Chapter 5

64 3 0
                                    

“Cinta hanya menyulitkan seseorang. Kebanyakan mereka yang jatuh cinta, tidak pernah tahu apa dampak terburuk dari cinta. Maka itu, aku tidak pernah mau merasakan cinta. Cinta hanya menjebak seseorang.”   -Jung Narin-

NARIN POV.

Dia terus menarikku ke sebuah tempat yang tak jauh dari sekolahku. Siapa pria berengsek ini yang berani-beraninya menarik lenganku tanpa izin? Aku memberontak, tapi cengkramannnya lebih kuat. Karena tubuhnya yang tinggi, aku harus mendongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya. Aku hanya dapat melihat. Bagian hidung hingga mulutnya dari samping. Tunggu! Sepertinya aku mengenal pria ini?

Kami berhenti melangkah, ia melepas cengkramannya dan membuka topinya. Benar kan dugaanku, pria ini lagi. Aku menghela nafas malas saat bertatapan dengan wajahnya. Tak sengaja aku membaca nametag nya. Oh jadi dia yang namanya Kim Mingyu? Pria yang selalu di puji-puji Shinsoo? Astaga, apa yang harus Shinsoo kagumi dari pria ini?

"Kau itu stalker  ya? Mengapa kau selalu mengikutiku? Kau terpesona padaku?" ujarku sekenanya. Dia mendesis.

"Seharusnya kau itu berterima kasih padaku karena sudah membantumu menghindari para wartawan itu"

Aku mendesis. Memangnya siapa dia? Superhero? Sehingga aku harus berterima kasih padanya?

"Memangnya aku menyuruhmu untuk membantuku? Tidak, kan? Minggir" ujarku dingin. Aku beranjak pergi.

Tanpa kuduga, ia menghadangku dengan tubuhnya yang tegap dan menghalangi jalanku. Aku menghela nafas panjang, dan menatapnya sebal. Dia itu benar-benar terpesona padaku atau apa?

"Kubilang minggir" ulangku

"Ada yang ingin ku pastikan padamu"

Aku mengernyit. Terdengar dari nadanya, sepertinya ia sedang serius.
"Apa?"

"Kau benar-benar kekasih Wonwoo?"

Astaga.. Pertanyaan sialan itu lagi. Memangnya tidak ada pertanyaan lain yang lebih baik apa? Aku tersenyum miring.

"Jika itu benar kenapa?"

Bodoh! Mengapa aku mengeluarkan kalimat itu? Bukan itu seharusnya yang kuucapkan. Dia tampak tertegun. sorot matanya menyiratkan ketidakpercayaan yang mendalam. Apa dia itu bodoh?  Mengapa gampang sekali percaya? Dasar bodoh!

Aku terkekeh kecil.

"Tentu saja itu ti--"

"Bagaimana bisa kau menjadi kekasih nya? Darimana kau mengenalnya? Bagaimana kau bisa menyembunyi kan hubungan itu?!"

Aku terperanjat kaget mendengar ucapannya. Mengapa dia jadi semarah itu? Aku kan belum menjelaskan yang sebenarnya.

"Mengapa kau jadi marah? Aku kan belum menjel--"

Lagi-lagi ucapanku terpotong karena suara nyaring ponsel miliknya berbunyi. Dia segera menerima teleponnya.

"Yeobeoseyo?"

Tak jelas memang apa yang dikatakan lawan bicaranya itu. Tapi arah matanya tertuju padaku, dengan tatapan marah, tidak, lebih tepatnya tatapan penuh kebencian. Siapa peduli? Dia sendiri yang tak memberi ku kesempatan untuk berbicara.

Aku mengalihkan pandanganku pada objek lain.

"Baiklah, aku segera pulang."

Dia menutup percakapannya. Hingga ia menaruh ponselnya disaku, ia masih menatapku tajam.

"Baiklah, Tuan. Dengarkan ak--"

"Aku akan bicara denganmu lagi nanti!"

Apa katanya? Dia memotong kalimat ku lagi? Sialan memang! Dan lebih sialannya lagi, dia pergi begitu saja meninggalkanku. Aku tertohok tak percaya.

Difficult Of Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang