Tiga

66 10 5
                                    

Tahu tidak apa yang ada dipikiranku saat ini? Aku selalu memikirkan hal hal aneh semenjak tiga tahun lalu, aku mulai berpikir tentang masa depan secara lebih detail dan terperinci. Aku merencanakan kelanjutan hidupku suatu saat nanti saat sudah keluar dari panti asuhan. Sungguh, baik tiada terkira Ibu Wiwit, Ibu Savitri, Ibu Mia, Ibu Delisa, Ibu Mikayla, Kak Estri, Kak Fiona, dan kak Melinda para pengurus dan relawan penuh kasih selama 16 tahun aku tinggal disini.

Kak Estri, Kak Fiona, dan Kak Melinda baru datang saat usiaku dan Kiara sudah 14 tahun, meskipun aku dan Kiara baru mengenal mereka 2 tahun tapi mereka sungguh sungguh tulus dan menyanyangi anak-anak dibawah usia kami, itu karena mereka bertiga juga yatim piatu dari panti asuhan kota seberang. Hm, membicarakan panti ini seakan-akan sudah bagian dari hidupku membuat aku ingin menangis saja.

Aku Yeanya Unika Sarasvati tidak pernah tahu siapa orang tua biologisku. Tidak pernah tau bagaimana dulu aku bisa ada disini, karena itu adalah sebuah rahasia yang dipegang oleh Ibu Delisa, beliau berjanji akan menceritakan padaku saat aku sudah memutuskan keluar dari panti dan menjadi relawan untuk panti ini atau panti asuhan lain. Jadi aku harus bersabar jika ingin tahu kebenarannya. Aku harus pula memikirkan kapan dan diusia berapakah tepatnya aku bisa benar-benar mandiri tanpa bantuan hidup dari panti tercinta ini.

Omong omong soal sekolah, SMA Maju Jaya adalah SMA bergengsi dikota kami, aku dan Kiara bersusah payah masuk kesana dengan belajar mati matian sewaktu SMP. SMP adalah masa masa paling indah sekaligus menyakitkan karena seorang Kumara Andika Wijaya (si berengsek yang tampan tiada tara) itu terlibat didalamnya.

Sekarang, aku sedang berada di perpustakaan, mencari cari referensi untuk tugas makalah Biologi tentang materi Genetika. Tiba-tiba saja Diana teman sekelasku menyapa
"Hai Anya, kok sendiri? Kiara kemana?"

"Oh, Kiara tadi jajan dikantin, kamu juga sendiri tidak sama yang lain?"

"Ah sudah biasalah aku begini, lagi pula siapa yang mau berteman sama aku anak cupu yang tidak pernah dapat peringkat? Hehehe"

"Ah Diana, kata siapa? Kamu tidak begitu kok, kamu baik, manis, dan rajin, jadi apa salahnya dengan kamu? Mereka saja yang belum menemukan kecocokan denganmu"

"Kamu memang baik Nya, tidak heran kalau teman kamu banyak, posisimu sebagai ketua kelas juga sangat menguntungkan karena kamu anak yang tanggung jawab"

"Ah terimakasih atas ejekannya ya, hahaha", aku benar benar tersanjung sebenarnya. Wkwk.

Tiba-tiba Kiara langsung nongol dengan membawa siomay dan gorengan, dia memang jago menyisihkan uang buat jajan "Dapanih? Kenapa tadi engga wasap aku dulu sih Nya kalo lagi bareng sama Diana?", Kiara manyun manyun ayam karena dia cocok dengan Diana yang memang anak baik dan penuh perhatian itu.

"Yah males amat dah wasap kamu Ra, ntar kamu juga nyusul sendiri kan?", repot amat dah ah.

Setelah mengobrol cukup lama dengan Diana dan Kiara kami pun kembali ke kelas. Aku berharap ini adalah hari yang menyenangkan tanpa bayang bayang Kumara.

Baru saja aku berharap demikian, hari hariku tidak benar benar menyenangkan karena Fatin CS menghadang kami bertiga didepan pintu kelas, ya, Fatin, Feriska, dan Felis, 3F yang angkuh minta ampun di seantero MJ (Maju Jaya), amit amitlah ketemu mereka begini, pasti hawa akan panas bak di neraka Jahanam

"Kenapa sih masih aja ada orang sok pahlawan dan sok sokan nemenin Diana ini? Apa coba bagusnya? Anjir, kaya kecoa busuk gini aja pada ditemenin, elo berdua tu ah kalo kata sinetron jaman dulu itu "kamseupay"", Fatin membuka pembicaraan dengan suara cemprengnya.

"Apa sih urusan kalian ganggu ganggu Diana begitu? Apa kalian udah merasa eksis dan hitz sampai ga butuh Diana sosok paling rajin di kelas hah? Bisanya cuma koar koar cempreng tapi otak ga ada isinya, bawa kaca kesana kemari, apa yang bisa dibanggain? Cantik itu dilihat dari akhlak, kemampuan, dan tingkahnya, bukan seberapa tebal bedak sama gincunya!", aku sangat emosi sehingga mengeluarkan kata kata pedas itu dihadapan trio ganggang api gila ini.

"Eh lo bacot banget anjir, ketua kelas yatim piatu sok pahlawan aja di bangga banggain. Jangan kecantikan cuma karena banyak yang dukung lo! Lo tuh cuma alien panti yang nyasar ke sekolah high class kayagini!", kali ini Felis ikut nimbrung dengan kasarnya.

"Sudah, sudah kenapa sih kalian ganggu kami? Ayok Nya, Diana kita masuk saja",
Kiara menenangkan. Aku nurut saja dan tidak ku gubris kata kata nenek sihir macam mereka. Harapanku untuk senang kandas sudah hari ini, meskipun banyak anak anak yang menenangkanku tetap saja aku kesal. Sabar, Nya sudahlah.

If This Was A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang