(3) Ketemu Alvin

3.9K 301 6
                                    

Rissa turun dari mobil dengan muka yang ditekukan. Bagaimana tidak? jika sekarang para mahasiswi di sana tak henti-henti menatap suaminya. Mereka terpesona dengan ketampanan Arief, kegagahan serta wangi parfumnya yang melayang-layang.

Padahal Rissa sudah meminta Arief untuk tidak mengantarkannya, tetapi lelaki itu tetap saja bersih keras. Jika sudah menjadi sorotan seperti ini, Rissa tak tahu harus berbuat apa. Ingin marah tapi rasanya tidak mungkin karena ia tidak mau cemburunya itu diketahui oleh Arief.

Rissa berandai-andai sepanjang jalan, kalau saja dirinya dan Arief sudah tercipta sebagai sepasang suami-istri yang sweet sudah Rissa genggam tangan Arief sejak tadi, agar mata jalang mahasiswi itu tak seenaknya menatap Arief.

Rissa melebarkan pupil matanya saat seorang mahasiswi itu menyapa genit pada Arief. Hatinya begitu memanas, apa perempuan itu tidak mengetahui kalau Rissa ini istrinya atau perlu Rissa katakan dengan toa agar satu kampus mendengar?

Sekarang mahasiswi itu mencegat jalan mereka dengan menahan tangan Arief, entah mahasiswi prodi apa? yang jelas Rissa telah bertekad tidak menuntaskan nilainya jika bertemu dengan perempuan itu.

"Hai kakak ganteng!"

Arief langsung melepaskan tangannya. "Tolong jangan sentuh saya!"

Sambil menahan senyum, Rissa begitu bahagia melihat respon Arief pada mahasiswinya itu.

"Ganteng-ganteng kok galak sih, kak." Kali ini mahasiswi itu mengulurkan tangannya, mengajak Arief berkenalan.

Lalu Arief mengabaikan, ia beralih merangkul pundak Rissa sambil menuntunnya berjalan. Rissa tersentak kaget, sementara para mahasiswi centil itu hanya bisa tercengang sekaligus bertanya-tanya tentang hubungan keduanya.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di depan kelas Rissa mengajar. Namun, Arief belum juga melepaskan rangkulannya. Mereka berdiri di depan pintu, Rissa hanya diam ia menunggu sampai Arief berkata dan melepaskan rangkulannya. Tapi nampaknya lelaki itu sengaja, ia pun ikut diam bahkan Arief mengulaskan senyumnya.

Daripada jantung semakin berdebar tak karuan, lebih baik ia sendiri yang melepaskan rangkulan Arief, pikir Rissa.

"Udah sampe sini aja! gak niat nganter sampe dalam, kan?" ujar Rissa dengan sedikit sindiran yang mengandung artian bahwa ia tidak menginginkan Arief mengantarnya hingga ke depan kelas.

"Kayaknya gak mau banget aku anter, kenapa malu? ya udah besok aku gak akan nganter lagi," kata Arief sebelum ia melangkahkan kakinya.

Raut wajah Rissa seketika berubah, omongan Arief barusan sangat menohok hatinya ditambah lelaki itu main pergi saja. Baru sepersekian detik ia bahagia dan salah tingkah dibuat Arief, sekarang malah timbul kekesalan lagi. Rissa telah berancang-ancang ingin melempari tas ditangannya pada punggung Arief namun ia urungkan dengan. "Arief!"

Arief langsung menghentikan langkahnya dan mengulas senyum selebar mungkin dengan memunggungi istrinya itu, ini yang Arief tunggu. Lalu ia memutar tubuh sambil menaikkan satu alis, berpura-pura sedikit acuh.

"Ini nih suami yang ngajarin istrinya main pergi aja gak pake salam."

'Astaghfirullah' Arief langsung berucap dalam hati.

Ada benarnya perkataan Rissa itu, ia harus mencontohkan yang baik pada istrinya.

"Maaf aku lupa, assalamualaikum!"

"Wa... wa'alaikumusalam," ujar Rissa sangat tak sesuai ekspektasinya. Ia pikir Arief akan menghampirinya lagi dan berkata apalah yang membuatnya sedikit bahagia.

Kali ini Rissa sudah tak menghiraukan gengsinya, ia melangkahkan kaki menyusul Arief kemudian memasang wajah cemberut dihadapan suaminya itu.

"Kok kamu ngeselin sih!"

Love in HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang