Anggap aja cewek di atas itu Nana.
***
Wonwoo sedang perjalanan ke Coffé Shop dengan gaya biasanya –gaya kasual yang mampu memikat siapa saja yang melihat, bahkan laki-lakipun bisa iri.
Hingga akhirnya sebuah Lamborghini berwarna biru merapat lalu berhenti di pinggir jalan, tepat di hadapan laki-laki itu.
Ia masih setengah cuek sampai akhirnya pintu Lamborghini itu terbuka dan sesosok wanita elegan keluar dari sana.
Ahn Nana dengan penampilan... Wow."Mian. Aku telat." Ucap wanita itu saat berdiri di hadapan Wonwoo.
"Nana, apa kau tahu apa yang sekarang kau pakai?"
Nana mengangguk dengan polosnya lalu menjawab, "Bajuku."
"Bukan itu maksudku--"
"Ara.." potongnya, "Aku tahu maksudmu."
"Apa 'maksud' itu?"
"Aku terlalu berlebihan 'kan?"
"Bukan."
Nana mengernyit.
"Pakaianmu bagus." senyum.
"Terimaksih." Senyum.Wonwoo menoleh ke jendela café yang bening itu kemudian mengajak perempuan itu masuk ke dalam.
"Ah mwoya!" jerit Ha Eun yang mengintip di balik kursi putih seberang jalan, orang-orang yang lewat saling berbisik membicarakan perempuan yang dikira gila itu. Bagaimana tidak? Tengah hari begini dia menggunakan kacamata hitam, tudung merah dan mantel hujan hitam –padahal sekarang sedang musim panas.
Sekarang Wonwoo dan Nana duduk di salah satu meja yang tidak jauh-jauh dari jangkauan mata Ha Eun. Nana mengeluarkan buku-buku pelajaran dari tasnya dan Wonwoo menaruh dua gelas ice coffe di meja sambil tersenyum, kemudian ia berbicara sesuatu dan tersenyum lebar lagi.
"Apa yang mereka bicarakan? Apa mereka sedang berkencan? Ania! Ini kehancuran! Jangan sampai Wonwoo jatuh cinta pada rubah itu! Andwae!"
Tapi apa yang bisa ia lakukan? Wonwoo bahkan tidak pernah memanggilnya dengan namanya. Dan satu-satunya yang Wonwoo pedulikan sekarang hanyalah wanita cantik yang sedang duduk di sampingnya itu. Ha Eun sadar dia hanya sebongkah upil.
Tapi tidak! Walaupun Nana adalah wanita paling sempurna di dunia ini, Wonwoo tidak harus dengannya. Jangan sampai mereka pacaran!"Andwae!" jerit Ha Eun.
"Musun Andwae?" bisik seseorang di telinga Ha Eun tiba-tiba.
Seiring dengan merinding, seketika Ha Eun mendorong orang yang bahkan tidak sempat di lihat wajahnya itu ke belakang hingga terhempas ke trotoar.
"Aduh!"
Ha Eun melepas kaca mata dan menaruhnya di saku.
"Joshua," gumamnya lalu membantu Joshua berdiri.
"Yak, apa kau belajar Tae Kwon Do?"
"Tidak. Kau saja yang lenjeh."
Joshua mengerucut dan sedikit menjauh. "Aku tidak lenjeh."
Ha Eun diam sesaat sebelum akhirnya berkata, "Pffttt.. kau merajuk?"
"Ani!"
"Aigoo, jelas sekali kau merajuk."
"Aku bilang tidak!"
Ha Eun mendekat dan memukul dengkul Joshua, "Aigoo-aigoo, arassoimma.."
Mata Joshua membulat, orang-orang di jalanan syok!
~"Apa-apaan ahjumma itu?"Joshua menjauh, "Y-yak! ap-aa yang kau sentuh barusan! ini pelecehan sexual!" pekik Joshua nyaris berteriak.
Ha Eun syok, "Yak, apa masuk akal perempuan suci sepertiku melakukan pelecehan sexual pada pria tidak normal seperti mu? Heol. Yang benar saja."
"Tapi tadi kau memegang.. itu!"
"Aigoo, sudahlah. Lupakan saja." ucap Ha Eun malas kemudian berbalik.
Joshua langsung menahan tangannya dan memutar tubuh Ha Eun hingga tudung merahnya terbang seiring dengan rambut panjang cokelat Ha Eun yang berterbangan seperti di iklan shampoo.
Entah bagaimana dan dari mana, terdengar nyanyian Kim Junsu – You are so beautiful."Yeppuda," gumam Joshua.
"Mwo? Yeppuda?"
Seketika lamunan Joshua pecah.
"N-nde! Itu.. Nana neomu yeppo!"
Ah, apa yang kau bicarakan Joshua. Pikirnya."Apa kau menyukai.." Ha Eun menatap tajam Joshua.
Joshua menelan ludah.
"M-mwo.. naega wae?" tanya Joshua kikuk, bahkan tidak mampu menatap mata wanita di depannya itu.
Dengan nada suara ceria dan polos Ha Eun bertanya, "Kau menyukai Nana 'kan?"
Joshua langsung tertawa-bahak. Bagaimana bisa wanita ini sangat lucu? Bahkan makin hari makin lucu. Ha Eun mengerucut.
"Yak, kenapa tertawa!"
"Ani.. aku menyukainya, tapi bukan 'suka' seperti yang kira." Jawab Joshua dengan mimik wajah menahan tawanya.
"Eii, mengaku saja lah, aku tidak akan bilang pada siapapun. Lagipula itu salahnya, siapa suruh dia cantik."
Astaga.. perempuan ini..
"Nde! Aku menyukai Ahn Nana. Puas?"
"Omoo!" Ha Eun menutup mulutnya sendiri, "Jeongmal?"
Joshua meringis, "Aku hanya berc--"
Ha Eun menyilangkan tangannya di dada lalu ujung matanya merilik perempuan yang duduk si samping Wonwoo.
"Well, mana ada pria yang tidak akan jatuh pada rubah yang nyaris sempurna seperti dia? Tubuh super model, kaya, cantik natural, dan bahkan pintar. Ow, perfect."
Joshua mengikuti kemana arah tatapan Ha Eun. Ia diam sejenak, tatapan matanya menjadi serius, kemudian ia mengangguk-angguk lambat lalu berkata "Yeah.." ia menjeda lalu menatap Ha Eun lagi, "Tapi bukan berarti semua pria akan jatuh padanya. Buktinya aku?" ia menunjuk dirinya sendiri.
"Buktinya aku?" tirunya dengan suara yang sama sekali tidak manusiawi dan tidak mirip suara Joshua. Ia merengek, "Ah~ sampai kapan aku harus jadi doktermu? Ini sudah lebih dari tiga tahun!"
Joshua tersenyum lalu mengacak-acak rambut Ha Eun.
"Aissh, jangan mengacak-acak rambutku." Ucapnya sambil menyingkirkan tangan Joshua lalu ia memperbaiki tatanan rambutnya kembali. "Kau tahu yang tersulit untuk perempuan sepertiku adalah menata rambut panjang."
"Aigoo, jangan berlagak imut di depanku. Lagi pula kau bisa memotong rambutmu saja jika sulit bagimu memiliki rambut panjang."
"Andwae. Airin bilang pria menyukai perempuan yang memiliki rambut panjang dan indah." –mungkin Wonwoo juga suka?
"Kecuali aku. Aku suka perempuan rambut pendek. Apa kau mau memotongnya demi aku?"
"Yak, memangnya kau siapa?" tanya Ha Eun.
"Kau tidak tahu? Aku Joshua Hong. Pria tampan yang banyak penggemarnya." Jawab Joshua dengan percaya diri.
Ha Eun mendelik. "Lupakan saja." ujarnya.Joshua menoleh lagi ke arah Wonwoo dan Nana yang kini lagi berperan sebagai murid dan guru. "Lalu? setelah ini apa yang akan kau lakukan?"
Ha Eun menyipitkan mata lalu memasang kembali kacamatanya.
"Akan ku ikuti Wonwoo seharian hingga dia pulang ke apartemen."
Joshua menatapnya dengan tatapan antara rasa muak dan kasihan.Hingga siang pun berlalu dan malam pun tiba. Masih dengan mantel hujan hitam dan kacamata berwarna senada ia membuntuti Wonwoo yang berjalan sendirian di sekitar pertokoan –sebelumnya dia sempat di tawari Nana untuk menumpang di mobilnya, namun dia menolak dengan alasan apartemennya dekat. Namun apa nyatanya? Dia berjalan sejauh XX mil dan bahkan sempat membuang waktunya untuk menonton anak-anak yang bermain skateboard di taman.
Sempat kurang nyaman dengan orang-orang di jalanan selalu meliriknya saat lewat, dia pun membuka kacamata lalu mengancing mantelnya ke atas hingga ke mulut –well, hanya orang aneh saja yang memakai kacamata hitam malam-malam begini.Wonwoo menghentikan langkah ketika berada di tengah jembatan besar –Tapi sejak kapan Seoul punya jembatan yang ada rumputnya? Persetan dengan itu, yang jelas suasana jembatan itu begitu sepi, mungkin karena ini sudah pukul sebelas malam jadi orang-orang tidak kelihatan apa lagi daerah sini memang kurang pejalan kaki ataupun pengendara.
Jarak mereka sekitar enam meter."Yak," Wonwoo angkat suara.
Ha Eun berkerut khawatir. Dalam hatinya bertanya, "Apa aku ketahuan? Ya, jelas sudah ketahuan. Tidak, apa aku benar-benar sudah ketahuan?"Kini Wonwoo menoleh dengan posenya yang seperti biasa, kedua tangan di isi ke dalam saku celana.
Stop sok emo!"Kau sangat menonjol." Ucapnya.
"W-wonwoo? K-kapan kau sadar?"
"Sejak kau membuntutiku di kafe tadi."
"Ya ampun.." desis Ha Eun sambil menunduk dan mengatupkan matanya karena malu.
"Kau tidak berbakat menjadi mata-mata. Jadi berhentilah mengikutiku dan--" Wonwoo menjeda lalu ia memiringkan kepalanya sedikit dan berkerut. "Apa kau tahu kau sedang berada di mana?"
Ah, benar! Aku ada dimana sekarang?! pikir Ha Eun. Dengan cepat kepalanya menoleh kanan dan kiri.
"Ah mwo-ya! aku dimana.." rengeknya. "Apa aku tersesat?"Wonwoo menghela nafas pendek.
Benar-benar..frustasi.
"Ini sudah larut malam, seharusnya seorang gadis tidak berada di luar rumah." Ujar Wonwoo.
Ha Eun meringis.
"Kalau kau di ganggu ahujussi-ahjussi mesum bagaimana?" nadanya menyiratkan bahwa dia... khawatir.
"Tak apa. 'Kan ada Wonwoo."
Wonwoo tersenyum sumir, menunduk lalu mengangkat kepalanya lagi.
"Apa maksudmu berkata demikian?" kali ini nadanya sinis.
"Ya.." Ha Eun memikirkan kira-kira apa harus yang ia jawab. "Ya.. karena aku percaya Wonwoo tidak akan membiarkanku begitu saja." senyum pasta gigi.Wonwoo diam. Laki-laki itu hanya menatap Ha Eun dengan tajam.
Tiba-tiba saja dia merasa tidak yakin dengan jawaban wanita aneh di depannya itu. Sangat jelas sekali bahwa Ha Eun hanya mencari alasan agar bisa menjawab pertanyaannya.
"Kau mendekatlah." Titahnya.
"Nde?" ya tuhan, jangan membuat perempuan ini berfikir bahwa Wonwoo jatuh cinta padanya.
Tuhan : "Sayangnya aku sudah terlanjur membuatnya berfikir seperti itu."Dengan hati berbunga-bunga dan gugup, Ha Eun berjalan mendekat.
Langkah demi langkah.
Tapak demi tapak.
Semakin dekat dia tidak bisa berhenti tersenyum.
Hampir dekat..
Wajah Wonwoo makin jelas..!!
Dan..
BRUUK!!
Sebuah batu mengait kakinya dan akhirnya...
"WAAAA!!"
Tubuhnya menindih tubuh jakung Wonwoo.
Wonwoo meringis.Ha Eun langsung sadar dan matanya membulat ketika melihat ekspresi Wonwoo yang kesakitan.
Aku pasti berat! Pikirnya.
Saat dia nyaris saja bangun, tangan kiri Wonwoo langsung melingkar di pinggangnya.
Kening Wonwoo masih sedikit mengerut dan mata Ha Eun masih membulat. Namun tatapan mereka beradu satu sama lain. Jangan katakan ini adegan seperti di drama-drama romansa yang berakhir dengan... ciuman..
Dengan cepat pikiran Ha Eun berubah menjadi liar. Ia pun menutup mata dan bibirnya rapat-rapat. Membayangkan bahwa ini mungkin yang kedua kalinya Wonwoo akan.."Situasi dan posisinya sangat pas." Ucap Wonwoo.
Ha Eun membuka matanya.
"Aku sudah bilang 'kan, seharusnya perempuan tidak berjalan di larut malam seperti ini."
Ha Eun menelan ludah.
"Aku juga laki-laki dan aku bisa berbuat hal yang lebih parah di bandingkan kejadian di Villa kemarin." ucapnya lalu berguling. Kini posisi Ha Eun yang berada di bawah. Ia mencengkram kedua tangan Ha Eun ke atas dengan satu tangan dan bertanya dengan lirih, "Apa kau mau kita melakukannya di sini... denganku?"***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A fool in love
FanfictionMemang perempuan ini bodoh, telmi, cerewet, dan ceroboh. Tapi bukan Lee Ha Eun namanya kalau pesimis. Ia mengejar pria bernama Jeon Wonwoo yang 180 derajat berbeda sifat, kepribadian, serta IQ selama bertahun-tahun. Dan selama bertahun-tahun itu ada...