Chapter 12

451 73 15
                                    

"Perasaan bukanlah suatu kebohongan yang harus di sembunyikan"

****

Pletakkkk.....

Botol kaleng itu tepat mengenai kepala seorang cowok yang berjalan menuju gerbang.

"Shit! Siapa nih lempar kaleng sembarangan." Umpat cowok tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah Alvaro yang selama ini Floren kenal bernama Fahry, kakak kelasnya waktu SMP.

"Mumpus gue! Kena kepala orang lagi,gue harus cepet-cepet ngumpet sebelum ketahuan." Floren celingak-celinguk bingung mencari tempat persembunyian yang strategis, Dilihatnya pohon besar yang berada di samping parkiran. Floren pun berlari menuju balik pohon besar itu.

Alvaro masih mengumpat dengan mengelus-elus kepalanya yang mungkin benjol. Dengan emosi dia berbalik dan meremas botol kaleng itu, sembari matanya menelisik keberadaan pelaku yang dengan tidak bertanggung jawab membuang kaleng sembarangan.

Floren was-was melihat gerak gerik Alvaro yang sepertinya marah besar. Sedangkan dirinya berdiri dengan gemetar di balik pohon itu. Berharap supaya Alvaro akan segera pergi tanpa menghajarnya.

"Dasar pengecut!"Floren berjenggit, terkejut dengan kedatangan Alfan yang seperti hantu apalagi ditambah kata-kata nya yang ajaib itu. Alfan hanya berdiri stay cool di samping pohon dengan tangan yang berada di saku celananya.

"Ssttt ... diem!" Perintah Floren sambil telunjuknya berada di depan bibir.

"Kayak maling aja lo sekarang, Makanya tadi kalo mau, nggak usah sok jual mahal."

"Shut up! Mulut lo nggak guna tau nggak."

"Idiih kayak mulut situ guna aja. Dasar pengecut beraninya ngumpet, nggak mau tanggung jawab. Dasar gengsian jadi cewek, diajak.... eh mmfffpphh." Floren membekap mulut Alfan dan menariknya ke tempat persembunyian.

Alfan menepuk-nepuk tangan Floren yang membekapnya, berharap Floren segera melepaskannya. Floren kembali bersembunyi dengan Alfan dalam posisi duduk di Akar pohon. Alhasil wajah Alfan kini hanya berjarak beberapa centi dari wajah Floren, karena tangan Floren yang membekapnya layaknya orang merangkul.

Floren menghela nafas lega ketika dilihatnya Alvaro sudah tidak berada di depan gerbang. Alfan menatap wajah Floren tanpa Floren sadari. Lalu Floren menoleh ke arah Alfan yang sedang memandanginya. Mereka saling bersitatap beberapa menit.

"Woyyy Alfan, katanya setia sama Elfreda, eh taunya gini." Teriak millen yang melihat Floren dan Alfan dalam pose romantis ketika dia berjalan menuju parkiran. Intinya teriakaan Millen adalah penghancur suasana Alfan dan Floren.

Seketika Alfan dan Floren pun mengalihkan pandangan nya dengan kikuk. Floren segera melepas tanggannya yang membekap mulut Alfan, lalu berdiri dan merapikan seragamnya yang mulai berantakan. Sedangkan Alfan tengah berdiri sambil menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.

"Eh wait. Wait. Wait. Gue bisa jelasin, apa yang lo lihat nggak seperti yang lo bayangin."

"Kalo seperti juga nggak papa kok, gue sih Always support lo, everything you do, I believe it." Sahut Millen dengan menampilkan gigi rata nya.

"Beneran deh gue itu tadi lagi di aniyaya nih sama ni cewek jadi-jadian." Jelas Alfan sambil menunjuk Floren yang tengah menundukkan kepalanya.

Floren hanya diam saja mendengar tuduhan Alfan. Entah mengapa setiap kali dia ingin berbicara dengan seseorang yang belum akrab, lidahnya terasa kelu dan pikirannya selalu bingung. Hal ini pulalah yang menjadikannya terkesan sombong jika belum mengenalnya dengan baik.

imaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang