Ibu Delisa memperhatikanku dari kejauhan saat aku sedang berada ditaman bersama adik adik panti, entah mengapa aku merasa ada kesedihan setiap beliau menatapku, tidak seperti tatapan Ibu asuh lainnya, beliau selalu yang paling sendu. Bagaimana aku mendeskripsikannya ya? Entahlah, aku juga tidak tahu, yang jelas aku sudah berpasrah hati jika memang rahasia keluargaku begitu menyakitkan nantinya. Ibu Delisa tidaklah salah, aku tidak akan membenci beliau walau semenyedihkan apapun jadinya kisahku kelak. Aku sayang semua yang ada disini yang telah mempermudah hidupku.
Ponselku bergetar, tanda ada whatsApp yang masuk, aku buka isinya dan ternyata sang pengirim tidak diduga duga adalah Wira. Wira Aditya, laki laki yang mendekatiku sudah sejak semester 1 lalu, tapi aku mencampakkan dia, bukan karena dia kurang ganteng, alasannya masih sama karena hatiku stuck disatu orang.
"Anya, lagi apa? Udah lama ya engga chattingan, kamu apa kabar? Di sekolah kita jarang ketemu juga, kamu sibuk ya?"
"Baik, lagi ditaman sama anak anak panti, kamu lagi apa Wir? Engga kok aku ga sibuk, cuma males jalan jalan jadi jarang ketemu kamu, hehe"
"Aku lagi belajar Sosiologi ini, bagus deh kalo gitu, besuk ada acara engga Nya?"
"Engga ada Wir, kenapa?"
"Mau ke panti asuhan kamu boleh? Udah lama kan aku engga kesana? Hehe"
"Boleh"
"Makasih"
Aku hanya membaca pesan Wira yang terakhir, aku sampai lupa soal Wira, dia sering main ke panti waktu semester 1 sebelum dia jujur padaku tentang perasaannya. Mungkin dia sadar diri atas penolakan halusku, jadi dia tidak menggebu gebu seperti orang orang patah hati lainnya sekarang, aku suka sikapnya yang seperti itu.
Keesokannya disekolah aku melihat Wira mondar mandir didepan kelasku, aku pun menyapa dia duluan
"Halo Wira tumben lewat sini""Eh,uhm,oh itu nunggu kamu sebenernya Nya"
"Bukan nungguin Fatin Wir?", Kiara menyahut menggoda.
"Ah enggalah Ra, aku ga ada urusan sama cewe centil macam dia"
"Oh iya, aku lupa kalau dia suka sama kamu Wir, wah maaf ya aku ga mau ada yang salah paham kamu nyariin aku, dan dia bikin onar lagi", jujur saja sangat disayangkan bahwa orang yang menyukaiku disukai pula oleh ketua Ganggang Api, salah apa aku ini Tuhan sampai cobaan hidup begitu berat.
"Jangan khawatir, aku bisa membasmi dia kalau dia macam macam, aku saja sudah dengar dia mengejekmu waktu membela Diana, habis itu dia langsung aku marahi, nanti jangan lupa sama kunjunganku ke panti ya Nya", Wira tersenyum tulus.
"Of course, i do Wira, terimakasih", aku sangat lega karena didunia ini masih banyak orang orang baik yang menyayangiku. Termasuk Wira, meskipun aku tidak bisa menganggapnya lebih dari teman. Tapi aku bahagia mengenal dia. Bahagia. Sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
If This Was A Movie
Romance-You dont need to regret how did the past happen, you just need to try to move on and make a new life-