Author
"Gimana kuliahnya, baik baik aja kan?,"
Ruang keluarga kediaman Georgia sedang ramai. Tidak cukup ramai. Hanya saja seluruh anggota keluarga kecil itu sedang berkumpul.
"Baik kok,pa,"
Bastian tersenyum pada Viona didepannya.
"Raynold. Main ps terus kerjaan kamu. Kuliah kamu gimana, memangnya gak ada tugas dari dosen kamu,"
Raynold tetap fokus pada ps nya. Ia sedang bermain game Saga war. Lagi seru serunya keliatannya.
"Raynolddd!,"
"OIT PA,! ASTAGA!,"
Spontan Raynold langsung membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Morin dan Viona hanya bisa geleng geleng kepala dengan kelakuan anak laki laki mereka . Semakin tua bukannya semakin dewasa. Malah makin kaya bocah.
Pikir Morin."Raynoldd! Pergi ke kamar!. Kerjakan tugas tugas kamu itu. SEKARANG!,"
"I-iya pa,"
Raynold meletakkan stik ps nya keatas nakas pelan pelan. Belum jauh ia beranjak dari sofa tempat ia duduk tadi, ia berbalik, menyambar kembali stik ps nya, dan...
"YAAAAA! GUE MENANG, MATI LO! MATI LO, HAH,"
Berteriak.
Sukses membuat Bastian berdiri, dan menggaplok kepala anak lelaki tertuanya."Ampun paaaa!,"
Raynold berlari menaiki tangga sambil meneriaki Bastian dilantai dasar. Berharap keesokan pagi, uang jajan nya tidak di potong oleh papanya.
"Konyol banget , sumpah,"
Viona bergumam dan mulai menggeleng gelengkan kepalanya.
"Ma, pa. Viona ke kamar ya. Masih ada tugas,"
Viona hanya mendapat senyuman dan anggukan dari kedua orang tuanya.
Ia berniat menghubungi Mario untuk membantunya mengerjakan tugas prodi matematikanya. Tugas yang menurutnya , jika terus dikerjakan akan membuatnya geger otak setelahnya. Rumit bukan. Sangat rumit.
Mario
Setidaknya malem ini gue bisa leluasa untuk nge-skype Viona. Ya, itulah nikmatnya anak tekhnik. Selain dosen nya yang super duper baik , baik sama gue doang, haha. Anak tekhnik juga jarang dikasih tugas. Se-enggaknya tugas buat ngafalin materi untuk praktek besok. Dan itu ga sulit buat gue. Dalam 10 menit, gue udah paham diluar kepala.
Baru aja gue mau nyalain labtop dan menekan tombol powernya, hp gue tiba tiba bunyi. Dan betapa bahagia nya , nama Viona yang terpampang disana.
Kalo jodoh emang gak kemana."Halo,"
"Halo yang. Sayanggg bantuin akuu,"
"Kamu kenapa? Cerita deh cerita. Bantuin apa sayang, ngomong aja ya, bilang sama aku,"
"Matematika yanggg. Tugas prodi mtk aku gak jalan jalan. Aku ga ngertiii. Gimanaa ini. Gimanaaa,"
"Ssst, udah jangan nangis ah. Cengeng amat sih. Terus mau gimana sayang, aku kerumah kamu aja ya, gimana?,"
"Iya. Cepet ya. 5 menit udah harus disini,"
"Ck, iya iya. Nih otw,,"
Tutt...tuttt...tutt...
Tuhkan. Nyebelin banget emang. Belom juga selesai ngomong, udah di matiin. Pacar durhaka gini nih.
Setelah selesai dengan telfon di tangan, gue berdiri , menyambar bomber hitam di atas sofa, dan memasukkan labtop kedalam tas buat jaga jaga dirumah Viona. Kali aja labtop nya hank kaya yang punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Love
Ficção Adolescente[SEQUEL FROM SECRET LOVE.] -CINTA ITU BUKAN MASALAH SIAPA YANG DIMILIKI DAN MEMILIKI SIAPA, TAPI CINTA, TAU KEMANA JALANNYA HARUS PULANG-