arta kembali menatap wajah Rey. Rey nampaknya merasa iba dengan kondisi sahabatnya itu. Ia menarik perlahan kepala Arta untuk bersandar di dada bidang nya. Tangan Arta kemudian melingkar di punggung Rey. Di balik pohon, seorang pria memperhatikan gerak gerik mereka. Berdiri tegak dengan tatapan penuh amarah. Meski ia tak tahu menahu topik apa yang mereka bicarakan, tapi Rasanya Dia ingin sekali menonjok wajah Rey saat itu. Sebenarnya Rey tahu bahwa sedari tadi ada yang mengintip mereka berdua. Rey sengaja melakukan itu dengan alasan yang sebenarnya salah, dan hanya memancing emosi pria itu saja.

Arta kembali menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia kembali menangis sejadi-jadinya. Rey serentak langsung memeluk Arta. Melingkarkan kedua tangannya di kepala Arta dan menarik perlahan kepala Arta ke arah dada bidangnya.

" Ta, gue gak bisa liat lo terus kaya gini ! " Ucap Rey

" Aku... Aku... hiks.." Arta masih belum bisa bekata kata. Tangisnya seperti menghalanginya untuk bicara. Rey menempelkan tangannya ke pipi Arta. Jempolnya menyeka air mata Arta yang masih berlinang.

" Cerita ! tolong cerita !" Ucap Rey tegas

Arta menyentuh kedua punggung tangan Rey yang masih menempel di pipinya, kemudian menurunkan kedua tangan Rey.

" Reeyy... Nola marah pada ku" Ucap Arta kembali berlinangan air mata

" Marah ? kenapa ?"

" Gak tau, dia bilang aku penghianat rey... Aku gak ngerti"

" Aneh banget tuh orang, emang lu punya salah apa ?"

" Aku gak tau... "

" Yaudah, kamu tenang aja, aku bakal urus semuanya"

" Aku gak mau musuhan sama dia Rey..."

" Iya, iya gue ngerti. "

Arta terus menangis. Ia stres memikirkan sahabatnya itu. Ia tak tahu apa penyebab sahabatnya itu marah padanya. Padahal rasanya ia tak pernah melakukan kesalahan besar kepada sahabatnya itu. Jika ada masalahpun, Mereka biasanya selalu menyelesaikan masalahnya berdua. Tak heran apabila hubungan persahabatannya langgeng. Namun, kini ia rasa hubungan persahabatannya sedang berada di ujung jalan.

***

Siang ini Ia masuk ke dalam kamar Nola dengan seizin Mama Airin, Wanita yang telah melahirkan Nola. Terlihat Nola sedang menangis di ranjangnya, sampai-sampai ia tak sadar bahwa ada Arta di sana.

" Olaa... " Panggilnya lembut sambil menghampiri Nola

Ola langsung melihat ke sumber suara itu. Ia mendapati Arta sedang berdiri di ambang pintu.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang