Lima Belas

34 4 5
                                    

Kumara memelukku erat,entah bagaimana perasaanku saat dipeluk Kumara, yang jelas Kumara benar benar memelukku dengan erat. Seberapapun dia mencoba menjauh, tampaknya takdir mempermaikan dia untuk kembali lagi kesini.

Kumara menahan tangisnya, sedangkan aku terus saja berusaha melepaskan pelukan Kumara. Tapi Kumara tidak mau melepaskannya, aku terisak di dadanya, tidak peduli lagi keadaan di sekitarku tapi aku terisak deras.

"Maafkan aku Nya, aku kemari ingin menjelaskan semuanya padamu, tolong jangan marah sekali saja dengarkan"

"Tidak, pergilah dari sini, penjelasanmu sudah terlambat bagiku Kumara" aku berusaha setegar mungkin.

"Kamu tidak tahu bagaimana rasanya dipaksa pergi ke luar negeri dan melupakan kenanganku disini"

"Begitu? Cih, seperti film saja alasanmu! Luar negeri mana yang kamu bicarakan hah? Apa sebenarnya maksudmu?"

Sebelum Kumara sempat menjelaskan lebih jauh aku sudah melepaskan pelukannya, aku berlari masuk ke kamar panti asuhanku tanpa menghiraukannya, aku muak sungguh.

"Lepaskan aku, sudah saatnya kita melangkah maju tanpa mengingat masalalu, lepaskan Kumara", aku berkata lirih.

"Nya, tunggu, kamu mau kemana?"
Hah pertanyaan yang bodoh, luar negeri membuatnya lupa kebiasaan marahku yang selalu masuk kamar tanpa memedulikan sekitar.

Aku mengunci diri dalam kamar, aku mendengar teriakan Kumara memanggil namaku berkali kali, dan aku bisa merasakan bahwa suaranya pilu sekali. Aku pun juga! Bagaimana perasaan kamu ditinggalkan selama 3 tahun tanpa alasan? Bagaimana?!
Aku rapuh selama ini, jika tak ada Wira aku pasti tidak punya penyemangat dan pelindung dari mara bahaya, dan Wira yang sudah mulai masuk ke dalam hatiku terpaksa kuntendang lagi karena kehadiranmu Kumara.

"Anya sayang, keluarlah, Kumara ingin bertemu denganmu, dia ingin menjelaskan semuanya", ibu Melinda membujukku, aku tidak menyahut sama sekali, aku dengar keriuhan adik adik panti yang sudah kenal dengan Kumara, mereka berteriak teriak menyebut nama Kumara, bisa kurasakan betapa bahagianya mereka saat sang Malaikat tapi menyebalkan itu kembali, "Kak Mara selama ini kemana saja, Dinda kangen", "Kak Mara besuk belikan permen permen kecil lagi ya," , "Kak Malaa, aku sayang kakak, akhilnya kakak kembali lagi"

Sudah hentikan! Semuanya membuatku gila, aku memang ingin mendengar penjelasan dia tapi rasanya tidak, terlalu mudah. Dia harus berjuang kembali untuk mengobati lukaku, aku tidak akan semudah ini runtuh, aku bukan perempuan murahan yang sudah dinodai kepercayaan lalu menempel-nempel kembali pada si pencuri rasa percaya! Tidak akan! Aku akan berusaha untuk memikirkan perasaan Wira dan Diana, mereka berdua baik, tidak adil rasanya jika aku langsung membiarkan Kumara seperti dulu lagi denganku. Aku tidak mau membuat Wira dan Diana sekaligus membenci aku, aku akan berpikir bagaimana menjauhkan diri dari Kumara agar tidak seorangpun curiga ada apa antara aku dengan Kumara sebenarnya.

"Anya? Kumara datang, lihatlah gih, dia ingin bertemu, Nya" , Kiara diduk disampingku.

"Aku tidak bisa Ra, dia gila sekali"

"Segila gilanya dia tapi aku yakin dia orang baik Nya, aku kan pernah bilang padamu apa kamu tidak penasaran dengan cerita dia dan alasannya meninggalkan kamu?"

"Aku tak peduli untuk sekarang, biarkan dia berusaha dulu Ra, supaya aku yakin bahwa alasannya dia masuk akal dan saat hatiku sudah mau memaafkannya"

Jam menunjukkan pukul 21.00, tetapi masih kudengar suara Kumara bercengkerama dengan beberapa anak walaupun bisa kurasakan dia tak seceria dulu, aku tidak mau keluar kamar, Kiara membawakanku makanan dan menemaniku didalam meskipun aku tahu dia ingin sekali menyambut teman kecilnya diluar.

"Nya sudah, temui dia, dia tidak mau pulang sampai kamu keluar, lagi pula besuk kamu sudah harus berangkat kesekolah"

"Iya, aku tahu, biarlah kalau dia mau disini semalaman, aku tidak peduli"

"Oh iya tadi Wira meneleponku, dia bertanya kamu kenapa sebenarnya? Apa kamu tidak berniat menceritakan ada apa diantara kamu dan Kumara?"

"Untuk saat ini belum Ra"

"Tapi ingat aku tidak bisa membantu menyembunyikan kisah kalian dalam jangka waktu lama, segeralah selesaikan masalah kalian berdua, apalagi sekarang suasana tambah rumit, kelihatan sekali Kumara masih memiliki rasa kepadamu, sedangkan Wira dan Diana? Aku rasa mereka berhak tahu"

"Ya, tapi lebih baik aku merahasiakan ini dulu dari mereka, sebisa mungkin aku akan menjauhi Kumara disekolah"

"Jangan extreme begitu Nya, kita lihat dulu seberapa perjuangan dia, kamu tidak bisa mencampakkan dia begitu dia kembali, apa kamu tidak merasa ingin mengetahui apa yang sebenarnya?"

"Kita lihat saja besuk, Ra"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If This Was A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang