Dua

90 11 0
                                    

"Ehm, Anya? Aku ingin mengajukan satu saja pertanyaan untukmu", Kiara menyapaku tanpa fa-fi-fu saat kita berdua berada dikamar panti asuhan.

"Ya, oke. Apa Ra? Tentang siapa atau tentang apa ataukah bagaimana?"

"Tentang Kumara", Tuhan, remuk sudah hatiku ditanya begitu. Kumara, ya dia, sosok yang membuatku hampir tiga tahun insomnia.

"Aku, Kumara Andika Wijaya sayang kamu, Yeanya Unika, selamanya"

Tidak ya Allah, jangan ingatkan aku lagi dengan kata-kata manis dia. Apa apaan pula pertanyaan Kiara malam ini, aku sudah cukup senewen mengurus tugas fisika yang tak karuan, eh dia malah bertanya tentang masa lalu jahiliyah tidak bermutu itu. Ah aku harus menjawab apa?

"Ra, bisa ga sih out of that topic? Setiap malam hari kamu pasti meracau tidak jelas begitu, kamu kenapa? Aku udah lupain dia kok, udah tenang aja, aku ga akan minum bayg*n atau aut*n dan semacamnya hanya gara-gara putus. Childish", tegas sekali aku mengatakannya walaupun belum sepenuhnya aku lupain dia. Ya habis bagaimana? Aku hanyalah anak sebatang kara yang harus terus hidup mandiri agar sukses, beruntung ada panti asuhan mau menampung, apa jadinya kalau aku hanya memikirkan cinta cintaan? Gila saja.

"Kamu ga ada niat mencari dia,Nya? Dia menghilang begitu saja setelah perlakuan manisnya padamu, dia selalu menjengukmu di panti, membawakan makanan enak, mengkhawatirkanmu, bahkan dia membelikan kamu sepeda buat kita pergi sekolah, tapi dia tiba tiba pindah ke lain kota. Apa mungkin dia ada masalah? Kamu tidak mengkhawatirkan dia sekalipun apa?" , ah Allah aku malas kalau Kiara sudah ceramah begini. Rusak sudah hati, rusak konsentrasi ini.

"Kiara, aku tahu kamu sahabat terbaik yang pernah aku miliki, tapi tolong sekali ini saja, berusahalah lupakan kejadian tiga tahun lalu, itu sangat menyakiti hatiku, tanpa ada pamit, tanpa ada perpisahan, tanpa kabar, dan bahkan kamu pasti tahu hatiku sudah terisi oleh namanya tidak bisa ditawar tawar lagi, hatiku sudah mati sejak dia pergi. Melankolis sudah hati ini selama tiga tahun, biarkan aku sedikit lupa Ra, biarkan"

"Kita tidak akan berpisah, Nya"

Aku pun menangis (lagi).

If This Was A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang