Viona
Pagi ini gue dapet jadwal kuliah pagi. Jam 07:00 sampe jam 10:00. Beneran gue bersyukur banget. Dan lagi hari ini, gue gak akam ketemu sama namanya prodi Mtk bimbingan pak Didi Alijaya. Sepulang kuliah, gue bakal milih merelaksasikan fikiran gue dengan menghabiskan waktu di perpustakaan kota , atau jalan jalan ke gramedia iseng iseng cari reverensi buat wattpad baru gue. Kalo itu terjadi, gue bakal sendirian. Karna, hari ini Mario praktek. Bang Raynold , juga. Anak tekhnik gitu. Pada kasian dong yang pacaran sama anak tekhnik. Termasuk gue.
Gue memilih untuk gak berlama lama di parkiran. Setelah memastikan bahwa posisi mobil gue aman untuk gue tinggal, gue kembali menjinjing tas ke punggung gue dengan beberapa buku sastra di tangan kiri.
Suasana kampus gak terlalu padat hari ini, karna kayanya cuman sebagian orang yang dapet jadwal pagi. Dosen sastra gue termasuk salah satu dosen yang rajin banget. Habis ngajar di Univ ini, dia bakal langsung ngajar lagi ke Trisakti. Dosen yang patut dijadikan acuan. Gue suka. Karna dia jarang marah kalopun gue tidur di kelas nya dia.
"Eh, ada kecoa..."
Baru aja beberapa langkah gue menapaki kaki di tangga koridor kampus utama, pagi ini ketenangan gue harus terhenti sesaat.
Kecoa, oke. Itu nama binatang yang gue sandang selama masa Ospek berlangsung. Masa masa ospek durjana yang udah lewat sebulan lalu. Dan sekarang tepatnya, gue lupa nama cowok yang sekarang ngingetin gue sama panggilan menjijikkan itu.
"Minggir,"
Ucap gue dengan sedikit penekanan pada akhir katanya.
"Eitss, ntar dulu kali. Heran gue, dari awal ospek, cuman lo yang sama sekali gak ada sopan sopannya sama kakak tingkat,"
Oh, ni cowok kakak tingkat gue. Sorry. Tapi gue ga punya banyak waktu untuk nginget nginget siapa aja kakak tingkat gue waktu mos. Gak penting menurut gue.
"Sorry, gue gak inget kalo lo, kakak tingkat. Minggir bisa gak sih. Gue ada kelas,"
"Haiss. Gilak emang. Lo beneran ga ada takut takutnya ya. Lo gatau gue siapa ,?"
Ucapnya dengan penuh percaya diri.
Ish, gue gak peduli lo siapa. Lo tuh ganggu waktu gue. Ck!
"Gue gatau. Dan gue, nggak mau tau. Sekarang lo mingir mendingan,"
Dan tanpa menoleh sedikitpun lagi pada laki laki yang masih berdiri tegap di depan gue sekarang, gue melangkahkan kaki ke depan. Membiarkan bunyi heels gue dapat ia dengar sepanjang koridor. Bahkan jika ini aula, gue jamin dia gak akan denger suara gue lagi, kecuali.bunyi sepatu gue. Baru juga Kakak tingkat udah songong amat. Gimana kalo jadi pejabat negara. Amit Amit jabang bayii!.
"Gue Bara. Bara Atmajaya... Bara Atmajayaaa!, lo inget baik baik nama guee."
Deg!
Ngapain teriak teriak sih,
Malu maluin tau gak! Ck!
Tapi , tunggu...
Bara,?
Bara?
BARA!!!
Sepersekian detik, langkah gue terhenti dan kepala gue menoleh ke belakang. Mendapati seseorang bernama Bara disana sedang tersenyum lebar menatap gue yang masih menatap nya nggak percaya.
Bara, !
Yang nyusahin gue waktu Ospek?
Yang kata Rena ngestalk sosmed gue?
Yang nyuruh nyuruh gue ngelakuin hal aneh?
Iya. Dia orangnya. Gue inget banget namanya.
Bara Atmajaya!
Awas lo Baraa....
Bara
Pagi ini gue dapet panggilan penting dari pak Burhan. Ketua pembimbing fakultas sastra Universitas Mitra Raya. Katanya sih dia butuh bantuan untuk makalah sajak gitu sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Love
Fiksi Remaja[SEQUEL FROM SECRET LOVE.] -CINTA ITU BUKAN MASALAH SIAPA YANG DIMILIKI DAN MEMILIKI SIAPA, TAPI CINTA, TAU KEMANA JALANNYA HARUS PULANG-
