"Bukan tentang presepsi jika dunia itu sempit, melainkan hanya kepingan cerita hasil dari pengukuran takdir yang tergaris."
******
#Floren pov'sTentang mimpi menjadi seorang ratu yang disanjung pangeran. Tentang khayalan statis yang perlahan tergeser dinamis. Tentang perkembangan rasa yang menumbuhkan sel-sel cinta. Aku mungkin telah berada di seperempat dari puncak yang ingin kugapai.
Aku bergelung dengan selimut di atas kasur dengan bed cover gambar barbie. Aku tidak bisa tidur lantaran memikirkan bagaimana besok menghadapi uminya Kak Alfan.
Tadi siang Kak Alfan membatalkan rencananya mengajakku ke butik. Bukannya sedih, malah aku senang karena hari ini bimbingan kimia cukup menguras tenagaku. Dengan deretan angka dan unsur-unsur yang tidak menyehatkan mata itu terus bermunculan sepanjang hari.
Aku memutuskan untuk membaca wattpad daripada berguling tidak jelas ke kanan dan ke kiri. Semakin lama mataku terasa memberat, seketika rasa ngantuk menyerangku dan akupun tidak dapat melawannya. Aku tertidur dengan posisi ponsel masih dalam genggamanku.
*******
Tok... Tok... Tok
"Permisi!"
Pintu rumah Floren di ketuk oleh seorang laki-laki tampan dengan balutan kemeja hitam dan celana jeans hitam. Rupanya laki-laki ini tidak trauma mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian yang dipakainya untuk menemui mantan pacarnya tempo hari.
Seorang perempuan paruh baya bergegas membukakan pintu dari dalam rumah. Perempuan itu tidak lain adalah Mama Floren. Mama Floren terkejut dengan kedatangan laki-laki tampan yang mengaku dirinya bernama Alfan.
"Tante? Kok bengong? Florennya ada? " Tanya Alfan sambil mengernyitkan dahinya.
"Eh? oh ya ada. Masuk dulu nak Alfan. Maaf tante tadi terkejut, soalnya baru pertama kali ini Floren di datengin sama cowok," jelas Mama Floren dengan ramah dan penuh senyum.
"Bentar ya, tante panggilin Floren dulu."
Alfan pun masuk ke dalam rumah Floren dan duduk di sofa yang berwarna putih gading. Alfan meneliti desain interior rumah Floren. 'biasa aja'. Begitu pikir Alfan. Dibandingkan rumah mewah Alfan, rumah Floren ini terasa sempit. Namun untuk penataan pernak-pernik di ruang tamu, cukup menarik perhatian Alfan.
Floren yang dipanggil oleh mamanya pun juga terkejut, pasalnya Alfan baru memberi pesan singkat kepada Floren lima menit yang lalu dan gadis itupun belum bersiap sama sekali.
"Ma bilangin kak Alfan, tunggu lima belas menit."
"Lah kamu dari tadi ngapain Ren? Kok tau mau keluar belum siap-siap."
"Hehehe... Kirain masih lama ma," ujar Floren salah tingkah.
"Ya udah mama buatin teh dulu buat nak Alfan."
"oke mamaku yang paling baik."
Mama Floren hanya memutar matanya jengah. Anaknya ini sungguh ramah ketika ada maunya.
*****
Mama Floren menyuguhkan segelas teh kepada Alfan sembari menilai penampilan Alfan. Mama Floren merasa tidak asing dengan wajah Alfan, namun dia tidak dapat mengingatnya sama sekali.
"Silahkan diminum nak Alfan tehnya."
"oh, iya tante. Makasih, " Alfan pun menyecap teh buatan mama Floren.
KAMU SEDANG MEMBACA
imagination
Ficção AdolescenteLo itu 'FIKSI' Berupa ilusi yang mampu masuk kedalam imajinasi dan dengan mudahnya bikin gue terlena akan indahnya pesona lo, hingga gue terlalu takut untuk kembali tersadar dan semuanya hilang. "Gue akan mewujudkan imajinasi gue untuk...