Sepuluh

43 6 2
                                    

Bagaimana aku mengatakannya?
Aku sungguh tidak bisa begini, kepalaku serasa mau pecah saja memikirkan apa yang akan terjadi padaku 2 minggu kedepan, di panti aku selalu melamun, kak Fio dan kak Estri gencar bertanya padaku tapi tetap saja aku tidak mau buka suara.

"Kamu kenapa sih Nya?", Kiara nongol dihadapanku tiba tiba.

"Aku galau, i need to talk to u now Ra."

"Yeah, i let you talk"

"2 minggu lagi Wira pengen ngenalin aku ke mamanya dan mama temennya"

"What?!!!!!!!!!!!!! Omagad. Yakin Nya? Serius? Aaa gentle banget ya si Wira ya, dia kayanya pengen langsung nikah sama kamu deh lulus SMA biar kamu juga cepet jadi relawan dan kamu bisa tahu rahasia keluarga kamu, yippie", Kiara kegirangan

"Hush kamu apaan sih, masih kecil aja udah ngurusin nikah, aku gugup banget, masa iya udah mau dikenalin, si Kumara jelek aja yang udah bertahun tahun lamanya selalu alibi buat bawa orangtuanya ke panti"

"Nah kan berarti udah saatnya kamu move on, Kumara mungkin udah beda alam sama kita, bukan maksud aku meninggal sih, cuma bisa jadi dia udah lupa sama kenangan kenangan dia selama sama kita"

"Oh, lupa ya menurut kamu?"

"Bisa jadi"

Tiba tiba ponsel kami berdua berbunyi, ternyata dari Diana, dia bercerita di grup wasap yang kami buat tentang kepindahan seseorang yang disukainya sejak SMP kesekolah kami yang tinggal 2 minggu lagi. Diana sangat excited menyambut orang itu.

"Tuh kan, kenapa 2 minggu lagi harus menjadi saat saat membingungkan bagi semua orang sih? Ga aku, ga Diana, momen momen termenegangkannya dimulai 2 minggu lagi, apa sih rencanamu ya Allah?" aku bingung setengah mati.

"Yah, kita lihat saja tanggal mainnya Nya, jangan diambil pusing, berdoa sajalah pada Allah", dan kami pun bergegas mencuci baju baju kotor dibelakang.

Panti asuhan ini sangat spesial bagiku, didalamnya banyak orang baik, ibu asuh, relawan, dan teman teman super asyik, ada sekitar 50 orang yang ditampung di panti Kasih Bunda ini. Itupun sekarang ada yang sudah menjadi relawan di panti asuhan lain dan mencoba mencari anak anak terlantar yang baru, kebanyakan relawan sudah memiliki pekerjaan, seperti Kak Fio, Kak Mel, dan kak Estri, mereka sudah bekerja disalah satu kantor ternama, dan mengabdikan hidup untuk panti asuhan lain. Memang sudah kebijakan seluruh panti di provinsiku untuk bertukar relawan, akan tetapi setiap relawan bebas menentukan pada umur berapa mereka akan siap mengurus anak anak dan mengabdi di tempat lain, toh kita juga senang menemukan lebih banyak kawan senasib dan sepenanggungan. Aku sudah tidak sabar kapan aku bisa menjadi seperti mereka? Hanya waktu yang akan menjawab.

Minggu adalah hari dari Surga untuk anak anak sekolah, dan sekarang aku sedang bersepeda di lapangan besar dekat panti asuhan, tentu saja aku memakai sepeda hadiah dari Kumara, tapi sudahlah, hatiku tidak terlalu sesak membicarakan dia, mungkin ini efek karena sudah ada kenyamanan lain yang aku temukan.
Aku melihat Diana dikejauhan, dia keluar dari mobilnya menuju ke arah lapangan sambil membawa sepeda lipat, cepat saja aku melambaikan tangan padanya, dia pasti dikasih tau sama Kiara, akhirnya kami bertiga malah keasyikan mengobrol

"Eh tau engga, cowo yang aku suka bakalan satu kelas sama kita kayanya, hehe, aku tidak sabar melihat dia, sudah lama tidak bertemu dia, terakhir kali sih kelas 9", Kiara bercerita panjang lebar.

"Ah aku jadi penasaran siapa sih cowo yang kamu taksir, kaya apa ya dia kira kira, hihi" aku bermajinasi sendiri.

"Ganteng deh kayanya sampe si Diana suka hehehe"

"Memang, dia sangat sangat tampan, kalian pasti akan tercengang saking tampannya dia"

GUBRAK !!!!!!!!!






If This Was A MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang