"Aku layaknya daun jati yang mengharapkan gugur seperti bunga sakura, dimana ia dibiarkan mendampingi sang pohon tanpa ada orang yang menyingkirkan."
*****
Floren kaget setengah mati melihat sosok pemilik tangan itu. Matanya melotot sempurna, sembari menatap tanpa jeda, pandanganya seolah terkunci dengan mata seseorang itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Alfandy Giovani Mekka.
Terkejut? Bukan lagi. Heran? Apalagi. Bingung? Sudah pasti. Bagaimana bisa Alfan nyasar sepagi ini di ruang laboratorium kimia SMA Eldera? Sendirian pula. Dengan tampang innocent menyerobot masuk tanpa mengucapkan salam dan tanpa mengetuk pintu. Benar-benar tidak sopan.
Dina yang melihat kejadian dramatis itu berjalan dengan berjingkat-jingkat sehingga langkahnya tidak menghasilkan suara. Dina diam-diam meninggalkan dua orang yang dalam pose romantis dengan posisi Alfan masih menahan pinggang Floren.
"Ekhemm...." tegur Bu Mega yang ingin memasuki laboratorium kimia. Namun, teguran Bu Mega tidak dihiraukan oleh Floren dan Alfan yang sama sekali tidak mendengar deheman spektakuler itu.
"Ekkheeemmm... Ekhhmmm. Ekhmemmmm," Bu mega berdeham lagi, kali ini sambil diselingi batuk-batuk yang tidak wajar.
Bu Mega yang geram karena usahanya tidak membuahkan hasil, langsung menepuk Alfan dan Floren dengan buku paket kimia yang dibawanya.
Bukkgggg.... bbuukkkggg....
Gotcha!
Akhirnya usaha Bu Mega berhasil, Alfan terkejut dan langsung melepaskan pegangannya pada Floren. Sehingga Floren pun terjatuh dengan posisi yang sama sekali tidak anggun."Aaawwww...." teriak Floren ketika pantatnya mendarat sempurna di lantai berwarna putih itu. Floren tidak habis pikir bisa-bisanya Alfan menjatuhkannya tanpa perasaan seperti ini.
"Eh..?" Alfan menoleh kekiri dan kekanan mencari keberadaan cewek yang diselamatkanya tadi, tapi nihil dia tidak menjumpai gadis mungil itu. Lalu dia melihat kebawah dan untuk sepersekian kalinya Alfan terkejut menyaksikan gadis itu jatuh dengan posisi terduduk di lantai.
"Ini mah namanya nggak jadi menyelamatkan, tapi mencelakakan. Bodohnya lo Fan!!" Gerutu Alfan dalam hati.
"kamu nggak papa?" Alfan mengulurkan tangannya untuk membantu Floren berdiri.
"Hah?"
"Oh iya nggak papa kok," jawab Floren dengan senyum kecut. Mana mungkin dia tidak apa-apa, sudah jelas tadi dia tersungkur di lantai."Oh ya udah, bagus kalo gitu."
"Ekhemm!" deham Bu Mega sekali lagi. Alfan dan Floren kompak menoleh pada Bu mega. Floren salah tingkah melihat ekspresi Bu Mega yang sedikit geram.
"Kalian itu budeg atau memang tuli sih. Ibu tegur dari tadi nggak sadar-sadar, apa tadi roh kalian meninggalkan tempat sejenak?" Bu mega dengan tampang sinis dan kalimat sarkastiknya kembali muncul.
"Astagfirullah, ngomong apaan sih bu." Alfan menjawab celetukan pedas dari Bu Mega. Sedangkan Floren hanya tertunduk takut.
"Assalamualaikum," sapa Bu Ratna yang baru saja sampai di depan pintu laboratorium kimia. Semua mata tertuju pada kedatangan Bu Ratna.
"Wa'alaikumsalam," jawab Alfan, Floren, dan Bu Mega serempak.
"Ada apa ini Bu, kok kalian masih pada berdiri disini?" Tanya Bu Ratna, guru pembimbing Alfan pada Bu Mega.
"Ini nih bu anak-anak," ucap Bu Mega sambil menunjuk Alfan dan Floren. "Masak tadi saya liat mereka peluk-pelukkan disini." Bu Ratna menatap Alfan seolah menanyakan konfirmasi kejadian yang sebenarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
imagination
Novela JuvenilLo itu 'FIKSI' Berupa ilusi yang mampu masuk kedalam imajinasi dan dengan mudahnya bikin gue terlena akan indahnya pesona lo, hingga gue terlalu takut untuk kembali tersadar dan semuanya hilang. "Gue akan mewujudkan imajinasi gue untuk...