Empat

18 7 0
                                    

Pagi ini Arta sudah dalam boncengan Dio. Kemana Nola ? Entahlah dia menghilang bagai di telan bumi. Arta belum sempat mengunjungi rumahnya. sudah dua minggu ini sejak kecelakaan itu Arta tak pernah melihatnya.

Arta mencengkram sisi kanan dan kiri jas sekolah Dio yang berwarna merah berpolet hitam. Usia Dio dan Arta memang hanya beda beberapa bulan, tidak mencapai tahun atau bahkan berabad- abad lamanya. Arta lahir bulan Februari dan Dio bulan Desember di tahun yang sama bahkan tanggal lahirnya sama, tanggal 21. Kini usia mereka genap 16 tahun. Jika sedang bersamaan seperti ini, banyak orang menyangka bahwa Dio ini adalah pacar Arta. Sungguh sangat konyol jika orang berfikiran seperti itu !

Kini mereka sama-sama kelas 12, tingkat senior di putih abu. Namun sayangnya mereka beda sekolah. Arta di SMA Kibar Bendera dan Remaja bernama Zeevano Ardiano ini sekolah di SMA Negeri 88 yang ada di Bandung. Orang tuanya sengaja menyekolahkan Arta di SMA swasta ini karena letak sekolahnya yang tak jauh dari rumah. Hanya bisa di tempuh 10 menit perjalanan menggunakan sepeda motor melalui jalan alternatif.

Sementara... Dio bagaikan di suruh jauh-jauh pergi menuntut ilmu ke sekolah negeri yang ada di Bandung. Dari rumahnya ia harus menempuh perjalanan selama hampir 45 menit. Bukan maksud orang tuanya pilih kasih. Tapi, ia hanya ingin mengajari Dio untuk jadi pria yang mandiri, supaya bisa membimbing keluarga kecilnya kelak. Dan Arta... Mereka lebih mengkhawatirkan sikapnya yang ceroboh ! jarak dekat saja ia sudah bisa mencelakai seseorang, apalagi jarak jauh ? Mungkin ia bisa mencelakai seluruh Dunia. Tragis ! Ini bukan do'a untuk anaknya, tapi lebih ke perkiraan saja, begitu ucap Mama dan Papa.

" Udah yo ! di sini aja," Ucap Arta menepuk pundak Dio mengisyaratkannya untuk memberhentikan motornya

Dio memberhentikan motornya tepat di depan gerbang. Arta turun dari motor ninja hitam yang pernah hampir menewaskannya itu. Rambut sebahunya bergoyang mengikuti irama gerakan tubuhnya.

" Eh, pelipis lu kenapa ?," Tanya Dio yang baru sadar akan pelipis kakaknya yang terlihat membiru, namun tak separah kemarin

" Jatoh," Ucapnya datar

" Ah elu sih jadi cewek ceroboh banget, bocah !,"

" yee... enak aja lu," Arta memukul halus bahu Dio. Dio terkekeh pelan tanpa suara

" Ta, " Panggil Dio sambil membuka helmnya. Ia seaakan tak takut lagi memanggil Kakaknya dengan nama panggilannya, tanpa perlu menggunakan kata 'Kak'. Jika di depan orang tuanya ia tetap harus mengikuti aturan, ia harus memanggil Arta dengan menggunakan kata 'Kak' sebelum namanya di sebut.

" Hm, " Arta mendehem, ia sudah biasa mendengar Dio memanggilnya demikian. Pasalnya ia merasa mereka bukan adik kakak tapi sepasang sahabat atau teman, begitulah... jadi Dio merasa lebih akrab memangil Arta dengan nama panggilannya

" Lo udah minta maaf ke si Erni ?,"

" Hah ? Erni mana maksud kamu ?,"

" Yang lu tabrak ! ,"

" Etnan ! "

" Iyalah, apa ituh ribet amat namanya ! "

" Emm... kemarin... waktu aku ngilang, sebenernya aku ke rumahnya, "

" Hah ? terus gimana ?" Dio kepo

" Ya gak gimana-gimana, sekarang masalahnya GIMANA CARANYA KAMU BISA DATANG TEPAT WAKTU KE SEKOLAH KAMU "

Dio langsung bungkam, ia melirik jam tangannya. Astaga ! ini mustahil ! Dio langsung melajukan motornya tanpa pamit pada kakak tercintanya itu. Arta terkekeh pelan. Dio memang adik yang paling kepo. Dia patut dinobatkan sebagai ADIK TER-KEPO SEDUNIA ! pasalnya ia selalu ingin tahu tentang kehidupan orang di sekitarnya, khusunya Arta.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang