13. Bangun cinta dengan Joshua?

213 27 5
                                    

"Apa kau anak orang kaya, atau kau berbagi satu botol parfum yang sama dengan Wonwoo?" tanya pria berkacamata itu.
Arti dari pertanyaan barusan sama saja dengan : Apa kau tinggal bersama dengan Wonwoo?
Ha Eun mengerutkan dahi sambil menggeleng. "Tidak—sama—sekali." Jawabnya ragu.

Teman pria itu berbisik pada si pria berkacama, "Bukankah dia Ha Eun yang kabarnya tinggal se-apartemen dengan Wonwoo?"
Baiklah, ini bukan lagi kabar yang beritahu ny. Jeon, tapi ini adalah gossip! Aku tidak tinggal se-apartemen dengan Wonwoo! Tapi hanya menginap satu malam! Bahkan semalam... sama sekali tidak terjadi apapun diantara kita.
Ha Eun melambaikan tangan dan berkata, "Tidak, aku tidak tinggal dengannya."

Airin mendengus, "Ei, tidak perlu berbohong, semua orang tahu kalau kalian berdua tinggal satu atap semalam."
Mata Ha Eun melebar saat menatap Airin.
Airin membuang pandangan. Pura-pura tidak melihat.
"Jadi kabar soal kau dan Wonwoo tinggal bersama itu benar?" tanya pria berkacama itu lagi.
"Eee—itu--"
Entah muncul dari mana, Joshua menyergap dan menarik tangan Ha Eun. Saatnya pergi.
"Ha Eun-ah, kau mau kemana!" seru Airin.
Ha Eun melambaikan tangan dan berkata, "Aku ada urusan mendadak."

Ha Eun dan Joshua berlari cepat meninggalkan tempat.
Mereka bergegas naik di atas motor besar berwarna merah. Tak ada waktu untuk memakai helm, Joshua mengambil misi utama mereka dan segera melaju. Ini waktunya pergi dari sini. Ha Eun tidak membantah.
Ha Eun menatap Joshua dari kaca sewaktu motor berjalan.
"Kerja bagus, lenjeh."
"Oh ya?" Joshua memberengut dengan muka masam. "Aku masih dianggap lenjeh?"
Ha Eun mengangkat bahu.
Joshua tersenyum. "Lalu kita harus kemana?"
"Bagaimana dengan toko Es krim?"
"Arasso." jawab Joshua riang.

---

"Yak, apakah aku boleh bertanya sesuatu padamu?" tanya Ha Eun lalu mengisi sesendok ice cream cokelat almond ke mulutnya.
Joshua yang duduk berhadapan dengannya –di tengahi oleh meja bulat pun mengangkat kening.

Ha Eun menengok kesegala arah. Memastikan bahwa tak ada yang memperhatikan mereka. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "Karena kau akan debut beberapa hari mendatang, aku akan hati-hati bicara."
Joshua diam sejenak. Mulutnya tiba-tiba mengering saat Ha Eun mengatakan itu. Sepertinya ini hal serius.

"Bicaralah." Ucapnya.
"Apa kau pernah menyukai wanita?"
Joshua tersenyum diiringi desahan nafas. "Kenapa kau bertanya hal seperti itu?" tanyanya.
"Aku 'kan doktermu." Jawabnya enteng. "Apa kau tidak mau membagi rahasiamu dengan dokter pribadi yang sudah merawatmu selama bertahun-tahun?"
"Heol. Betahun-tahun apanya? Jangan berlebihan, ini baru tiga tahun tahu. Lagi pula apa yang sudah kau lakukan padaku hingga kau dengan pede nya berkata 'merawat' ku? Kau tidak pernah memberiku resep."

Mulut Ha Eun mengerucut sambil menusuk-nusuk es krimnya dengan sendok. "Jika kau tidak mau menjawabnya tidak perlu berkata seperti itu. Hatiku sakit tahu."
Joshua mengerjap. "Aku.." Joshua mulai mengucapkan sesuatu.
Dengan cepat Ha Eun mengangkat kepalanya. Ia begitu semangat ingin mendengar jawaban dari laki-laki penyuka Es krim lemon itu.
"Pernah menyukai wanita." Jawabnya dengan nada dalam dan lirih.
Ha Eun diam. Mengedipkan mata dua kali. Tiba-tiba ia bergidik sambil menyilangkan tangan di dada.

"Kata-katamu membuat bulu kudukku dance shake it." (Sistar – Shake it)
"Yak, apa kau bercanda?"
Ha Eun menepiskan pertanyaan Joshua dengan pertanyaan lain, "Tapi, siapa wanita itu?"
"Yak, bagaimana kau bisa bertanya sampai sejauh itu pada orang yang yang sebentar lagi jadi idol? Apa jangan-jangan kau ingin menjual masa pre-debutku pada wartawan?"

Ha Eun melambaikan tangannya. "Eii, mana mungkin. Seorang dokter itu harus menjaga privasi pasiennya."
Joshua memalingkan wajah dan sengaja bergumam, "Hmm.. tiba-tiba aku teringat dulu ada seseorang yang membongkar rahasiaku di depan teman-temannya. Aissh, itu sangat membuatku kesal."
Ha Eun berdehem cangung. "Baiklah, kau tidak perlu menjawabnya." Ucapnya lalu mengisi seseondok penuh es krim kemulutnya hingga ia tak sadar sudah belepotan di ujung bibir.
Joshua tersenyum melihatnya.

"Ah, aku juga ingin bertanya satu hal padamu." Ujar Joshua.
"Apa?"
"Bagaimana bisa kau mengakui perasaanmu pada Wonwoo begitu mudahnya?"
"Bagaimana ya.." Ha Eun menyipitkan matanya dan memandang keluar jendela kaca. Memikirkan sesuatu. "Aku ada diantara tipe orang yang omong blak-blakan dan tipe orang yang berfikir dulu sebelum bertindak. Kau mengerti maksudku?" ia menoleh Joshua.
"Maksudmu?"
"Ya maksudku aku bukan tipe orang yang langsung omong blak-blakan ataupun tipe orang yang berfikir dulu sebelum bertindak. Aku ada diantara keduanya."
Joshua mengangguk. "Lalu?"
"Aku hanya berfikir perasaanku akan lega saat menyampaikannya. Rasanya seperti sesak di dada sudah terobati."
Joshua bergumam, "Ah, kau menyampaikannya agar kau merasa nyaman ya."
"Nde?"

Joshua tersenyum dan menggeleng. "Omong-omong, apa kau tidak pernah berfikir bagaimana perasaan Wonwoo saat mendengar perasaanmu?"
"Nde?" Ha Eun bingung. Namun tiba-tiba ia mengetahuinya. Wonwoo membencinya sejak saat itu.
Joshua yang bisa membaca ekspresi kecewa Ha Eun pun berkata, "Walau kau tidak melakukan hal yang melanggar hukum, itu tidak ada gunanya. Menyampaikan bagaimana perasaanmu tidak akan mengubah apapun."
Ha Eun diam sejenak. "Aku tahu. Tapi, bisakah kau menahan diri untuk tidak jatuh cinta pada seseorang? Atau kita pakai saja bahasa yang mudah--" Ha Eun menjeda, "Bisakah kau menahan bersin?"

Joshua mengernyit.
"Aku tanya lagi padamu, jika kau ingat kembali masa lalumu saat bersama dengan pria L.A itu, apa kau bisa menahan diri untuk tidak pacaran dengannya?"
Tiba-tiba saja Joshua mendadak kesal. Ia menghela nafas kesal. Nyaris tidak percaya bahwa Ha Eun akan mengungkit masa lalunya.
"Kau.." Joshua menjeda, "Menyampaikan perasaan cinta pada seseorang agar kau merasa nyaman, itu adalah tindakan yang egois."
"Aku tidak egois! Kau yang egois! Kenapa kau pacaran dengannya jika kau tahu itu terlarang? Jelas-jelas kau yang egois karena mementingkan perasaanmu padanya tanpa memperdulikan wanita yang mungkin sakit hati karenamu."
"Baiklah. Anggap saja kita sama-sama egois. Tidak--" ia menjeda, "Kau mau tahu bagaimana sifat egoismu itu? Baiklah, berkaca dari apa yang ku tunjukan." Tanya dan jawabnya sendiri.
Tiba-tiba saja Joshua bangkit dan meraih tenguk Ha Eun. Lalu bibirnya meraih bibir perempuan itu.
Mata Ha Eun melebar. Orang-orang seisi toko dan luar toko terkejut sekaligus histeris, sebagian menutup mulutnya.
Joshua menarik diri dengan lembut lalu berkata, "Aku mencintaimu."
Kini orang-orang seisi toko saja yang heboh. Apa lagi kaum wanita. Sebagian mengabadikannya dengan kamera.
Ha Eun melongo.

"Apa yang kau lakukan--"
"Aku mencintaimu sampai membuatku gila. Bahkan tak melihatmu seharipun rasanya seperti setahun. Jiwaku terus dan terus saja merindukanmu setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik. Dan walaupun kau menyukai si brengsek itu, aku tetap mencintaimu hingga aku mati!" Kini suaranya makin lantang dan berani.
Sekali lagi orang-orang histeris. Mereka terkesima dengan pengakukan Joshua. Benar-benar pria romantis dan penuh kejutan. Pikir mereka. Sementara pikiran Ha Eun, 'Dasar pria gila!'
"Tak apa jika kau menyebutku pengemis, karena itu memang betul. Aku pengemis cintamu!"
Histeris lagi. Meleleh. Raja gombal!
"Selain itu, kau selalu muncul di pikiranku dan hanya dengan itu saja sudah membuatku bahagia. Aku juga tidak suka jika kau bersama laki-laki lain, terutama Jeon Wonwoo."
Ha Eun mendongak lalu berkata, "Joshua Hong."
"Hmm?"
"Apa kau tidak malu? Orang-orang sedang melihat kita." Ucap Ha Eun sambil mengatubkan gigi.
"Untuk apa aku malu pada orang-orang yang mendukungku? Iya 'kan?" Joshua bertanya pada orang-orang dan mereka menjawab..
"YA!!"
"Ya ampun," gumam Ha Eun sambil menutup wajahnya dengan tangan.

Ia memudian beridiri. Meraih tangan Joshua lalu membawanya keluar dari toko.
"Joshua, apa kau sudah gila? Masa debutmu tinggal hitung hari, jangan buat masalah!" jerit Ha Eun.
"Sayangnya aku sudah berbuat masalah. Aku bahkan menciummu." Ucap Joshua enteng.
"Ini bukan saatnya untuk bercanda, Joshua."
"Sayangnya aku tidak bercanda." Kini nadanya menjadi serius.
"Apa?"
"Apa yang ku katakan tadi itu benar." Ucapnya lirih. Pandangan matanya menjadi begitu dalam.
"Y-yak. Kau benar-benar--" Ha Eun bahkan sudah tak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Benar. Aku egois, seperti dirimu. Jadi berhentilah menyukai Wonwoo dan bangun cinta denganku. Wonwoo sudah punya Nana." Ucapnya.

***

TBC

A fool in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang