Sebelas

28 6 0
                                        

Sepulang aku jalan jalan dengan Wira aku langsung membantu mencuci piring didapur, banyak adik adik disana, hanya sekedar bermain dan ada pula yang makan. Ah, suasana panti ini benar benar membuatku rindu. Aku tidak bisa membayangkan jika aku sudah menjadi relawan dan tidak tinggal menetap dipanti ini, kak Fio, kak Melinda, dan kak Estri memiliki jam malam jika berkunjung ke panti ini. Penghuni panti sangatlah baik, anak anaknya sopan dan penuh kasih sayang.
Tanpa sadar kak Estri tiba tiba menyapaku, "Halo,Anya, kenapa nih kok nyuci piring sambil ngelamun?"

"Ah engga kok Kak, aku ge ngelamun cuma merenung sebentar, hehe", aku nyengir lebar.

"Ngrenungin apa? Pasti besuk pas kamu jadi relawan kaya aku kan? Hihihi"

"Lah? Kok kakak bisa tau sih aku mikirin apa?"

"Dilihat dari cara kamu merenung kamu terlihat sayang sekali sama adik adik, jadi ya aku bisa menyimpulkan kalo kamu galau, gapapa Nya, jadi relawan itu asyik, kalau kamu pengen jadi relawan disini gapapa, tapi kalau kamu pengen di daerah lain bisa namnah pengalaman dan kenalan kamu, lagipula jam malamnya kamu bisa nentuin sendiri. Kiara bagaimana? Apa dia juga udah kepikiran hal ini?"

"Kiara itu masih pengen diadopsi kak, makanya dia selalu berdoa sama Allah biar dikasih orangtua angkat, jahat sih emang, aku saja sudah pasrah kalau ga ada yang mau ngadopsi aku"

Yah memang, anak anak yang jadi relawan adalah anak yang tak kunjung menemukan orangtua angkat, lagipula umurku sudah 16 tahun dan masih juga belum datang orangtua asuh malaikat, sepertinya bisa dipastikan tidak ada yang mengadopsiku.

"Dulu aku juga kepikiran pengen diadopsi, tapi rencana Tuhan kan lebih indah, jadi ya aku sudah ikhlas, lagipula jadi relawan sambil kerja dan kuliah malah bisa membuatku semakin menikmati hidup"

"Aku keburu pengen jadi relawan karena satu hal Kak"

"Apa?"

"Ah ya sudahlah tidak usah dibahas kak", hal itu membuatku down jujur, besuk Senin sudah mulai ujian kenaikan kelas, aku harus fokus. Dan belajar.

Hari ujian yang ditunggu tunggu tiba, aku sudah mempersiapkan segalanya dengan sungguh sungguh, semoga hasilnya memuaskan.

"Semangat ujian Anyaku", Wira menyapaku dengan senyuman manisnya. Tulus sekali.

"Iya, kamu juga Wira, semangat ya"

"Pokoknya besuk kalo udah selesai ujian main terus ya sama aku"

"Ah dasar Wira", aku melangkah masuk kelas karena bel sudah berbunyi.

Selepas tes aku dikejutkan dengan Wira yang tau tau menghadangku didepan gerbang sekolah dengan posisi nangkring di ninjanya.

"Nya, tadi gimana? Soalnya gampang ga? Jadwal kamu apa?" dia bertanya sambil tertawa lebar

"Ish, jadwalku tadi Biologi sama Bahasa Inggris, biasalah kan aku suka, gimana jadinya kalo misal tadi matematika sama fisika? Pusing aku"

"Jangan kayagitu ah, kamu pasti bisa, eh semangat terus ya sampe kelar, biar cepat ngerasain rasanya jadi kelas 11, dada Anyaaa", Wira pun melambaikan tangan padaku lantas melesat pergi.

Ah dasar Wira Wira...



Sampai di panti aku langsung belajar mati matian tak peduli siapapun yang menggangguku terlebih Kiara, kalau dia mengganggu langsung saja aku tempeleng kepala dia. Aku berharap semoga kenaikan kelas ini membawa berkah dan raportku tetap diatas rata rata seperti biasanya. Karena usaha tak pernah menghianati hasil.
You'll get what you are fighting for.


Hari kedua ujian adalah fisika dan matematika, nah kan benar apa kataku? Kalau mata pelajaran yang sialan begini saja digabung menjadi satu. Bagaimana kalau fisika dan matematika dihapuskan saja dari dunia ini? Shit man. Semoga Allah memberikan aku kemudahan. Dan aku dapat mengerjakan ujian ujian selanjutnya sampai akhir. Dag dig dug hatiku. Ah ah ah. (Malah nyanyi shit). Benar benar soal yang susah dimengerti.

TENG TENG TENG!! Bunyi bel tanda tes telah berakhir akhirnya berbunyi juga, pening sekali kepalaku memikirkan 2 mapel itu mati matian. Dan ditambah lagi aku melihat Ganggang Api bermain main mata seolah olah mengejekku. Mana Kiara lagi ke kamar mandi pula, untung saja Diana datang, waktu tes kan dia tidak sekelas denganku

"Eh Anya halo. Sini sini sama aku, aku pengen cerita"

"Eh iya mau cerita apa Diana? Aduh rasanya kok lama ya engga ngobrol sama kamu begini, hehehe"

"Iyalah kamu aja jalan mulu sama Wira ngaku aja deh" Diana menggodaku habis habisan.

"Eh apaan sih, engga kali, aku ga jalan sama dia"

"Tapi kencan? HAHAHA" Diana sungguh tertawa keras, seakan akan dia sedang bahagia.

"Ah sudah sudah katanya kamu mau cerita sama aku?", aku mengalihkan pembicaraan.

"Sehabis ujian orang yang aku taksir fix pindah kesini loh"

Liburnya sekolahku baru tiga minggu setelah ujian, karena untuk pelaksanaan berbagai agenda kegiatan sekolah, membahas class meeting dsb.

"Wah selamat ya, jadi semakin dekat dong pastinya, cie cie"

"Aku senang karena rasa suka ku kedia sudah cukup lama sejak SMP, dia anak temen orangtuaku"

"Good luck ya jangan terlalu deg deg an, sambut dia dengan kalem"

"Siap Anya"

"Woy, kalian kok ga ngajakin aku ngerumpi?", tiba tiba Kiara nongol

"Salah kamu ke kamar mandi lama bener", aku memarahi dia.

"ya maaf sih kebelet banget abis, encer loh e-ex aku, hihihi" ih menjijikan sekali dia. Dosa apa punya sahabat macam dia. HAHAHA.

If This Was A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang