...."Benar. Aku egois, seperti dirimu. Jadi berhentilah menyukai Wonwoo dan bangun cinta denganku. Wonwoo sudah punya Nana."....
Ha Eun menggeleng. Nyaris tak percaya. Ia berjalan mundur dengan pelan dan kemudian berlari meninggalkan Joshua.
Ia kesal.
Namun rasa itu menjadi sedikit pudar ketika Ibu Wonwoo menelfonnya.
"Halo bibi?"
Terdengar isak tangis disana.
"Bibi kenapa?" tanya Ha Eun nyaris memekik.
"Wonwoo--" ia tersak lagi.
"Wonwoo kenapa?"
"Wonwoo akan--"***
"Wonwoo, bisakah kau datang ke rumah? Ayah dan ibu ingin bicara denganmu." Ucap Tn. Jeon saat menelfon Wonwoo yang sedang berada di apartemennya.
"Aku tidak bisa pergi kesana. Ayah bicara saja sekarang."
Tn. Jeon diam sejenak. "Ayah akan menunggumu di rumah." Ucapnya lalu memutuskan sambungan telefon."Baiklah." Jawab Wonwoo di telefon yang sudah terputus itu.
Wonwoo beranjak, meraih mantel coat cokelatnya yang tergantung di atas kursi lalu membuka pintu.
Betapa terkejutnya dia saat melihat perempuan berambut cokat panjang tengah duduk di lantai. Punggungnya tersandar pada dinding samping pintu apartemen. Kedua lututnya ditekuk agar menopang tangannya. Sementara wajahnya di benamkan pada lipatan lengan."Ha Eun," panggilnya. Ha Eun mendongak, kedua mata sembabnya menyipit menatap ke arah Wonwoo.
Dari semenjak ia mengenalnya, ia tidak pernah melihat perempuan periang ini menangis. Apa yang membuat wajah perempuan ini begitu jelek?
Ha Eun bangkit dan menatap Wonwoo dengan penuh amarah. "Apa kau puas mempermainkanku selama ini?" nadanya terdengar dingin.
Wonwoo mengeryit. Ia tak mengerti apa maksud dari perkataan dan nada biacara Ha Eun.
"Jangan kau pikir karena aku sudah menyukaimu dari semenjak SMA kau dengan seenaknya mempermainkan aku. Kau!!--" ia terisak. "Kau tidak berhak." Suaranya lirih dan bergetar.
"Tunggu sebentar. Aku tidak mengerti kenapa kau menuduhku mempermainkanmu."
Ha Eun berdecih. "Benar kata Joshua, kau bajingan." Ia bergumam.
"Hah?" Wonwoo menatapnya bingung.
"Pergilah," ucap Ha Eun. "Aku sudah menyerah."
"Kenapa kau ini?" ucapnya kesal mendengar kata-kata Ha Eun.
"Jangan pura-pura tidak tahu! Kau dan Nana akan bertunangan!"
Wonwoo terhenyak.
"Dari mana kau dengar itu?"
"Ibu mu. Dia menelefonku tadi siang."
Wonwoo kembali terhenyak. Tapi bagaimana bisa nama 'Nana' tiba-tiba muncul di mulut ibu dan mengatakan bahwa dia akan bertunangan? Ini sangat tidak masuk akal. Dia bahkan tidak pernah menyebut nama 'Nana' pada orang tuanya.
"Sejak kapan kau di sini?"
"Sejak tadi siang." Jawabnya. "Sejak aku mendengar kabar itu dari ibumu." Tambahnya.
Darah Wonwoo mendidih."Ini sudah jam sembilan malam. Bagimana bisa seorang perempuan duduk meringkuk di depan apartemen laki-laki hingga berjam-jam tanpa melakukan apapun? Kau bodoh atau apa?"
"Benar! Aku bodoh! Saking bodohnya aku rela menunggumu menyukaiku selama lebih dari empat tahun!" jawabnya. "Duduk di depan apartemenmu selama berjam-jam hingga helerku nyaris patah itu tidak ada apa-apanya. Aku sudah kebal... Aku—" ia memalingkan wajah. "Aku sudah tidak sanggup mengejarmu lagi.." ia kembali menatap Wonwoo. "Aku lelah."
Perempuan itu beranjak meninggalkan Wonwoo yang mematung.***
Di ruang bekerja ayahnya, Wonwoo duduk di sofa hijau tosca berhadapan dengan ayahnya yang duduk di sofa seberang. Sementara ibunya duduk agak berjauhan di samping ayahnya.
"Wonwoo, apa kau lebih memilih menjadi penerus perusahaan atau menjadi dokter dan melanjutkan studymu?" tanya ayahnya.
"Aku memilih pilihan yang bisa membuatku tidak di jodohkan dengan Ahn Nana." Jawab Wonwoo dingin.
Ayahya menutup mata putus asa. "Kau sudah tahu rupanya." Gumamnya.
"Kenapa? Kenapa Nana?" tanya Wonwoo.
"Perusahaan ayah mengalami penurunan. Sementara di dalam perusahaan tak sedikit musuh. Di umur ayah yang sudah kepala lima begini ayah tidak bisa menanganinya sendiri, ayah butuh pendukung lebih banyak dan penerus perusahaan. Itu sebabnya--" ayahnya menjeda, "Ayah terpaksa menjodohkanmu dengan anak dari Tn. Ahn, pemilik rumah sakit SS. Dan, walaupun kau tidak ingin menjadi penerus perusahaan, kau tetap akan di jodohkan dengannya agar perusahaan Tn. Ahn dan perusahaan kita bisa bekerja sama dan ayah mendapat penudukung. Kau tahu 'kan pengaruh mereka sangat besar. Lagi pula kau kelihatannya tidak memiliki rasa apa-apa pada Ha Eun."
"Bagaimana jika aku sendiri yang akan memperbaiki perusahaan hingga berjaya lagi? Apa ayah bisa membatalkan perjodohan ini?"
"Hah?" Ayah nya nyaris terkejut begitupun ibunya.
"Ayah, kalaupun aku harus menikah, aku akan menikah dengan orang yang ku pilih." Wonwoo berdiri. "Aku tidak ingin menikah karena alasan politik." Ia beranjak dari ruangan.
Ia pun mendapati Bohyuk menguping saat membuka pintu.
"H-hyung," Bohyuk terbata.
Wonwoo memandang adiknya. Lalu tersenyum sambil mengacak-acak rambut Bohyuk.
"Hyung akan tinggal di rumah mulai sekarang dan belajar bisnis." ucap Wonwoo. Senyum. "Kau senang hyung di rumah 'kan?"
"Hyung.."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A fool in love
FanfictionMemang perempuan ini bodoh, telmi, cerewet, dan ceroboh. Tapi bukan Lee Ha Eun namanya kalau pesimis. Ia mengejar pria bernama Jeon Wonwoo yang 180 derajat berbeda sifat, kepribadian, serta IQ selama bertahun-tahun. Dan selama bertahun-tahun itu ada...