Tujuh belas

8 4 0
                                        

Rindu ! Tak ada kata lain untuk mengekspresikannya. Andai ada waktu untuk mengulang, ia ingin sekali mengatakan hal itu pada Arta. Ia Bodoh ! Ia memang gengsian. Ia Egois ! Memendam perasaannya sendiri. Kini tak ada kata lain selain Rindu. Ia ingin sekali memeluk erat wanita yang dicintainya itu.

Traangg!!! Gelas pecah, ia melemparnya sembarangan. Hidupnya kacau setelah Arta pergi tiga bulan ini. Tak ada hal lain yang ia lakukan hanya mengurung diri di kamar.

Pandangannya kosong. Pikirannya kosong. Ia hampir gila. Brreemm ! Motor itu melaju kencang dari pekarangan rumahnya. Ia berhenti di depan rumah itu. Memandang rumah itu dengan lekat di seberang jalan. Ia turun dari motornya. Malam-malam gelap gulita ini sangat mengganggu penglihatannya. Namun, ia tetap berjalan mendekati gerbang masuk ke rumah itu. Selangkah...dua langkah.... BRAK ! sebuah motor menabraknya hingga ia terpental sejauh mungkin. Ia sempat ambruk, namun syukurlah ia masih bisa bangkit berdiri. Pengendara motor itu menghampirinya.

" Maaf mas ! " Ucap pengendara motor itu terburu-buru

Etnan tak berkata, ia hanya menunjukan rapatan lima jarinya ke hadapan pria pengendara motor itu. Menyatakan bahwa ia tidak apa-apa, ia baik baik saja. Pengendara motor itu langsung pergi meninggalkan Etnan dengan terburu-buru.

" Uh !," Etnan memegangi bahu kanannya, lalu memutarnya.

Kedua lubang hidungnya mengeluarkan darah, ia mimisan.

" Uhuk... Uhuk..." Ia batuk, sepertinya akan muntah

" hoek !" Etnan memuntahkan cairan merah itu, sepertinya ada yang kacau dengan tubuhnya.

Langkahnya tak setegak tadi. Ia berjalan sempoyongan dan akhirnya ia ambruk di tempat.

" Nan ! lu harus bertahan, " Ucap Reynand di ruang ICU, berusaha bicara dengan sesosok pria sekarat di hadapannya. Monitor terlihat naik turun dengan lemah.

Jari-jari Etnan bergerak, hal itu membuat Reynand terkejut. Ia menatap wajah sepupunya itu dengan lekat. Penuh haru. Mata Etnan terbuka lemas.

" Nan ?," Ucap Reynand terkejut

Etnan tersenyum tulus sekali, dalam keadaan lemas.

" Yang lain mana ? Ayah... Bunda.... " Ucap Etnan terbata-bata

" Masih di luar kota..." Ucap Reynand perlahan

" Gue titip pesen ya..." Etnan nampak lemas

Reynand mengangguk membulatkan tekad

" I-iya Nan !,"

" Jaga mereka, gue mau pergi dengan tenang, kembangkanlah sekolah gue... Gue gak mau mereka buta ilmu..."

Reynand mengangguk terharu

" Lo harus bertahan nan ! lu gak boleh nyerah gitu aja ! Arta masih nunggu lo di sana,"

Etnan tersenyum

" Lo masih bisa sembuh Nan !," Reynand meneteskan air mata

" Kata dokter, Keberhasilan operasinya hanya 50 %." Etnan lemas

Reynand terdiam.

***

" Apa gak ada alternatif lain selain operasi ?, Etnan terlihat baik-baik saja loh dok ! " Tanya Reynand protes di ruang dokter

" Etnan memang terlihat baik-baik saja, tapi kecelakaan itu membuat tulang rusuknya patah, lalu menusuk satu organ miliknya. Jika tak dijalankan operasi, akan lebih parah akibatnya pada kehidupan Etnan. Tapi perlu saya tekankan, bahwa keberhasilan operasi ini hanya 50 % Bapak harus berfikir keras untuk menentukan semuanya. Saya harap bapak secepatnya bisa memutuskan, hal ini demi kesembuhan Etnan,"

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang