Istri shalihah itu yang selalu menjaga kehormatan dan hatinya, meski raga tak sedang bersama.
***
Semestinya hari ini adalah kepulangan Arief. Namun, karena kemarin Rissa mendapatkan kabar kalau keadaan di Palestina tambah memburuk, Tentara Israel mengetahui bahwa ada warga asing yang masuk ke sana. Menyebabkan kepulangan Arief ditunda hingga lima hari, paling tidak Tentara Indonesia bisa meredam sedikit kekacauan sembari merawat penduduk yang terluka. Ya, selain TNI, dokter dari Indonesia juga dikirimkan ke sana. Alhasil kabar tersebut membuat Rissa sering berfikir tentang segala kemungkinan yang takutnya terjadi.
Suara bel rumah berbunyi, perempuan itu sedikit kaget. Setelah menepis jauh-jauh prasangka buruknya. Rissa berdiri dari sofa berwarna coklat tua dan berjalan menuju pintu depan.
"Ngapain ke sini?"
"Tamu datang itu disambut baik, atau disuruh masuk gitu," kata laki-laki yang berdiri dihadapan Rissa.
Tentu Rissa enggan mempersilahkan lelaki lain masuk, di rumah tidak ada Arief. Dalam Islam tentu ada adabnya, menyuruh tamu masuk itu harus ada suami dan atas izinnya.
"Di rumah gak ada Arief, jadi lebih baik kamu pulang aja!"
"Galak kamu gak pernah ilang ya," ujar lelaki itu sedikit dengan kekehan.
"Qausar, aku lagi gak bercanda! Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Rissa kedua kalinya dengan tegas.
Lelaki yang Rissa panggil Qausar itu terus saja tersenyum, walaupun senyum miliknya itu menawan namun tak meluluhkan hati Rissa. "Santai dong buk dosen, aku kesini cuma mau ngasih undangan," katanya sambil menyodorkan kertas.
Agak sedikit lama otak Rissa mencerna, setelah itu ia mengambil dan membaca sekilas. Ia pikir itu undangan pernikahan Qausar, lelaki yang masih memiliki perasaan pada dirinya. Jika benar, Rissa akan begitu bahagia terbebas dari kejaran Qausar. Namun, nyatanya itu undangan reunian.
"Kamu bisa datang kan?" tanya Qausar dengan sorot mata penuh harap.
"Iya, kalo dapat izin dari Arief," jawab Rissa seadanya.
"Oke, semoga diizinkan. Kalo kamu mau bareng aku gak papa."
Pupil mata Rissa melebar. "Gak usah aneh-aneh!"
"Gak berdua kok, sama teman yang juga," jelas Qausar.
"Aku bisa pergi sendiri. Maaf, aku gak bisa lama-lama ngobrol sama kamu!" ujar Rissa setelah itu ia menutup pintu namun tidak dibanting.
Qausar mengangguk mengerti lalu pergi sambil mengulas senyum. Entah senyum kebahagiaan bisa menatap wajah perempuan masa lalunya itu, meskipun ia hampir tiap hari menatapnya di kampus. Atau senyum kesedihan karena kejutekan Rissa, meskipun hampir setiap hari juga mendapat jutekan dari Rissa.
"Kalo aja waktu itu aku lebih cepat ngelamar kamu." Qausar membuka pintu mobil dan masuk sembari menutupnya.
Di dalam rumah, Rissa terlihat bingung sambil menatap undangan reuni. Ia ingin menghadiri undangan tersebut dan bertemu teman-teman S2-nya dulu. Di sisi lain, ia tak mau pergi sendirian jikalau Arief mengizinkan. Ketika teman-temannya datang menggandeng pacar atau suami, masa iya Rissa datang hanya dengan menggandeng tas.
Nanti saja ia putuskan setelah menerima tamu yang kedua ini. Ia harap bukan Qausar lagi, tampaknya memang bukan karena mobil yang dikenakan bukan fazerro hitam milik Qausar, Rissa mengintip dari balik gorden.
"Assalamualaikum," ucap lelaki berparas tampan dengan rambut kinclong sekinclong dahi putihnya.
"Waalaikumusalam, Yan. Duduk!" kata Rissa sambil menunjuk ke arah kursi di teras rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Halal
SpiritualPRIVATE ACAK. SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMBACA! #1 in wttys2018 (11.09.18) {Squel Sajadah Cinta} Kata siapa perjodohan itu hanya milik zaman Siti Nurbaya? Kata siapa perjodohan itu selalu berakhir menyedihkan? Kata siapa perjodohan itu...