rasa aneh [5]

337 57 11
                                    

Kevin yang terlihat sangat senang dengan seringai yang begitu menakutkan memasuki satu tempat yang biasa menjadi tempat dimana dia dan Gladys bermain.

Kali ini lebih berkali lipat kesenangan yang Kevin rasakan, pasalnya korban nya kali ini adalah salah satu orang kepercayaan ayahnya yang susah sejak lama ia curigai.

Pengkhianatan si orang kepercayaan pada perusahaan keluarganya tak bisa di tolelir lagi, ia mendapati Tumpnes si orang kepercayaan itu menjual data-data rahasia perusahaan keluarganya. Dengan bantuan orang-orang sewaan nya yang ia sewa untuk menyelidiki Tumpnes.

Gladys yang melihat Kevin begitu muak pada pria paruh baya yang telah diikat di sebuah tiang favorit mereka, hanya tersenyum geli melihat partner nya itu.

"Kau akan mulai dari mana?" Gladys bertanya dengan tangan yang terlipat di dadanya mulai bergerak, berniat mengambil sebilah pedang panjang.

"Dengar, jangan ganggu aku untuk kali ini. Aku ingin bermain bersamanya, hanya berdua" penekanan demi penekanan di setiap kata yang Kevin ucapkan membuat Gladys mengerti dan menjatuhkan kembali pedangnya.

"Terserah padamu tuan " jawab Gladys dengan tampang seolah ia mempersilahkan tuan nya berbuat seenaknya. 

Dengan begitu Kevin mendekati teman bermain nya untuk malam hari ini. Ia mulai membuka penutup mata pria paruh baya itu, nampak ia belum sadarkan diri. Seketika tercetus ide untuk membangunkan pria di depannya dengan cara yang tak biasa.

Ia mengambil pemantik api dan mulai menyalakan nya, senyum menyeramkan Kevin terus  terulas di  bibir penuhnya. Ia mengarahkan api yang mulai menyala ke dasi yang masih di Kenakan oleh pria tersebut. Bau hangus khas kain yang dibakar membuatnya terkekeh geli.

"Panas!!! Apa yang kau lakukan!" Tumpnes berteriak saat api mulai membakar habis dasi mahal nya itu.

"Kau kepanasan pak Tumpnes? " senyum mengerikan terulas di bibirnya, mata Tumpnes terbelalak lebar saat melihat bahwa Kevin lah yang ia lihat sekarang.

"Tu-tuan muda? ... apa yang anda lakukan?" suara gugup yang amat sangat pun terlontar, Kevin terkekeh saat Tumpnes masih memanggilnya tuan muda seperti tak ada apapun yang telah ia lakukan padanya.

"Ma-maafkan saya tuan" sekarang Kevin menahan tawanya.

"Mengapa minta maaf sekarang? Aku tak butuh maaf mu keparat!" suara berbisik mematikan Kevin membuat semakin banyak pergerakan yang Tumpnes lakukan, Kevin mengambil martil yang ada di sebelahnya. Ia tertarik dengan jari-jari pria paruh baya itu.

"Apa itu jari yang kau gunakan untuk mengkopi data-data perusahaan keluargaku dan mengirimkannya pada perangkat sialan mu itu?" pertanyaan lembut yang sudah tentu dibuat-buat terlontar dari mulut Kevin. Gelengan keras dari pria di depannya membuatnya semakin bersemangat.

"Pembohong!" dengan sekali pukulan, jari tangan kanan Tumpnes memar juga mengeluarkan darah, berkali-kali ia ayunkan martil tersebut ke tangan kanan juga kiri pria itu.

Teriakan memilukan terdengar dari mulut Tumpnes, kini jari-jari tangan nya sudah berserakan tak berbentuk. Seolah tak puas Kevin membuat kedua tangan Tumpnes tak berbentuk, sekarang ia mengambil garfu dan dengan sekali derakan berhasil menusuk paha. Beberapa koyakan terliaht karena Kevin menusuk paha juga dada pria paruh baya tersebut .

Teriakan demi teriakan menggema dengan sesekali diiringi tawa Kevin, cukup lama ia bermain mulai dari menyayat bagian tangan Tumpnes, memberinya cairan kimia yang membuat kulitnya melepuh, juga beberapa peralatan yang Kevin sering gunakan seperti, obeng, gergaji kecil, dan beberapa paku.

Teringat tujuan pertama mengapa ia bermain dengan Tumpnes, Kevin sedikit bersyukur karena belum bermain sama sekali dengan bibir Tumpnes. Menurutnya suara merintih milik penghianat itu lebih merdu di telinganya dibanding korban-korban lainnya.

the psychopath meet indigo's girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang