"kita adalah satu dalam dua yang tak menyatu. kita tak terpisah dalam kebersamaan yang tak pernah bersama. kita nyata dalam mimpi yang tak terjadi."
-nom de plume-
******
#FLOREN POV'S#
Menunggu adalah suatu kebiasaan yang aku lakukan di setiap detik dalam hidupku. Aku tak pernah menyangka kenapa aku selalu menunggu. Rasanya tak sudi jika aku menjelaskan kembali dan menegaskan bahwa aku hanya menunggu seseorang yang tak sadar bahwa dirinya sedang di tunggu.
Penantian itu kuharap tidak akan berakhir sia-sia, walaupun aku tidak yakin bila secuil dari hatinya bisa ku raih dan ku genggam.
Ini hanyalah angan, yang terawang didalam relung benak, berkecamuk dalam hati dan merasuk ke jiwa. Sekarang hatiku telah menambahkan satu lagi nama yang mungkin hanyalah cinta bertepuk sebelah tangan.
Bukankah sangat menyedihkan nasib percintaanku? Di luar sana, disetiap pertanyaan yang sama 'apakah kamu sudah punya pacar?' aku hanya selalu menjawab bahwa aku berprinsip tidak akan berpacaran. Kamu tahu itu hanyalah kiasan? Karena hatiku seberapa lamapun itu tidak akan bisa berpaling dari dua nama tersebut. Dua orang dengan paras yang mirip.
Aku duduk di depan laboratorium kimia, tempat terpojok di sekolahku. Aku hanya termenung menatap sarang laba-laba yang bergelantungan diantara ranting pohon. Tuk.. tuk.. tuk.. ku tahu itu adalah suara sepasang sepatu pantofel. Aku tak akan berekspektasi bahwa itu Alfan. Tentu kalian tahu bukan?Ekspektasi slalu berbanding terbalik dengan realita.
"Hai say, mikirin apaan sih lo? ngelamun mulu."
Tanpa menoleh pun aku tahu jika itu Nathan, siapa lagi yang akan memanggilku dengan panggilan seperti itu jika bukan nathan?.
"Ngapain lo kesini? Bukannya ini salah satu tempat yang paling lo hindari?"
"Tentu saja gue nyamperin bidadari gue yang paling unyu ini, kecil imut-imut, kayak marmut, eh,"
Anjir.. secara tidak langsung Nathan sedang mengejekku.
"Iya dong gue kecil tapi imut lah lo tinggi kayak tiang listrik amit-amit pula."
"What? Gue amit-amit? Seantero Eldera juga tahu kali kalo gue seorang most wanted boy disini."
"Gue nggak tahu tuh. Udah deh mendingan lo pergi sono." Ucapku tanpa menoleh sedikitpun ke arah Nathan.
******
#AUTHOR POV'S#
Nathan menoleh ke arah belakang, disana terlihat Alfan yang sedang berjalan ke arahnya. Tiba-tiba terlintas ide gila Nathan yang rada stress. Bagaimana tidak? Nathan langsung meloncat dan duduk di samping Floren. Tepat saat Alfan ada di depan mereka, Nathan merangkul pundak Floren dari samping.
Oh my god!
What the fuck!
Rupanya Alfan terlihat sedikit terganggu dengan adegan yang disuguhkan oleh Nathan. Wow fantastic baby! Muka Alfan langsung memerah entah apa penyebabnya.
"Maaf gue ganggu kalian pacaran."
Floren yang mendengar ucapan Alfan, baru menyadari jika tangan Nathan kini berada di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
imagination
Ficção AdolescenteLo itu 'FIKSI' Berupa ilusi yang mampu masuk kedalam imajinasi dan dengan mudahnya bikin gue terlena akan indahnya pesona lo, hingga gue terlalu takut untuk kembali tersadar dan semuanya hilang. "Gue akan mewujudkan imajinasi gue untuk...