Hari-hari itu berlalu tanpa keceriaan lagi. Sejak kejadian itu, hari-hari Arta yang ceria bagai hilang di telan bumi. Malam ini, Arta sudah selesai berkemas. Ia segera mempersiapkan untuk kepergiannya besok ke Amerika. Ia sudah mendapat beasiswa itu. Saat itu Ken sudah berangkat duluan ke Amerika untuk mengurusi berkas-berkas Arta di sana.
Papa nampak khawatir dengan keadaan Arta. Kepergiannya ke Amerika seperti paksaan.
" Kalo kamu mau batalin pergi kesana gapapa kok !," Ucap Papa
" Enggak pah ! Tata harus pergi, Arta pingin banggain Papa," Ucap Arta sambil tersenyum
Papa mengangguk tenang dan membiarkannya sendiri di kamar. Melepas rindu dan bermain dengan Imajinasinya. Kamar bagai Media untuk bernostalgia.
Mendadak ia teringat Etnan. Ia mengambil kunci mobilnya dan berlari ke garasi. Arta menyalakan mesin mobilnya. Mobil itu kemudian melaju lumayan kencang. Mobil itu berhenti tepat di depan gerbang hitam rumah mewah itu lagi. Masih seperti dulu, saat ia terakhir mengunjunginya. Ia turun dari mobilnya. Pak Jajang yang berada di dalam langsung membukakannya.
" Neng Arta ? Udah lama banget gak kesini," Ucap Pak Jajang
Arta tersenyum,
" Etnan nya ada kan ?,"
" Iya, Mas Etnan ada Ayo masuk Neng,"
" terimakasih Pak !,"
Arta kembali memasuki rumah megah itu. Ia menaiki anak tangga. Ia langsung tertuju pada kamar itu. Kamar berwarna hitam itu. Ia mencoba memanggil Etnan. Tapi tak ada yang menjawab. Pintu itu pun di bukanya, ternyata tidak ada siapa-siapa. Pandangannya mendadak melirik ke arah balkon rumah Etnan. Seolah mengatakan bahwa sesuatu yang di carinya ada di sana. Nampak di sana seorang pria sedang berdiri sembari memandangi gemerlap bintang. Tak lain dan tak bukan itu adalah Etnan. Arta antusias langsung menghampirinya dan berdiri di sampingnya. Etnan sama sekali tak berkutik.
" Nan... Aku mau pamit, besok aku mau ke Amerika. Aku mau nerusin sekolah ku di sana," Ucap Arta di tengah heningnya malam
"....."
Etnan tak bicara sedikitpun. Bahkan melirik wajah Arta pun ia tak mampu. Ia tak ada nyali untuk melihatnya. Kejadian itu membuatnya ciut. Ia takut menyakiti hati Arta lagi.
" Oh iya, aku mau ambil laptop ku. Sebenernya bukan hanya laptop sih yang tertinggal disini, masih ada Diary, tapi aku gak tau Diary itu kemana. Oh iya, satu lagi. Maafkan aku atas sikap ku yang bodoh ini, aku ceroboh, cengeng, suka nyelakain orang ! "
Arta berusaha menahan tangis. Namun, rasanya semua itu tak bisa. Air matanya mengalir deras. Tak ada reaksi sedikitpun dari Etnan. Ia hanya terdiam seperti patung.
" Aku mencintaimu Etnan !.... Tapi, kau cocok dengan Nola, semoga kau dengan Nola berujung sampai ke pernikahan. Jangan hiraukan aku ! Ini hanya perasaan ku yang bodoh, bentar lagi ilang kok ! tenanglah..." Ucap Arta berkata sejujur-jujurnya, sepolos-polosnya. Hatinya seakan lega setelah mengatakan hal itu.
Merasa di abaikan, Arta meninggalkan Etnan di sana. Ia melihat kebelakang, Etnan masih terdiam disana tanpa reaksi apapun.
Ia kembali berdiri di ambang pintu utama rumah itu, memandangnya untuk terakhir kalinya. Tangisnya pecah. Ia kembali membalikan badan dan mendekat ke mobil yang terparkir disana.
" Arta !," Seseorang memanggilnya
Arta menengok kebelakang. Kini Etnan sudah berada dihadapannya.Tangannya sudah di cengkram halus oleh tangan Etnan. Mata Etnan tajam sekali.
" Besok aku akan mengantarmu ke bandara..." Ucap Etnan dingin
Arta tersenyum simpul. Ia mengangguk pelan. Matanya panas, ia tak bisa melihat penampakan ini. Tapi Arta berusaha menahan air matanya untuk keluar. Ia buru-buru pamit pada Etnan. Tak lupa ia membawa laptopnya kembali.
***
Malam ini, Dio, Papa, Mama, Reynand, Nola berbondong-bondong mengantar Arta ke bandara. Mengambil penerbangan malam agar paginya ia bisa langsung istirahat di sana. Sampai di bandara, Arta nampak mencari cari sesuatu. Namun tak kunjung di temukan. Arta memeluk satu persatu orang yang mengantarnya saat itu. Yang ia peluk pertama adalah Papa, kemudian Mama.
" Jaga diri kamu baik-baik ya nak !" ucap Mama sambil menangis
" Belajar yang bener ! banggain semuanya," Ucap Papa
" Iya, pasti Pah ! Mah !" Arta tersenyum
Matanya langsung beralih pada Dio. Ia langsung memeluk tubuh adiknya.
" Belajar yang bener ! Universitas Indonesia udah di tangan. Oh iya, Jagain noh Audrey lo," Ucap Arta sambil mengacak rambut Dio dan terkekeh pelan.
Lalu, kini ia dihadapkan dengan Reynand. Reynand langsung memeluknya. Erat sekali.
" Jadi yang terbaik ya... gue pasti do'ain lu"
Arta tersenyum
Lalu matanya memadang Nola. Nola tak kuat lagi menahan tangis. Ia langsung berlabuh di pelukan Arta. Tangisnya seakan pecah. Ia tak kuasa bila harus berpisah dengan sahabat kesayangannya itu.
" Jadi istri yang baik buat Etnan ya..." Ucap Arta sambil berbisik di telinga Nola. Air matanya perlahan mengalir. Kata-kata itu keluar berat sekali.
Kini waktunya ia pergi. Tapi orang yang di carinya belum datang. Apakah dia akan datang ? atau tidak ? Tapi kemarin ia sudah janji pada Arta. Ah sudahlah, mungkin ia tak akan datang. Arta menarik kopernya.
Dari kejauhan sana, seseorang berlari memanggil namanya. Arta langsung menoleh, ternyata Etnan. Orang yang dicarinya sedari tadi. kini mereka berhadapan, Matanya bertahan saling bertatapan selama beberapa detik. Ia tak menangis sedikit pun. Pasalnya malam tadi air matanya sudah terkuras habis menangisi pria ini.
" Aku berangkat ya..." Ucap Arta sambil tersenyum
" Nih, buat lo. Lumayan ngatasin bosen di pesawat nanti," Ucapnya sambil memberi sekantung bingkisan, entah apa isinya
" Makasih banyak," Ia langsung mengambil bingkisan itu dari tangan Etnan. Arta langsung memasukan bingkisan itu ke dalam tas nya. Tanpa memandang mata Etnan. Ia tak mampu memandangnya. Ia takut air matanya jatuh bila harus memandangnya. Ia kembali membalikan badan dan menarik kopernya. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia sama sekali tak lagi menoleh kebelakang.
***
Kini ia berada dalam pesawat, sebentar lagi ia sampai di Amerika. Tempat yang akan di jadikan untuk menimba ilmu baginya. Sedari tadi ia tak bisa tidur. Lamunannya terus melayang pada sosok pria itu. Akhirnya pesawatnya mendarat di Amerika. Di sana sudah ada Ken yang menjemputnya. Ia langsung menghampirinya. Mobil itu meluncur hingga terhenti di sebuah rumah bergaya orang barat itu. Iya, itu adalah rumah Ken . Ken membantu Arta mengangkuti barang-barangnya untuk masuk ke rumahnya.
" Nah ini kamar lo," Ucap Ken sambil menunjuk kamar bernuansa Hitam dan Abu-Abu ini sepertinya ken sudah mempersiapkan semuanya khusus untuk Arta.
" Yaudah, gue tinggal dulu ya ! Lo boleh istirahat,"
Arta mengangguk manis. Di sinilah ia memulai kehidupan barunya. Tanpa Mama, Papa, Dio, Nola, Reynand, dan Etnan. Ia terpaku di sana selama beberapa menit. Meneteskan derai kristal yang indah. Namun tak lama, ia langsung menyekanya dengan halus.
" Kamu harus kuat," Gumamnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Romance- Dari seseorang yang mencintaimu - Sesuatu yang tak terduga selalu hadir disekeliling kita. Menyisakan titik air mata yang selalu membekas. Namun sedikitnya kebahagiaan juga kadang ikut hadir. Jika membencimu adalah awal, maka mencintaimu adalah un...